16 semua pengetahuan dasar bukan hanya dengan duduk di ruang kelas, membaca buku,
atau menatap layar computer, melainkan berinteraksi dengan orang lain dengan dunia, dengan menggunakan seluruh tubuh, seluruh pikiran, dan seluruhnya dari diri kita.
Dari uraian tersebut, sangat memungkinkan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA di SD.
2.1.6 Teori Belajar IPA
Teori merupakan perangkat prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan. Fungsi teori dalam konteks belajar
adalah memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi belajar, memberi rujukan untuk menyusun rancangan pelaksanaan pengajaran, mendiagnosis masalah-
masalah dalam kegiatan belajar mengajar, mengkaji kejadiaan belajar dalam diri seseorang, dan mengkaji faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar Suprijono
2009: 15. Hal ini menjadi factor yang mempengaruhi keberhasilan guru dalam melakukan menentukan pendekatan pembelajaran IPA yang akan digunakan agar
menjadi efektif, bermakna dan menyenangkan. Beberapa teori belajar antara lain:
2.1.6.1
Teori Belajar Bruner
Dalam Sapriati 2014: 1.25, menjelaskan tentang cara seorang anak memperoleh dan memproses informasi baru dalam belajar. Anak tumbuh melalui tahapan yang berbeda-beda.
Proses belajar dalam tiga tahapan, yaitu:
2.1.6.1.1 Tahap Enaktif
Dalam tahap ini, dimana anak pada dasarnya mengembangkan keterampilan motorik dan kesadaran dirinya dengan lingkungannya. Pada tahap ini, anak belajar
konsep melalui benda riil atau mengalami peristiwa di sekitarnya.
17
2.1.6.1.2 Tahap Ikonik
Pada tahap ini penampilan mental anak sangat dipengaruhi oleh persepsinya, dimana persepsi tersebut bersifat egosentris dan cenderung tidak stabil.
2.1.6.1.3 Tahap Simbolis
Pada tahap ini, pengembangan keterampilan berbahasa dan kemampuan untuk mengartikan dunia luar dengan ide yang ia punya dan mengembangkannya dengan
kata-kata sendiri. Anak yang tidak lagi terkait dengan objek namun sudah mampu menggunakan notasi tanpa tergantung objek riilnya.
2.1.6.2
Teori Belajar Piaget
Sapriati 2014: 1.3, menjelaskan bahwa tahap-tahap perkembangan kognitif siswa mencakup:
2.1.6.2.1 Tahap sensorimotorik 0-2 tahun
Pada tahap ini, pengetahuan anak tentang dunia masih sangat sederhana dan sebatas yang ia tahu saja. Ada tiga kemampuan penting yang dicapai anak pada masa sensori motor ini,
yaitu : 1 Kemampuan mengontrol secara internal, yaitu terbentuknya kontrol dari dalam
pikirannya terhadap dunia nyata. 2 Perkembangan konsep kenyataan. Pada akhir tahap ini anak akan menyadari bahwa
dunia ini akan tetap ada, sehingga anak akan mengetahui bahwa suatu benda itu ada. 3 Perkembangan pengertian beberapa sebab akibat.
2.1.6.2.2 Tahap Pra-perasional 2-7 tahun
Pada tahap ini, pemikiran anak lebih bersifat simbolis, egosentris, dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Dikatakan intuitif atau intuisi adalah karena
18
dipengaruhi oleh persepsi dan egosentrisme berperan penting dalam cara berpikir anak. Yang dimaksud egosentrisme adalah bahwa anak lebih peduli terhadap dirinya sendiri daripada orang
lain.
2.1.6.2.3 Tahap Operasional Konkret 7-11 tahun
Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkret. Anak telah dapat melakukan pengelompokan atau penggolongan benda,
membuat urutan dan memecahkan persoalan sederhana.
2.1.6.2.4 Tahap Operasional Formal 11-15 tahun
Pada tahap ini dapat dikatakan sebagai tahap akhir dari perkembangan struktur berpikir. Anak usia ini telah dapat secara penuh melakukan berpikir secara logis tetapi masih mempunyai
pengalaman yang terbatas.
2.1.6.3
Teori Belajar Gagne
Teori belajar yang menganggap bahwa belajar sebagai suatu proses, bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer Sapriati 2014: 1.37. Ada 5
taksonomi atau The domains of learning hasil belajar yaitu : 2.1.6.3.1
Informasi verbal Informasi verbal ialah informasi yang diperoleh dari kata yang diucapkan
orang, dari membaca, radio, televisi, dan sebagainya, informasi ini meliputi nama- nama, fakta-fakta, prinsip-prinsip, dan generalisasi-generalisasi.
2.1.6.3.2 Keterampilan-keterampilan intelektual
Keterampilan intelektual terungkap dari pertanyaan yang dimulai dengan istilah bagaimana. Selain itu sebagai kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan
hidup dan diri sendiri dalam bentuk representasi, khususnya konsep dan berbagai lambangsimbol.
19 2.1.6.3.3
Strategi-strategi kognitif Strategi-strategi kognitif adalah kemampuan-kemampuan internal yang
terorganisasi. Dalam Strategi-strategi kognitif dapat berupa pengendalian tingkah laku untuk mengendalikan lingkungannya.
2.1.6.3.4 Sikap-sikap
Merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi tingkah laku terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk hidup.
2.1.6.3.5 Keterampilan-keterampilan
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual
Sapriati 2014: 1.41-1.43. SAVI merupakan kepanjangan dari Somatik, Auditori, Visual dan Intelektual. Somatik
ini sangat berkaitan erat dengan motorik, karena pada dasarnya, somatik adalah learning by moving and doing belajar dengan bergerak dan berbuat. Dan juga
kemampuan intelektual dalam pendekatan SAVI merupakan salah satu dari ke-5 taksonomi yang dikemukakan oleh Gagne.
2.1.6.4
Teori Belajar Ausubel
Ausubel dalam Sapriati 2014: 1.54, “belajar bermakna merupakan suatu proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang”. Selanjutnya Educational Psychology: A Cognitive View
menyatakan bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Ada dua prinsip Ausubel, yaitu:
20 2.1.6.4.1
Diferensiasi progresif Dalam pembelajaran hendaknya siswa diperkenalkan dahulu pada konsep-
konsep yang paling umum sesudah itu materi disusun secara berangsur-angsur menjadi konsep yang lebih khusus.
2.1.6.4.2 Rekonsiliasi integratif atau penyesuaian integratif
Menurut prinsip ini dalam mengajarkan konsep-konsep, atau gagasan-gagasan perlu diintegrasikan dan disesuaikan dengan konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya. Dalam teori Ausubel ini, sangat sejalan dengan pendekatan SAVI. Karena
wujud lain dari kebermaknaan adalah pernyataan konsep-konsep dalam bentuk bagan, diagram atau peta, sehingga akan tampak pembelajaran untuk memahami konsep-
konsep yang telah diberikan. Dan ini sejalan dengan auditori yang berarti learning by observing and picturing.
2.1.7 Hasil Belajar