72
televisi berlebihan ini yang pada akhirnya membuat kedua anaknya tersebut menjadi malas belajar.
4.3 Temuan dan Interpretasi Data 4.3.1. Permainan Tradisional yang biasa dimainkan anak-anak di perkebunan
karet PT. Bridgestone Dolok Merangir
Permainan tradisional yang dimainkan anak-anak di perkebunan dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Di perkebunan
umumnya masih disebut dengan masyarakat pedesaan yang mana pada masyarakat pedesaan orang-orang masih bergantung pada orang lain. Begitu
juga halnya dalam permainan tradisional anak-anak. Berbeda dengan orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang-orang lain.
4.3.1.1 Jenis Jenis Permainan Tradisional yang biasa dimainkan anak-
anak di perkebunan karet PT. Bridgestone Dolok Merangir
Dari data yang diperoleh permainan yang sering dimainkan anak-anak di perkebunan saat ini adalah permainan tradisional. Adapun jenis permainan
tradisional yang masih dimainkan oleh anak-anak tersebut adalah : 1. Galasin. Permainan yang tediri dari dua kelompok ini dimainkan
maksimal 3 sampai 5 orang. Sebelum bermain, mereka membuat persegi dan dua baris yang mana pada satu baris terdiri tiga kolom
sehingga terdapat 6 kotak. Sebelum bermain, calon pemain memilih
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
73
pasangan untuk suit. Dan bagi yang menang ikut dengan kelompok menang, dan kalah berada di kelompok yang kalah. Ketua kelompok
suit sampai tiga kali, dan apabila yang menang mereka duluan bermain serta berada di dalam kotak dan yang kalah berada di garis-garis
perbatasan. Aturan mainnya adalah pemenang harus berpindah-pindah ke kotak sampai ke luar garis belakang dan kembali laki ke tempat
semula. Agar temannya bisa keluar pemain yang menang harus bisa mengganggu konsentrasi lawan agar temannya bisa lolos dari
penjagaan lawan. Dan yang jaga harus tetap berada di garis dan menyentuh pemain yang akan berpindah-pindah ke kotak paling
belakang dan garis luar. Apabila seorang pemain tersentuh maka mereka berganti posisi, yang jaga menjadi pemain dan sebaliknya.
Pemain dianggap menang apabila bisa lolos dari lawan dan sampai ketempat semula dan mendapat skors terbanyak.
2. Lompat tali. Permainan ini bisa dimainkan secara perseorangan ataupun pergrup. Jika dimainkan secara perseorangan biasanya pemain
hanya terdiri dari 3 orang. Apabila dimainkan pergrup biasanya terdiri dari 2 grup dengan 4 pemain. Sebelum permainan dimulai, 3 pemain
tersebut melakukan ompiyang
atau biasa disebut hompimpah
sehingga dapat pemain pertama setelah itu dilanjutkan dengan suit agar mereka mendapat urutan pemain kedua dan ketiga. Berbeda saat
bermain tali dengan grup, biasanya mereka hanya melakukan suit
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
74
berpasangan, yang kalah berteman dengan yang kalah dan pemenang suit akan bergabung dengan yang pemenang suit selanjutnya mereka
menjadi pemain pertama dan grup yang kalah yang memegang tali dan memutar-mutarnya sampai si pemain pertama berhenti dalam
permainan dan bergantian memutar-mutarkan talinya. Adapun inti bermain tali adalah sportivitas antar pemain, karena sangat sering
dijumpai jika pemain tali ini terdiri dari 3 orang, salah satu dari pemain yang kalah menginginkan permainan dihentikan atau sering
disebut enceng , tetapi pada saat dimainkan pergrup akan
menghasilkan kerjasama, solidaritas, dan kreatifitas pemain. Kemenangan permainan tali ditandai dengan banyaknya jumlah
lompatan diatas tali.
3. Patok lele. Permainan tradisional anak patok lele biasanya dimainkan oleh anak laki-laki. pertama-tama anak-anak harus mencari 2 buah
kayu., yang mana anak patok lele panjangnya 10cm dan lebarnya berkisar 3cm. sedangkan tongkatnya harus lebih panjang sekitar 30cm
sampai 40 cm dengan lebar 3cm. setelah itu membuat lubang di tanah dan garis 10cm, dan untuk pemain dengan jarak 15 cm. Permainan ini
dimainkan dengan 2 grup. Pertama sipemukul memukul anak patok lele ke depan dari garis batas pemukul, kemudian diukur melalui
tongkat patok lele dan jumlahnya merupakan poin yang di dapat oleh grup pemukul. Apabila anak patok lele dipukul dan ditangkap oleh
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
75
lawan, maka pemukul tidak dapat poin dan pemain bertukar posisi. Permainan tradisional patok lele ini juga membantu perkembangan
anak dalam berhitung, serta merasakan kebersamaan dan sportifitas serta kerjasama pada tiap grup. Karena permainan ini menggunakan
kayu, maka permain harus berhati-hati agar tidak cedera tubuh akibat terkena kayu yang digunakan sebagai alat permainan tersebut.
4. Petak umpet. Permainan petak umpet atau yang terkenal dengan alip cindong ini merupakan permainan yang sangat mudah dimainkan. Di
dolok merangir ini anak-anak menyebutnya Alip berondok. Permainan ini dimainkan dengan banyak orang dan tidak memiliki grup. Hanya
dengan bermodalkan tembok rumah dan pohon yang dijadikan sebagai rumah si penjaga. Ketika sudah dapat pemain yang menjadi si penjaga,
ia menepi kepohon dan meletakan dan menutup matanya sambil menghitung sampai 100 dengan cepat. Sedangkan teman-temannya
yang lain berondok atau bersembunyi agar tidak terlihat dari si penjaga. Agar si penjaga tetap menjaga, para pemain harus menyentuh
tembok rumah penjaga tadi seraya mengatakan cindong. Tanda bahwa ia terbebas untuk tidak menjaga. Sedangkan pemain yang sembunyi
tersebut namanya dan tepat dengan orangnya., si penjaga lari dan memukul tembok tadi sambil menyebut nama pemain yang terkena.
Jika banyak pemain yang terkena, si penjaga menutup mata dan menghadap tembok sedangkan pemain yang terkena berdiri di
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
76
belakang si penjaga. Pada saat si penjaga menyebut nomor yang disebut, orang yang berada disebutan tersebut akan menjadi si penjaga.
Apabila semua pemain terbebas dari penjagaan, si penjaga harus menjaga ulang sampai menemukan penggantinya. Tidak ada
pemenang dalam permainan ini, hanya saja pemain yang sama sekali tidak pernah menjadi penjaga akan mendapat pujian
jagoan bersembunyi .
5. Cak bulu kucing. Permainan ini merupakan permainan individu dan jumlah pemainnya harus ganjil. Dua orang penjaga gerbang sambil
menggerakkan tangan dan membelakangi pemain yang akan melewati gerbang tersebut. Jika tidak seorang pemain pun terkena tangan
penjaga gerbang, si penjaga berbalik arah dan para pemain kembali lagi dan menyebrang melewati gerbang tersebut dan tidak boleh
menoleh kebelakang. Penjaga gerbang harus menatap lurus kedepan, sesekali mereka saling kode agar gerakan tangan mereka sama ataupun
berhenti sejenak. Apabila seorang pemain tersentuh dari tangan penjaga gerbang maka, setiap pemain harus mencari pasangan dan
bergandengan sambil menggenggam kedua tanggannya masing- masing dengan erat. Dan pemain yang tidak mendapat pasangan harus
bisa membuka genggaman tangan seorang pemain untuk menjadi teman penjaga gerbang. Jika tidak ada seorang pemain yang bisa
terbuka tangannya, disaat itulah biasanya muncul orang yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
77
mengalah dan ditandai dengan mudahnya si pemain yang mencari teman penjaga gerbang untuk membuka tangan seorang temannya
tersebut. Tidak ada pemenang dalam permainan ini karena setiap pemain selalu ingin mengambil kesempatan sebagai penjaga dan
terkadang ada pemain yang mengalah bila temannya tidak bisa membuka genggaman tangan teman lainnya. Tetapi tidak menutup
kemungkinan pemain yang melewati gerbang melakukan kecurangan, apabila penjaga mengatakan ia tersentuh, terkadang pemain
mengatakan tidak ada. Dan disini dituntut untuk ada yang bisa menengahi dan kejujuran dari para pemain.
6. Engklek. Permainan engklek ini bisa dimainkan secara grup. Tetapi sangat jarang anak-anak mau memainkan secara pergrup karena akan
memguras waktu yang lama. Di perkebunan karet ini ada tiga jenis engklek, yang biasa dimainkan adalah engklek orang dan engklek
parabola, sedangkan engklek seribu sangat jarang dimainkan karena disetiap kolomnya terdiri dari nominal-nominal angka. Pada englek
orang dan englek para bola, ini biasa dimainkan oleh anak perempuan sedangkan engklek seribu dimainkan oleh anak laki-laki. engklek
orang dan parabola biasanya dimainkan oleh 2 sampai 3 orang, sebelum mereka bermain mereke membentuk gambar orang ditanah
menggunakan kayu dari kepala hingga kaki, begitu juga dengan parabola mereka membentuk gambar parabola. Sebelum bermain
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
78
engklek, para pemain mencari lempengan yang biasanya dari pecahan asbes sebagai gacok mereka. Setelah itu mereka ompiyang dan
suit sehingga dapatlah pemain pertama sampai pemain terakhir. Pertama-tama pemain harus berdiri tegak dan melemparkan gacoknya
ke gambar kaki engklek pertama. Setelah itu melompat kekolom kosong, menggunakan 1 kaki atau meng engklek . Apabila tangan
dan rok belum terisi oleh gacok, pemain boleh berdiri menggunakan kedua kaki, tetapi jika ada gacok mereka harus tetap meng engklek
dengan 1 kaki. pemenang permainan ini ditandai dengan mendapat rumah yang diarsir diatas permukaan gambar. Apabila lawan masuk
kerumahnya, si pemain bertukar dengan pemain lainnya, dan apabila pemilik rumah berdiri dengan 1 kaki dirumahnya pemain lain harus
mengatakan door sehingga pemilik rumah harus menghapus arsiran tersebut menandakan rumahnya sudah terbakar. Kemenangan tersebut
ditandai banyaknya rumah yang dimiliki serta hampir semua gambar tersebut terarsir.
7. Nek lampir. Permainan tradisional ini dimainkan maksimal dengan 10 orang pemain. Caranya, mereka membuat gambar lingkaran besar dan
2 buah tangga di atas tanah. 10 pemain melakukan ompiyang sampai dapat 1 orang yang akan menjadi nenek lampir. Semua pemain berada
di dalam lingkaran. Nek lampir datang seolah-olah mengetuk pintu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
79
rumah mereka. Nek lampir bernyanyi dan pemain yang ada dilingkaran membalas nyanyian tersebut.
Nek lampir : Tok Tok Tok seolah-olah mengetuk pintu Anak-anak : Siapa itu?
Nek lampir : Nenek Lampir Anak-anak : Dari mana?
Nek lampir : Dari kuburan Anak-anak : membawa apa?
Nek lampir : membawa tengkorak Anak-anak : untuk siapa?
Nek lampir : untuk sambil menyebutkan seorang anak Anak-anak : yang disebut maju, seolah-olah membuka pintu
Cekreok Dan disaat itu nek lampir hanya boleh berada di garis lingkaran dan
harus bisa menyentuh salah seorang pemain untuk bergantian menjadi nek lampir. Biasanya pemain berusaha keluar dari lingkaran dengan
syarat harus mengengklek atau lari dengan 1 kaki. nek lampir juga boleh mengejar, syarat agar pemain bisa masuk harus melalui pintu
tempat nek lampir masuk dan mengetuk pintu.
8. Yeye. Permainan ini biasa dimainkan secara perorangan ataupun pergrup. Dimainkan perorangan terdiri dari 3 orang sedangkan bergrup
bisa mencapai 3 orang 1 grupnya. Sebelum bermain biasanya mereka
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
80
menyiapkan yeye yang terbuat dari karet gelang yang disambung- sambung sehingga panjang. permainan ini biasa dimainakan oleh anak
perempuan. Dari seorang pemain yang mengajak biasanya ia telah mempersiapkan yeye tersebut. Pemain yang bermain duluan harus
melompati yeye tanpa menyentuh permukaan yeye. Setelah itu dilanjutkan dengan melompat dari boleh menyentuh yeye. Putaran
pertama hanya melompati dengan 1 kali. Dan putaran kedua harus melompat 5 kali tanpa tersentuh permukaan yeye dan selanjutnya
melompat dan berayun diantara yeye dengan hitungan 6 kali, 7 kali, 8 kali, 9 kali, 10 kali dan 1 kali. sesuai dengan tempatnya, dari seukuran
paha, pinggang, leher, telinga, kepala, jengkal dan bebas yaitu yeye diangkat menggunakan tangan, dimana pemain harus bisa lompat
melewati yeye tersebut. Kemenangan ditandai dengan banyaknya point melewati setiap putaran permainan
9. Pecah piring. Permainan ini dimainkan secara grup yang terdiri dari 3 sampai 5 orang pemain yang sudah mendapatkan grupnya dengan cara
suit . Cara bermainnya, pertam-tamapemain harus memiliki sebuah bola kasti atau sampah kertas yang di remas membentuk sebuah bola
dan setelah itu mengumpulkan pecahan asbes atau batu sampai 20 buah dan disusun membentuk menara. Setelah itu membuat garis
sebagai jarak dari tempat pelempar dengan menara yang akan dihancurkan. Para pemain yang menjadi penjaga harus melempar bola
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
81
mengenai tubuh pemain atau membongek timyang akan menyusun menara yang telah dihancurkan sebelumnya. para penyusun menara
harus berhati-hati menghindari bola yang akan menyentuhnya, apabila semua pemain tersentuh bola sedangkan menara belum terbangun,
secara otomatis peran mereka bertukar sipenjaga menjadi penyusun menara dan penyusun menara menjadi penjaga. Kemenangan ditandai
dengan banyaknya salah satu grup menyusun menara tanpa ada yang jatuh dan hilang satu buah kepingan menara tersebut.
10. Kuaci. Kuaci adalah sebutan alat permainan tradisional yang memiliki ragam gambar terbuat dari plastik dan beratnya sesuai dengan
ukurannya. Kuaci biasa dimainkan perempuan dan maksimal pemain kuaci adalah empat orang dan bukan permainan grup. Kuaci dapat
digunakan untuk bermain terka atau tebak jumlah maupun bermain kuaci geprok yang artinya mereka bermain dengan banyak kuaci dan
setiap kuaci bisa disentuh dengan sebuah gacok dan mengeluarkannya dari dalam garis sehingga keluar garis batas. Kemenangan ditandai
dengan banyaknya kuaci yang dibawa pulang pemain.
Kebiasaan bermain dengan teman sebaya pada akhirnya anak memiliki cara tersendiri bagaimana ia akan mengajaka temannya untuk bermain
permainan yang tradisional yang biasa ia mainkan. Berikut hasil dari wawancara dengan seorang anak yang mengaku menyukai permainan galasin.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
82
kalo main galasin paling enak kak,yang main 10 orang, kadang 8 orang, kan main
galasin ada 2 regu kak, jadi mainnya rame- rame. Apalagi pas main-main, kadang kita
uda janjian pas senam, nanti waktu istirahat langsung main, jadi uda cari orang
sebelumnya
kak, banyak
kawan lah
pokoknya Orlando Giovana Toplin Sinaga, 10
Pada dasarnya permainan tradisional ini dapat dimainkan oleh anak-anak karena adanya pengaruh orang tua dan tempat tinggal mereka yang menjadi
pendukung anak bisa memainkan permainan tersebut. Orang tua ataupun kakak dan abang dari anak-anak tersebut sebelumnya pernah memainkan jenis
permainan tersebut. Sehingga adik-adiknya pernah memperhatikan dan mulai bisa memainkan permainan tersebut. Interaksi yang terbangun dari orang tua,
kakak, abang maupun teman sebayanya tersebut yang pada akhirnya membuat anak-anak masih terus memainkan permainan tradisional di perkebunan karet
Dolok Merangir ini.
4.3.2. Nilai-Nilai Permainan Tradisional Bagi Anak-Anak di Perkebunan karet PT. Bridgestone Dolok Merangir
Setiap permainan yang dimainkan oleh lebih dari 2 orang akan memiliki makna tersendiri bagi pelaku yang memainkan permainan juga bagi
orang yang melihat permainan tersebut. Interaksi yang dibangun antara pemain akan menimbulkan hubungan timbal balik serta jaringan yang
nantinya akan disalurkan ketempat lain ketika mereka usai bermain. Adapun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
83
nilai-nilai yang mereka dapatkan dari permainan tradisional tersebut adalah adalah terbangunya sportivitas, empati, kebersamaan, kompetisi, kerjasama,
prestasi, egaliter dibandingan dengan permainan modern yang membentuk mereka menjadi pribadi individualis.
Selain mereka mendapatkan teman yang banyak mereka juga mengerti akan adanya kompetisi dari setiap permainan, selain itu rasa kebersamaan pun
terjaga sehingga mereka dapat berempati dari setiap permainan yang mereka mainkan. Dalam hal ini, orang tua terutama juga memiliki peran dalam
mengawasi anak-anaknya disaat mereka sedang bermaian. Peran ibu sangatlah penting, karena ibulah berada dirumah dan bertemu langsung dengan anak-
anaknya setelah mereka pulang sekolah.Begitu juga halnya dengan ayah, setelah pulang kerja anak juga berada dirumah. Dalam bermain permainan
tradisional, keluarga merupakan agen sosialisasi dalam memperkenalkan permainan tradisional serta mengetahui aturan-aturan bermain. Dalam
pengawasan bermain orang tua biasanya mengajarkan anak-anaknya untuk tidak bermain dengan curang. Berikut hasil wawancara seorang anak yang
pernah diawasi oleh ibunya saat bermain. icha kan mainnya dihalaman rumah, kalau
kawan icha datang, mama pasti nanya, mau ngapai,
cha bilang
mau maen-maen.
Langsung mama nasehati kak, kalau main jangan curang, gak pake nangis kalau kalah.
Icha, iya, iya aja kak. Trus kalau udah maen, mama keluar bilang hati-hati maennya,
jangan maen curang yah. gitu kak Edelis Dayhyza Maienjel Ginting, 11
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
84
Hal yang sama juga disampaikan oleh anak yang diawasai oleh ibunya pada saat bermain permainan tradisional lainnya,
putri sering kali kak, di tengokin bunda dari luar, kadang pas lagi main disuruh pulang,
kalau gak tidur siang, ngerjain PR. Kalau gak mau pulang bunda ngadu sama papa.
Putri Gista Filiza, 7 Tahun
Disinilah tugas orang tua agar dapat memberitahu anak-anaknya bahwa disetiap permainan tradisional terdapat aturan main yang harus
dipatuhi. Selain itu, para pemain juga boleh memberikan peraturan tambahan dengan syarat semua pemain harus mensepakatinya, baik sebatas aturan main
atau hukuman yang didapatkan oleh pemain yang kalah. Berikut hasil wawancara dengan seorang anak yang merasakan nilai dari kompetisi pada
saat bermain permainan tradisional. kalau mimi kan suka main tali, jadi kalau main
tali itu yang main harus konsentrasi kan, biar tetap main jadi kan gak gantian jaga Dwi Ismi
Yulianti Pratiwi,11 tahun
Kondisi saat ini dengan masuknya permainan modern dan
menggeserkan permainan tradisional ini disebabkan dekatnya jarak antara pusat perbelanjaan yang dapat ditempuh 15 menit menuju serbelawan dan 45
menit menuju pematang siantar. Dengan masuknya permainan modern diantara permainan tradisional memiliki pengaruh yang luar biasa sehingga
anak-anak mencoba untuk beralih dengan permainan baru. Masuknya permainan modern ini tidak bisa terhindarkan lagi,
dikarenakan orbitasi ataupun jarak tempuh serta besarnya pengaruh media
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
85
sosialisasi, komunikasi dan informasi pada akhirnya menghantarkan pada pertarungan mempertahankan nilai-nilai empati, kerjasama, kebersamaan dan
kekompakkan anak-anak seperti saat mereka memainkan permainan tradisional. Berikut merupakan hasil wawancara mengenai permainan apa
yang lebih anak-anak sukai di perkebunan karet ini. lebih enak permainan tradisional kak, lebih
murah, mudah dapatin barangnya, bisa dicari kapan aja kalau lagi pengen main.
Kalau kata bu guru, PS buat bodoh, makin malas belajar . Orlando Giovana Toplin
Sinaga, 10 Tahun
Adapun playstation, internet game online dan handphone yang sudah masuk di perkebunan karet ini memiliki dampak kepada anak-anak di usia
bermain, dimana mereka sudah mulai jarang untuk bermain permainan tradisional. Bagi mereka memainkan playstation dan terkhusus kepada anak
laki-laki merupakan permainan yang mengasikan dan tidak perlu lagi berpanas-panasan diluar. Begitu juga dengan halnya permainan yang ada pada
aplikasi handphone, membuat anak perempuan juga lebih senang memainkan permainan tersebut. Tidak jarang,disaat mereka memainkan permainan
modern menimbulkan kecemburuan kepada teman bermain atau teman sebangkunya. Karena adanya rasa takut untuk menunjukkan apalagi
meminjamkan, sehingga kata-kata pelit terucap dari temannya sendiri. Berikut hasil wawancara mengenai nilai dari permainan tradisional
dibadingkan dengan permainan modern.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
86
permainan tradisional kak, banyak kawan,trus kerja sama, kompak, beda sama main modern,
sendiri-sendiri. Shafira Ariffiani, 11 Tahun
Anak-anak sudah mulai individualis dan tidak peduli dengan temannya karena terlalu fokus dan takut rusak akan benda yang dimilikinya. Ini menjadi
catatan kepada para orang tua untuk tidak dengan mudah memberikan permainan modern tersebut yang akhirnya anak lebih cenderung bermain
sendiri yang akan mengikis rasa kebersamaan terhadap teman sebayanya. Berikut tanggapan penjaga mengenai peralihan permainan anak-anak
tradisional ke permainan modern. sebenarnya permainan tradisional itu positif ya,
hanya saja anak-anak sekarang udah beda sama yang dulu,sekarang lebih milih ke tekhnologi
Sapta Ade Wiranata, Penjaga Warnet
Permainan modern juga akan menambah beban-beban lainnya seperti beban listrik bertambah, waktu bermain anak semakin lama, kreatifitas dari
anak semakin menurun serta berdampak pada kesehatan anak, seperti bertambahnya penyakit mata, pinggang karena terlalu banyak duduk serta
menurunya semangat belajar karena keasikan bermain. Dibawah ini merupakan hasil wawancara dengan masyarakat mengenai permainan
tradisional dikalangan anak saat ini. kayak mana bilangnya ya dek, memang
permainan itu masih ada, kalau disbanding zaman dulu, lebih sering lagi karena gak ada
PLN. Sekarang udah maju, jadi hampir punah, apalagi uda ada TV, PS, Internet .
Sugiem S.Pd, Kepala Sekolah SDN 091598
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
87
Baik permainan tradisional maupun modern, keduanya memiliki manfaat. Tetapi kita bisa merasakan, mana yang lebih besar manfaatnya. Pada
permainan tradisional, memiliki manfaat yang bersifat jangka panjang, artinya dari hasil interaksi permainan yang dimainkan, anak-anak mampu
mengevaluasi dirinya dalam mengikuti aturan bermain yang ada, selain itu kekompakkan, kesetiakawanan, kompetisi, solidaritas, toleransi dan rasa
empati mereka tumbuh. Sehingga kebersamaan yang terbangun membuat mereka melepaskan tingkatan-tingkatan yang ada dimasyarakat seperti halnya
orang tua mereka berbeda tingkatan dalam pekerjaan, adanya anak gedongan, staf maupun karyawan biasa, sehingga mereka dapat berbaur tanpa
memandang mereka dari golongan apa. Berikut merupakan hasil wawancara mengenai permainan modern yang masuk di wilayah perkebunan ini.
kalau menurut saya, permainan modern sangat kurang bermasyarakat. Manfaatnya
ada, tapi harus dibatasi. Lihat aja sekarang kalau gak PS, Internet. Masih keci uda
facebook sampe gak ingat pulang . Sono Ahmadi, Pensiunan perkebunan
Berbeda halnya dengan permainan modern, yang malah semakin meningkatkan rasa individualitas anak, selain itu anak cenderung tidak mau
diajak bermain dengan temannya, misalnya saja playstation hanya teman dekat saja yang bisa diajak kerumah, karena stick playstation hanya 2 dan
Cuma bisa dimainkan untuk 2 orang. Selain itu adanya rasa ketakutan rusak sehingga anak-anak menjadi tidak berani untuk bermain playstation tersebut.
Kompetisi tidak terbangun secara sehat, karena hanya dimainkan perorangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88
dan mengikuti aturan main dari playstation. Ada juga orang tua yang tidak mendukug keberadaa permaina tradisional, mengingat masuknya teknologi
yang canggih dan mudah untuk didapatkan. Berikut hasil wawancara mengenai keberadaan permainan tradisional yang dimainkan anak-anak pada
saat ini. permainan
tradisional jelas
sudah ketinggalan zaman, udah bukan zamannya
lagi main-main
seperti itu
Sukiyo,Karyawan PT.Bridgestone
- Orangtua Putri Gista Filiza
Dan hanya beberapa orang anak saja yang orang tuanya membelikan permainan tersebut. Sedangkan mewabahnya handphone-handphone murah
yang mudah didapatkan oleh anak-anak sudah berubah fungsi bukan untuk berkomunikasi secara tepat, anak-anak bebas membawa handphone tanpa
dirazia oleh gurunya. Selain digunakan aplikasi permainannya, anak-anak mulai ber-sms ria dengan teman lainnya pada saat jam belajar. Bertambahnya
beban listrik, dan pengeluaran untuk pulsa membuat anak-anak menjadi boros.
Berikut merupakan hasil wawancara mengenai permainan modern yang masuk di wilayah perkebunan ini.
permainan modern kayak PS biayanya sangat besar. manfaatnya ada, tapi anak-anak malas
belajar. Asik PS aja .Baharuddin Lubis, Kepala Lurah Dolok Merangir
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89
4.3.3. Interaksi dalam Permainan Tradisional sebagai perekat hubungan sosial