akan meningkatkan kadar adenosine monofosfatsiklik, dan mengaktifkan protein kinase A. Protein kinase A dan protein kinase C akan menfosforilasi asam amino
serine dan threonin. Fosforilasi akan menyebabkan perubahan aktivitas reseptor
dan ion channel yang dramatik
26
. Berbagai komponen yang menyebabkan sensitasi akan muncul secara
bersamaan prostaglandin E
2
, nerve growth factor, dan bradikinin, penghambatan hanya pada salah satu substansi kimia tersebut tidak akan
menghilangkan sensitisasi perifer. Sensitisasi perifer akan menurunkan ambang rangsang, dan berperan besar dalam meningkatkan sensitivitas nyeri di tempat
cidera atau inflamasi
26
.
Gambar 1. Sensitisasi yang menyebabkan hiperalgesia dan allodinia
Keterangan: stimulus noksious dapat menyebabkan sensitisasi respon sistem saraf
terhadap stimulus berikutnya. Respon nyeri yang normal ditunjukkan oleh kurva sebelah kanan. Pada cedera jaringan, kurva tersebut akan bergeser ke kiri, sehingga stimulus
noksious dirasakan lebih nyeri hiperalgesia, dan stimulus non noksious juga dirasakan sebagai nyeri allodinia.
2.2.2 Sensitisasi sentral
Sama halnya dengan sistem nosiseptor perifer, maka transmisi nosiseptor di sentral juga dapat mengalami sensitisasi. Sensitisasi sentral dan perifer
bertanggung jawab terhadap munculnya hipersensitivitas nyeri setelah cedera.
Universitas Sumatera Utara
Sensitisasi sentral memfasilitasi dan memperkuat transfer sinaptik dari nosiseptor ke neuron kornu dorsalis. Pada awalnya proses ini dipacu oleh input nosiseptor ke
medula spinalis activity dependent, kemudian terjadi perubahan molekuler neuron transcription dependent
26
. Secara umum proses sensitisasi sentral serupa dengan sensitisasi perifer.
Diawali dengan aktivasi kinase intraseluler, memacu fosforilasi saluran ion dan reseptor, dan terjadi perubahan fenotip neuron. Sensitisasi sentral dan perifer
merupakan contoh plastisitas sistem saraf, dimana terjadi perubahan fungsi sebagai respon perubahan input kerusakan jaringan. Dalam beberapa detik
setelah kerusakan jaringan yang hebat akan terjadi aliran sensoris yang massif ke
dalam medulla spinalis, ini akan menjadikan jaringan saraf di dalam medulla
spinalis menjadi hiperresponsif. Reaksi ini menyebabkan munculnya nyeri akibat stimulus non noksious misalnya: nyeri akibat sentuhan ringan, dan daerah yang
jauh dari jaringan cedera juga menjadi sensitif rangsangan nyeri hiperalgesia sekunder
26
. Sensitisasi sentral membutuhkan aktivitas nosiseptor yang singkat dengan
intensitas yang tinggi, misalnya: irisan kulit dengan skalpel. Sensitisasi sentral dapat juga terjadi akibat sensitisasi nosiseptor akibat inflamasi, dan aktivitas
ektopik spontan akibat cidera saraf. Sensitisasi sentral merupakan urutan kejadian di kornu dorsalis yang diawali dengan pelepasan transmiter dari nosiseptor,
perubahan densitas reseptor sinaptik, perubahan ambang, yang kesemuanya meningkatkan transmisi nyeri. Salah satu reseptor yang berperan utama dalam
perubahan ini adalah reseptor N-Methyl D-Aspartat NMDA. Selama proses sensitisasi sentral, reseptor ini akan mengalami fosforilasi, dan meningkatkan
kepekaannya terhadap glutamat. Respon berlebih pada glutamat ditandai oleh hilangnya blokade ion Mg
2+
dan terjadi pembukaan ion channel yang lebih lama. Eksitabilitas membran dapat diaktifkan baik oleh input yang di bawah
subtreshold, dan respon berlebih pada input di atas ambang supratreshold. Fenomena ini menyebabkan munculnya nyeri pada rangsang yang di bawah
Universitas Sumatera Utara
ambang allodinia, dan respon nyeri berlebih akibat rangsang nyeri hiperalgesia, serta perluasan sensitivitas area yang tidak cedera hiperalgesia
sekunder
26
.
2.3 NOSISEPTOR