JENIS OPERASI LAMA ANESTESI DAN PS-ASA

Tabel 6.2-2. Suku Kelompok Jenis suku A B C Total P BATAK 2 6,7 1 3,3 5 16,7 8 26,7 KARO 0 0,0 1 3,3 2 10,0 3 10,0 MINANG 1 3,3 0 0,0 0 0,0 1 3,3 0,14 NS JAWA 7 23,3 8 26,7 3 10,0 18 60,0 Total 10 33,3 10 33,3 1033,3 30 100 Uji Chi-Square Jenis pendidikan terbanyak pada penelitian ini adalah SMA pada semua kelompok. Dimana pada kelompok A sebanyak 16,7, pada kelompok B sebanyak 20 , dan pada kelompok C sebanyak 20 . Jenis pendidikan dianalisa dengan uji chi-square untuk menilai perbedaan proporsi antara ketiga kelompok penelitian didapatkan p = 0,60 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna pada jenis pendidikan di antara ketiga kelompok. Jenis suku terbanyak pada penelitian ini adalah jawa pada kelompok A dengan 23,3 dan pada kelompok B yang terbanyak adalah jawa dengan 26,7 , serta kelompok C yang terbanyak adalah suku batak dengan 16,7 . Jenis suku dianalisa dengan uji chi-square untuk menilai perbedaan proporsi antara kedua kelompok penelitian didapatkan p = 0,14 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna pada jenis suku di antara ketiga kelompok.

6.3 JENIS OPERASI

Karakteristik jenis operasi yang dilaksanakan pada subjek penelitian ini adalah kistektomi, surgikal staging, transabdominal hysterektomi TAH, laparaskopi, dan internal debulking. Hasil penelitian terlihat pada tabel 4.3 Universitas Sumatera Utara Tabel 6.3-1. Jenis Operasi Kelompok Jenis operasi A B C Total P Kistektomi 1 3,3 2 6,7 0 0 3 10 Surgikal Staging 5 16,7 4 13,3 3 10,0 12 40,0 TAH 4 13,3 4 13,4 3 10 11 36,7 0,19 NS Laparaskopi 0 0 0 0 3 10,0 3 10,0 Internal Debulking 0 0 0 0 1 3,3 1 3,3 Total 10 33,3 10 33,3 1033,3 30 100 Uji Chi-Square Jenis operasi terbanyak pada penelitian ini adalah surgikal staging dan TAH pada kelompok A dengan masing-masing 13,4 dan 13,3 , dan pada kelompok B yang terbanyak adalah surgikal staging dengan 16,7 , serta pada kelompok C jenis operasinya adalah surgikal staging, TAH dan laparaskopi. Jenis operasi dianalisa dengan uji chi-square untuk menilai perbedaan proporsi antara kedua kelompok penelitian didapatkan p = 0,19 berarti tidak ada perbedaan yang bermakna pada jenis operasi di antara ketiga kelompok.

6.4 LAMA ANESTESI DAN PS-ASA

Karakteristik lama anestesi dan PS-ASA pada penelitian ini terlihat pada tabel 4.4 dibawah ini Tabel 6.4-1. Karakteristik Lama Anestesi dan PS-ASA Kelompok Total PS-ASA A B C P Lama Anestesi ASA 1 140,10 56,49 7 23,3 165 37,86 9 30,0 132,90 44,00 7 23,3 146 47,24 23 76,7 0,29 NS 0,47 NS ASA 2 3 10,0 1 3,3 3 10,0 7 23,3 Total 10 100 10 100 10 100 30 100 Uji ANOVA Uji Chi-Square Lama anestesi 114 – 228 menit dengan rerata 140,10 SD 56,49 pada kelompok A. Pada kelompok B dengan rerata 165 SD 37,86 serta pada Universitas Sumatera Utara kelompok C reratanya adalah 132,9 SD 44,0 diuji dengan tes ANOVA didapatkan nilai p = 0,29. Berarti tidak ada perbedaan bermakna pada ketiga kelompok. Fisikal status PS-ASA pada kedua kelompok ini adalah 1 dan 2, pada kelompok A yang terbanyak adalah PS-ASA 1 dengan 23,3 dari semua sampel dan pada kelompok B juga PS-ASA 1 dengan 30, serta pada kelompok C adalah PS-ASA 1 dengan 23,3 . PS-ASA diuji dengan chi-square dengan nilai p = 0,47. Berarti tidak ada perbedaan bermakna pada PS-ASA di antara kedua kelompok.

6.5 KARAKTERISTIK KLINIS HEMODINAMIK BERDASARKAN

Dokumen yang terkait

Perbandingan Efek Parasetamol 1 gr/6 jam Intravena dan Ketorolak 30 mg/6 jam Intravena Untuk Penanganan Nyeri Paska Pembedahan Seksio Sesaria Dengan Anestesi Regional Blok Subaraknoid

1 60 119

Perbandingan Efektivitas Kombinasi Fentanyl Patch 12,5 µg/jam dan 25 µg/jam dengan Ketorolak 30 mg Intravena pada Pascabedah Ortopedi Ekstremitas Bawah | Rini | Jurnal Anestesi Perioperatif 823 3040 1 PB

0 0 8

Perbandingan efek parasetamol 1 gr 6 jam intravena dan Ketorolak 30 mg 6 jam intravena untuk penanganan nyeri paska pembedahan seksio sesaria dengan anestesi regional blok subaraknoid

0 0 22

Perbandingan efek parasetamol 1 gr 6 jam intravena dan Ketorolak 30 mg 6 jam intravena untuk penanganan nyeri paska pembedahan seksio sesaria dengan anestesi regional blok subaraknoid

0 0 4

Perbandingan efek parasetamol 1 gr 6 jam intravena dan Ketorolak 30 mg 6 jam intravena untuk penanganan nyeri paska pembedahan seksio sesaria dengan anestesi regional blok subaraknoid

0 0 14

Perbandingan efek parasetamol 1 gr 6 jam intravena dan Ketorolak 30 mg 6 jam intravena untuk penanganan nyeri paska pembedahan seksio sesaria dengan anestesi regional blok subaraknoid

1 1 27

Perbandingan efek parasetamol 1 gr 6 jam intravena dan Ketorolak 30 mg 6 jam intravena untuk penanganan nyeri paska pembedahan seksio sesaria dengan anestesi regional blok subaraknoid

0 0 6

Perbandingan efek parasetamol 1 gr 6 jam intravena dan Ketorolak 30 mg 6 jam intravena untuk penanganan nyeri paska pembedahan seksio sesaria dengan anestesi regional blok subaraknoid

0 0 13

Perbandingan Efektivitas antara Gabapentin 600 mg dan Gabapentin 900 mg Kombinasi dengan Ketorolak 30 mg 8 Jam sebagai Analgesia Pascabedah pada Total Abdominal Histerektomi dengan Anestesi Umum | Camary | Jurnal Anestesi Perioperatif 898 3274 1 PB

0 0 7

Efek Ketorolak 30 Mg Intravena Sebagai Preemptive Analgesia Pada Operasi

0 0 51