Hubungan antara Persepsi terhadap Peran Ayah dengan Harga Diri Remaja

teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, dan sebagainya. c. Remaja akhir 18-21 tahun Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan pencapaian : 1 Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2 Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. 3 Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi 4 Egosentrisme terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5 Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat umum.

D. Hubungan antara Persepsi terhadap Peran Ayah dengan Harga Diri Remaja

Harga diri merupakan hal yang dibutuhkan oleh remaja yang sedang berkembang Gabarino Benn dalam Andayani Koentjoro, 2004. Harga diri mengacu pada penilaian secara keseluruhan seseorang sebagai individu. Jika individu merasa bahwa secara keseluruhan dirinya baik, maka ia akan memiliki harga diri yang tinggi Wayne Margaret, 2006. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga diri remaja adalah keluarga dalam Berns, 2004. Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi individu yaitu Universitas Sumatera Utara tempat individu belajar memahami dirinya sendiri. Orangtua sebagai pengendali keluarga, memegang peranan dalam membentuk hubungan keluarga dengan anak- anak mereka. Maharani Andayani, 2004. Coopersmith dalam Berns, 2004 melakukan penelitian tentang peranan orangtua dalam perkembangan harga diri, dan menemukan empat bentuk perilaku yang dianggap penting bagi perkembangan harga diri remaja yaitu perasaan dan penerimaan yang ditunjukkan oleh orangtua, pembatasan standar perilaku yang jelas, penetapan disiplin dan kontrol melalui penjelasan dan bukan dengan cara kekerasan dan paksaan, serta sikap orangtua yang melibatkan pendapat anak dalam menentukan keputusan keluarga. Peran orangtua mencakup peran ayah dan peran ibu. Interaksi antara ayah dan remaja dapat membentuk persepsi tersendiri oleh remaja terhadap peran ayah. Menurut teori persepsi sosial, seseorang akan melakukan penilaian-penilaian dalam upaya memahami orang lain, dalam hal ini adalah upaya remaja memahami peran ayah dengan cara memberi penilaian-penilaian melalui interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Persepsi sosial sendiri bersumber dari tiga elemen. Elemen tersebut adalah pribadi, situasi dan perilaku. Pengalaman yang seseorang miliki terhadap elemen-elemen tersebut apabila semakin banyak maka semakin terperinci pemahaman seseorang terhadap objek sosial tersebut BrehmKassin, dalam Soegiyoharto, 2006. Artinya semakin remaja merasa mengenal ayah mereka dengan tepat dan benar maka mereka cenderung bisa mempersepsikan peran ayah mereka dengan baik. Universitas Sumatera Utara Dinamika hubungan ayah dengan remaja biasanya dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi baik pada ayah maupun remaja. Para peneliti telah memusatkan perhatian mengenai hubungan ayah dengan remaja pada lima karakteristik Hinde, dkk, dalam Lamb, 1997 yaitu: 1. Waktu yang dihabiskan bersama Waktu yang dihabiskan bersama telah digunakan sebagai indikator dari hubungan ayah-remaja. Faktor yang penting tidak hanya meliputi jumlah waktu aktual yang dipakai tapi juga bagaimana waktu tersebut dihabiskan dan tingkat kepuasan masing-masing dengan hal tersebut. Montemayor dalam Lamb, 1997 menemukan bahwa remaja menghabiskan rata-rata 84 menithari dengan ibunya dan hanya 70 menit dengan ayah mereka. Anak laki-laki dilaporkan menghabiskan 53 menithari dengan ayah mereka dan anak perempuan menghabiskan 59 menithari dengan ibunya. Sementara itu, anak laki-laki dengan ibu mereka menghabiskan waktu 26 menithari dan anak perempuan hanya 17 menit dengan ayah mereka. Remaja, baik laki-laki maupun perempuan merasa lebih senang dan puas ketika terlibat aktivitas dengan ayah dibandingkan terlibat aktivitas bersama ibu Montemayor Brownlee, dalam Lamb, 1997. Kualitas waktu yang dihabiskan remaja bersama dengan ayahnya dengan ayahnya dipengarui oleh beberapa aspek darihubungan. Contohnya, remaja laki-laki yang merasa dimengerti oleh ayahnya memandang menghabiskan waktu bersama sebagai sesuatu yang menyenangkan, dengan berbagi minat. Sementara itu, remaja laki-laki yang merasa tidak dimengerti oleh ayahnya memandang waktu yang dihabiskan bersama sebagai Universitas Sumatera Utara sesuatu yang mengandung konflik dan berisi aktivitas yang dipaksakan serta tidak diinginkan Roll Millen, dalam Lamb, 1997 2. Komunikasi dan keterlibatan Salah satu komponen komunikasi adalah frekuensi interaksi antara orangtua dan remaja. Miller Lane dalam Lamb, 1997 menemukan bahwa remaja laki- laki maupun perempuan lebih banyak berbicara dengan ayah dalam hal membutuhkan pemecahan masalah. Ayah juga ditemukan lebih memberikan kesempatan dan tidak menegangkan dibandingkan ibu Hauser, dkk, dalam Lamb, 1997. Biasanya keterlibatan ayah dengan remaja lebih selektif dan terbatas pada diskusi dan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan hal-hal seperti akademis dan pendidikan berikutnya serta perencanaan karir Noller, dkk, dalam Lamb, 1997. Meski demikian ayah digambarkan kurang terbuka dalam mendengar masalah dan untuk membantu dalam meringankan perasaan. Selain itu, dibandingkan dengan anak perempuan biasanya anak laki-laki merasa bahwa mereka dipahami dengan lebih baik oleh ayahnya Youniss Ketterlinus, dalam lamb, 1997. DeLuccie Davis dalam Lamb, 1997 menemukan adanya penurunan yang tetap dalam keterlibatan ayah dari masa prasekolah dengan masa remaja. 3. Kedekatan Kedekatan sering didefinisikan sebagai kehangatan, penerimaan, keterkaitan, attachment dan hal yang berhubungan dengan perasaanafeksi. Youniss Ketterlinus dalam Lamb, 1997 menyimpulkan bahwa hubungan ayah-remaja Universitas Sumatera Utara lebih berjarak dibandingkan hubungan ibu-remaja, terutama pada tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Beberapa peneliti mendefinisikan kedekatan dalam kerangka perilaku kasih sayang, seperti pujian, pengargaan, dukungan dan kasih sayang. Perbedaan jenis kelamin ternyata berpengaruh dalam kedekatan Eberly, dkk, dalam Lamb, 1997 menemukan bahwa ayah dan anak laki-laki kurang saling menunjukkan perasaannya masing-masing dibandingkan ibu dan anak perempuannnya. Persepsi remaja tentang orangtuanya yang hangat, dekat dan pengasih berkorelasi tinggi dengan tingkat kedekatan remaja itu sendiri Klos, dkk, dalam Lamb, 1997. Oleh karena itu, tingkat kedekatan yang rendah dengan ayah dapat menimbulkan persepsi akan hubungan yang berjarak dan berkurangnya perasaan dekat dengan ayah selama remaja dapat dihubungkan dengan kurangnya kedekatan pada masa kanak-kanak. 4. Konflik Montemayor dalam lamb, 1997 mengungkapkan bahwa orangtua dan remaja mengalami konflik hampir 2 kali dalam seminggu, rata-rata yang tinggi jika dibandingkan dengan rumah tangga yang tidak mengalami banyak tekanan. Keduanya, orangtua dan remaja melaporkan bahwa remaja lebih sedikit perdebatan dengan ayah dibandingkan dengan ibu, dan konflik ibu-anak perempuan lebih sering dibandingkan konflik ibu-anak laki-laki Hill, dkk, dalam Lamb, 1997 Penelitian menunjukkan bahwa keberadaaan ayah menambah efek negatif ketika remaja mengalami masa pubertas. Hal ini dapat terjadi karena ayah Universitas Sumatera Utara memandang bahwa masa transisi pubertas anak remaja merupakan hal yang membebani Montemayor, dalam Lamb, 1997. Efek negatif ayah ditemukan sebagai tingkat prediktor yang kuat dari kualitas komunikasi dan kemandirian psikologis Flannery, dalam Lamb, 1997. 5. Kekuasaan Kekuasaan sering didefinisikan sebagai seberapa besar pengaruh anggota keluarga dalam pengambilan keputusan atau dalam derajat kontrol terhadap anggota keluarga yang lain. Secara umum, remaja menilai ayah mereka kurang egaliter dibandingkan ibu LeCroy, dkk, dalam Lamb, 1997. Salah satu alasannya adalah karena ayah cenderung untuk berusaha mengontrol dengan ketat anak remajanya, sementar ibu cenderung lebih melonggarkan kontrolnya Steinberg, dkk, dalam Lamb, 1997. Baronowski dalam Lamb, 1997 berpendapat bahwa ayah memiliki kebutuhan untuk dominan dibandingkan ibu, cenderung lebih mengontrol, dan kurang permisif. Ayah biasanya mendorong kemandirian dan sikap asertif pada anak remajanya, sementara ibu mendorong perilaku interpersonal yang sesuai dan keterlibatan anak dalam tugas-tugas rumah Power Shanks, dalam Lamb, 1997. Ditemukan juga bahwa ayah sering menggunakan hukuman fisik, sementara ibu disebutkan sering menggunakan hukuman yang sifatnya material. Gehring dalam Lamb, 1997 menemukan bahwa ayah dari remaja yang lebih tua dipandang kurang berkuasa dibandingkan ayah dari remaja yang lebih muda. Keterlibatan ayah membuat remaja dapat mengerti apa yang terjadi disekitarnya, remaja merasa diterima, dihargai, dan dibutuhkan sebagai anggota Universitas Sumatera Utara keluarga Goldstein, dalam Maharani Andayani, 2004. Hal ini sejalan dengan Maharani dan Andayani 2003 menjelaskan bahwa keterlibatan ayah sangat mempengaruhi proses perkembangan individu, dimana ayah yang memberikan perhatian dan dukungan pada anaknya akan memberikan perasaan diterima, mampu, berguna, diperhatikan dan memiliki rasa percaya diri, sehingga proses perkembangan anak tersebut dapat berjalan dengan baik. Menurut Dubowitz 2001 remaja yang merasakan dukungan dari ayah atau merasa ayahnya makin dekat maka harga diri remaja tersebut akan makin baik. Berdasarkan uraian teori diatas diperoleh kesimpulan bahwa ayah berperan dalam perkembangan harga diri remaja Perasaan mampu dan perasaan berguna merupakan komponen-komponen yang terdapat dalam harga diri. Dapat disimpulkan sementara bahwa ada hubungan antara persepsi terhadap peran ayah dengan harga diri remaja.

E. Hipotesa Penelitian