LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia tidak pernah statis. Disepanjang rentang kehidupan manusia selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan psikologis. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sesuai dengan tugas-tugas perkembangan pada tiap kelompok usia. Salah satu kelompok usia dalam rentang kehidupan manusia adalah masa dewasa dini Hurlock, 1980. Hurlock 1980 menetapkan batasan usia masa dewasa dini adalah mulai usia 18 hingga 40 tahun. Hurlock juga mengatakan bahwa setiap kebudayaan membuat pembedaan usia tersendiri mengenai kapan seorang individu mencapai status dewasa secara resmi. Di Indonesia, secara khusus Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 dan KHUPerdata menetapkan batasan usia seorang individu dapat dikatakan dewasa adalah jika sudah berusia 21 tahun atau sudah pernah menikah. Masa dewasa dini merupakan periode khusus dan sulit dalam rentang kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan pada masa dewasa dini terjadi penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan dan harapan sosial baru. Individu dewasa dini diharapkan memainkan peran baru, seperti peran pencari nafkah, peran suamiistri, dan peran orangtua Hurlock, 1980. Peran role adalah pola perilaku yang menentukan perilaku yang tepat pada suatu situasi yang spesifik Myers Myers, 1992. Adanya peran tersebut Universitas Sumatera Utara memberikan individu sejumlah kebebasan dalam bertindak namun tetap memiliki batasan atau pagar, yaitu standar perilaku yang tepat atau sesuai menurut pandangan masyarakat Henslin, 2005. Individu laki-laki dan perempuan memainkan peran yang berbeda dalam kehidupannya. Hal ini disebut dengan peran jender Newman Newman, 2006. Peran jender gender role adalah perilaku dan sikap yang tepat menurut budaya berdasarkan jenis kelamin Henslin, 2005. Bagi laki-laki diharapkan muncul perilaku dan sikap yang maskulin seperti dominan, agresif, mandiri, ambisius dan lain sebagainya. Sebaliknya, bagi perempuan diharapkan muncul perilaku dan sikap yang feminin seperti lemah lembut, terikat pada orang lain, patuh, sensitif dan lain sebagainya DeGenova, 2008. Secara khusus, dapat disimpulkan bahwa peran baru yang dimainkan oleh perempuan ketika memasuki masa dewasa dini adalah peran sebagai pekerja, peran sebagai istri dan peran sebagai ibu. Salah satu peran baru yang dimainkan oleh perempuan dewasa dini adalah peran sebagai pekerja. Menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003, pekerjaburuh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Matlin 2004 mengatakan bahwa perempuan bekerja employed women adalah perempuan yang bekerja untuk mendapatkan upah. Bekerja itu sendiri merupakan aktivitas manusia baik fisik maupun mental yang pada dasarnya merupakan bawaan dan mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan kepuasan As’ad, 1998. Anoraga 2006 mengemukakan alasan- alasan yang mendasari individu baik laki-laki maupun perempuan untuk bekerja, Universitas Sumatera Utara yaitu untuk memenuhi tiga jenis kebutuhan. Pertama, pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar, menyangkut pencarian nafkah untuk memenuhi kebutuhan biologis makan, minum dan lain-lain. Kedua, pemenuhan kebutuhan sosial meliputi persahabatan, identitasstatus sosial, rasa memiliki dan dimiliki. Ketiga, pemenuhan kebutuhan egoistik meliputi rasa kepuasan akan prestasi, kebebasan dalam berkreasi dan keinginan akan pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari istilah perempuan dan wanita digunakan secara bergantian karena memiliki pemahaman yang sama. Istilah perempuan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung tiga pengertian, yaitu 1 orang manusia yang mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan menyusui; wanita; 2 istri; bini 3 betina Depdiknas, 2008. Oleh karena itu, dalam penelitian ini istilah perempuan dan wanita akan digunakan secara bergantian. Dalam dunia pekerjaan saat ini, fenomena yang sedang berkembang adalah semakin besarnya jumlah wanita yang bekerja dan semakin banyaknya wanita yang berhasil memasuki jenis-jenis pekerjaan yang selama ini jarang bahkan ada yang sama sekali belum pernah dimasuki oleh kaum hawa seperti penerbang, manajer, direktur eksekutif, berbagai sektor industri dan sektor usaha bahkan profesi yang tergolong keras seperti pengemudi angkutan umum, tenaga operator berat dan lain sebagainya Anoraga, 2006. Hal tersebut terjadi karena pembangunan nasional yang dilaksanakan selama dua dasawarsa di Indonesia, telah menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sektor kehidupan Anoraga, 2006. Kondisi ini Universitas Sumatera Utara telah membuka kesempatan seluas-luasnya bagi bangsa Indonesia untuk mengenyam pendidikan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, karena dalam kondisi membangun, pendidikan jelas amat dibutuhkan. Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya juga berlaku terhadap kaum wanita. Sejalan dengan pendidikan yang semakin tinggi, maka wanita juga mulai berminat untuk memasuki dunia kerja serta berkarir Nauly, 2003. Fenomena peningkatan jumlah wanita dalam dunia pekerjaan tersebut sesuai dengan pernyataan Barnett dan Rivers dalam Matlin, 2004 bahwa jumlah perempuan karir akan semakin meningkat di masa yang akan datang. Hal ini tergambar pula dalam booklet Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia yang mencatat bahwa jumlah tenaga kerja wanita usia 15 hingga 60 tahun keatas di Indonesia mengalami peningkatan dari 42,652,366 jiwa pada Februari 2008 hingga mencapai 43,806,017 jiwa pada Februari 2009 Badan Pusat Statistik, 2009. Selain bekerja, perempuan dewasa dini menurut tugas perkembangannya juga dituntut untuk menikah dan membentuk sebuah keluarga Hurlock, 1980. Pernikahan biasanya digambarkan sebagai bersatunya dua individu Santrock, 2002. Menurut Undang Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun alasan yang mendasari terjadinya pernikahan antara lain 1 untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manusia kebutuhan seksual yang sesuai dengan Universitas Sumatera Utara norma-norma dalam masyarakat Indonesia; 2 untuk memenuhi kebutuhan psikologis seperti keinginan mendapat perlindungan, kasih sayang, rasa dihargai dan lain sebagainya; 3 untuk memenuhi kebutuhan sosial, dengan adanya perkawinan individu memenuhi norma dan pandangan budaya yang berlaku di masyarakat Indonesia mengenai interaksi antar individu; dan 4 untuk memenuhi kebutuhan religi, perkawinan dilakukan karena merupakan perintah agama atau kepercayaan yang dianut Walgito, 2004. Status menikah memberikan peran baru bagi wanita dewasa dini dalam kehidupan keluarga yaitu peran sebagai istri. Mirowsky dan Ross dalam DeGenova, 2008 mengatakan bahwa beberapa individu dewasa mempercayai peran jender dalam keluarga bersifat innate kodrati. Menurut pandangan tradisional ini, seorang wanita berada dibawah otoritas suami dan ditakdirkan untuk merawat suami dan anak-anak serta tidak cocok jika harus bekerja. Dalam keluarga yang memegang konsep tradisional ini wanita hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Matlin 2004 menentang hal tersebut dengan mengatakan bahwa banyak wanita muda mengharapkan perkawinan atas dasar persamaan hak konsep egalitarian. Wanita mendapat kesempatan mengaktualisasikan potensinya dan tidak merasa bersalah apabila memanfaatkan kemampuan dan pendidikannya untuk kepuasan dirinya meskipun ini berarti ia harus mengupah orang lain untuk mengatur rumah tangga dan mengasuh anak. Menurut konsep ini, wanita tidak hanya mempunyai peran sebagai istri tetapi juga peran sebagai pekerja Hurlock, 1980. Universitas Sumatera Utara Selain bekerja dan menikah, perempuan dewasa dini juga dituntut untuk menjadi orangtua ibu atau mengasuh anak. Hurlock 1980 mengatakan bahwa masa parenthood merupakan salah satu peran yang penting dalam hidup orang dewasa. Perempuan dewasa dini diharapkan memiliki sifat keibuan dengan beberapa citra positif seperti hangat, tidak mementingkan diri sendiri, tekun pada tugas dan toleran Matlin dalam Santrock, 2002. Newman dan Newman 2006 mengatakan bahwa individu pada masa dewasa mengalami multi peran peran ganda yang dapat menjadi sarana untuk mengekspresikan diri dan berhubungan dengan tuntutan sosial baru. Perempuan dewasa dini memainkan beberapa peran sekaligus seperti peran sebagai pekerja, peran sebagai istri dan peran sebagai ibu. Sebagai pekerja, wanita dituntut untuk bekerja pada sejumlah waktu tertentu dalam seminggu atau menyelesaikan pekerjaan sesuai standar kualitas. Peran sebagai istri dan sebagai ibu menuntut wanita untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan perawatan anggota keluarga Matlin, 2004. Pada umumnya, tuntutan atau harapan berbagai peran yang dimainkan individu dapat menyebabkan individu mengalami konflik peran Henslin, 2005. Konflik peran terjadi ketika tuntutan atau harapan berbagai peran muncul secara bersamaan dan saling bertentangan Newman Newman, 2006. Hal ini juga didukung oleh Friedman dan Greenhaus dalam Schabracq, Winnubust Cooper, 2003 yang mengatakan bahwa wanita bekerja mengalami konflik peran ganda sebagai suatu bentuk ketegangan antara tekanantanggung jawab dari peran pekerjaan dan peran di keluarga yang saling bertentangan. Universitas Sumatera Utara Dalam situs e-psikologi.com, Rini 2002 mengatakan bahwa wanita bekerja yang mengalami peran ganda ingin dapat memainkan peran mereka sebaik mungkin secara proporsional dan seimbang. Wanita bekerja harus bisa menjadi ibu yang sabar dan bijaksana, istri yang baik serta ibu rumah tangga yang bertanggung jawab atas keperluan dan urusan rumah tangga. Di tempat kerja, wanita bekerja mempunyai komitmen dan tanggung jawab untuk menunjukkan prestasi kerja yang baik. Beutell dan Greenhaus dalam Schabracq, et al., 2003 dan Greenhaus Beutell, 1985 menggambarkan tiga bentuk konflik yang berkaitan dengan konflik peran ganda perempuan antara peran di rumah tangga dan peran di pekerjaan. Pertama, time-based conflict, meliputi pembagian waktu, energi dan kesempatan antara peran pekerjaan dan rumah tangga. Hal ini meliputi kesulitan dalam menyusun jadwal dan waktu yang terbatas saat tuntutan dan perilaku yang dibutuhkan untuk memerankan keduanya tidak sesuai. Kedua, strain based conflict yang mengacu pada munculnya ketegangan atau keadaan emosional yang dihasilkan oleh peran yang satu namun ditunjukkan dalam peran yang lain. Ketiga, behavior based conflict, mengacu pada ketidaksesuaian seperangkat perilaku individu ketika bekerja dan ketika di rumah yang mengakibatkan perempuan karir biasanya sulit menukar antara peran yang satu dengan yang lain. Paden dan Buehler dalam Papalia, Olds Feldman, 2008 mengatakan bahwa harapan peran yang berbeda tersebut terlihat dengan keharusan menjadi agresif dan kompetitif di waktu kerja namun menghibur dan mengasuh di rumah. Universitas Sumatera Utara Dilema multi peran yang dialami wanita bekerja juga semakin diperjelas dengan adanya Panca Dharma Wanita Indonesia yang menuntut seorang wanita dapat melakukan lima tugas, yaitu sebagai istripendamping suami, sebagai pengelola rumah tangga, sebagai penerus keturunan, sebagai ibu dari anak-anak, dan sebagai warga Negara Anoraga, 2006. Dalam hampir semua masyarakat, wanita yang bekerja penuh waktu full time maupun paruh waktu part-time memiliki tanggung jawab utama atas rumah tangga dan pengasuhan anak Gardiner et al., dalam Papalia et al., 2008. Dari hasil penelitian Moen dan Mc Cain dalam Hastuti, 2008 yang dilakukan pada istri yang bekerja diketahui bahwa istri yang bekerja full time ingin mempersingkat jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan akibat konflik peran antara peran pekerjaan dan keluarga dibandingkan wanita yang bekerja part time. Serafino 2006 mengatakan bahwa konflik merupakan sumber utama dari stres. Konflik yang dialami wanita dalam keluarga dengan penghasilan ganda terjadi karena wanita sering mengalami beban kerja harian yang berat dan ketegangan fisiologis yang lebih besar apalagi ketika wanita bekerja memiliki anak. Ada dua jenis stres yang mempunyai dampak yang berbeda, yaitu 1 distress yaitu jenis stress yang berbahaya dan merusak dan 2 eustress yaitu jenis stress yang menguntungkan atau membangun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh McMunn, Bartley, Hardy dan Kuh menyimpulkan bahwa perempuan yang menjalankan satu peran utama saja dalam kehidupannya misalnya hanya menjadi ibu rumah tangga, janda atau perempuan lajang yang bekerja secara signifikan mengalami kondisi kesehatan yang buruk Universitas Sumatera Utara dibandingkan perempuan yang menjalankan banyak peran utama McMunn et al., 2005. Mark dan Sieber dalam Schabracq et al., 2003 juga mengatakan bahwa semakin banyak peran yang dilakukan oleh wanita maka semakin besar potensi untuk mengakses sumberdaya harga diri, status sosial dan keuntungan financial dan semakin besar juga kemampuan mendelegasikan kewajiban dari peran-peran yang berbeda. Konflik peran antara pekerjaan dan keluarga juga dapat memberikan efek negatif terhadap well being individu Burke Greenhaus, dalam Schabracq et al., 2003. Wanita dilaporkan mengalami kesulitan ketika harus mengkombinasikan peran ganda dengan baik sementara mereka juga harus tetap memperhatikan diri mereka DeGenova, 2008. Knupfer dalam Calhoun Acocella, 1990 mengatakan bahwa perempuan bekerja yang menikah kelihatan lebih banyak menderita gangguan psikologis daripada perempuan bekerja yang tidak menikah. Hal serupa juga dikatakan Pines dan Aronson dalam Schabracq et al., 2003 bahwa wanita merasakan tekanan personal yang membuat mereka merasa bersalah dan cemas ketika mereka tidak mampu memenuhi seluruh tanggung jawabnya. Konflik peran ganda ini dapat mengarah pada ketidakpuasan dissatisfaction dan ketidaknyamanan distress dalam area pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak negatif terhadap pola pengasuhan Schabracq et al., 2003. Tingkat keberhasilan individu dalam memecahkan masalah penting Universitas Sumatera Utara di masa dewasanya yang menyangkut kehidupan pekerjaan dan keluarga ini akan menentukan kepuasannya dan mempengaruhi kebahagiaannya Hurlock, 1980. Kebahagiaan sudah menjadi fokus perhatian manusia sejak lama sebagai salah satu tujuan dari bidang ilmu psikologi positif Seligman, 2002. Aristoteles dalam Diener Biswas-Diener, 2008 mengatakan bahwa kebahagiaan adalah keadaan yang diinginkan sebagai akibat dari kesalehan dan keadaan hidup yang positif. Seligman 2002 memahami kebahagiaan sebagai perasaan positif dan kegiatan positif. Bradburn dan Caplovitz dalam Diener, 2009 mengatakan bahwa kebahagiaan adalah kombinasi positive affect dan negative affect. Lebih lanjut, Diener dan Biswas-Diener 2008 mengartikan kebahagiaan happiness sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan penilaian individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik. Happiness dipandang sebagai subjective well being karena happiness bersifat subjektif ditentukan oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, Diener dan Biswas-Diener menggunakan istilah subjective well being sebagai istilah lain dari happiness. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian. Subjective well being mengacu pada kepercayaan atau perasaan subjektif individu bahwa kehidupannya berjalan dengan baik Lucas Diener dalam Diener, 2009. Andrews dan Withey dalam Diener, Emmons, Larsen Griffin, 1985 mengidentifikasi komponen subjective well being menjadi positive affect dan negative affect sebagai komponen afektif dari subjective well being dan life satisfaction sebagai komponen kognitif. Universitas Sumatera Utara Diener 2009 mengatakan bahwa dalam pengukuran subjective well being, komponen kognitif merupakan komponen yang paling konsisten dan stabil bila dibandingkan dengan komponen afektif yang bersifat temporer. Oleh karena itu, penelitian ini akan mengambil sudut pandang komponen kognitif yaitu life satisfaction dalam pengukuran subjective well being individu. Diener dan Biswas-Diener 2008 mengatakan bahwa life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai seberapa baik hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam kehidupannya secara menyeluruh dan atas area-area utama yang mereka anggap penting dalam hidup domain satisfaction seperti hubungan interpersonal, kesehatan, pekerjaan, pendapatan, spiritualitas dan aktivitas di waktu luang. Shin dan Johnson dalam Diener et al., 1985 menambahkan bahwa dalam life satisfaction penilaian dilakukan berdasarkan standar kriteria individu yang bersangkutan. Dua area domain yang utama dalam kehidupan individu dewasa terutama masa dewasa dini yang berpengaruh terhadap kebahagiaan adalah area pekerjaan dan pernikahan atau keluarga Newman Newman, 2006 dan Hurlock, 1980. Bekerja merupakan area penting dalam penentuan life satisfaction individu Diener Biswas-Diener, 2008. Individu laki-laki maupun perempuan yang bekerja lebih bahagia daripada individu yang tidak bekerja Argyle dalam Carr, 2004 terutama bagi individu yang bekerja dengan menerima upah Wright dalam Diener, 2009. Selain itu, perempuan yang memiliki pekerjaan yang bagus dan pendapatan keluarga yang tinggi juga dilaporkan mempunyai kesehatan fisik dan psikologis yang baik DeGenova, 2008. Universitas Sumatera Utara Selain pekerjaan, tema penting lainnya yang berpengaruh terhadap kebahagiaan individu dewasa dini adalah pernikahan atau kehidupan keluarga. Lee, Seccombe dan Shehan dalam DeGenova, 2008 mengatakan bahwa pernikahan memiliki efek yang menguntungkan bagi well being individu. Horwitz dalam DeGenova, 2008 juga mengatakan bahwa orang yang telah menikah dan tetap menikah dilaporkan memiliki kesehatan mental yang lebih baik daripada mereka yang melajang. Carr 2004 menjelaskan penyebab individu yang menikah lebih bahagia daripada individu yang tidak menikah antara lain karena pernikahan menyediakan intimasi fisik dan psikologis dalam konteks mempunyai anak dan membangun rumah, peran sosial sebagai pasangan dan orangtua, dan konteks penegasan identitas dan menciptakan keturunan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa wanita dewasa dini memainkan beberapa peran dalam kehidupannya secara sekaligus yaitu peran pekerja, peran istri dan peran ibu. Peran-peran tersebut merupakan area domain yang utama yang mempengaruhi kepuasan dan kebahagiaan individu. Ketika tuntutan atau harapan berbagai peran ini muncul bersamaan dan saling bertentangan dapat menyebabkan terjadinya konflik peran ganda. Konflik peran ganda ini dapat mengarah pada life satisfaction yang rendah dan ketidaknyamanan distress dalam area pekerjaan dan keluarga serta mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan individu. Penelitian lain menunjukkan hasil yang berbeda bahwa peran ganda yang dimainkan individu memberikan keuntungan lebih besar terhadap kesehatan fisik dan psikologis individu. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konflik peran ganda dengan life satisfaction pada wanita bekerja.

B. PERUMUSAN MASALAH