Analisis Usaha Ayam Ras Pedaging

29

2.1.5. Kandang

Kandang dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan dan perlindungan bagi ternak, kemudahan dalam pemeliharaan dan kelancaran proses peroduksi. Dengan kondisi kandang yang baik diharapkan dapat dicapai efisiensi produksi ayam ras pedaging yang tinggi. Dalam penelitian Dewi 1993, menunjukkan bahwa kepadatan kandang 10 ekor m 2 menghasilkan berat karkas yang lebih baik yaitu rata-rata 1.27 kg dibandingkan dengan kepadatan kandang 12 ekor per m 2 yaitu 1.2 kg bagi ayam ras pedaging umur enam minggu.

2.2. Analisis Usaha Ayam Ras Pedaging

Rostini 1993, dari hasil penelitiannya pada usaha penggemukan ayam ras pedaging mengatakan bahwa penggunaan biaya produksi variabel jauh lebih besar dari pada biaya produksi tetapnya. Penggunaan biaya produksi tertinggi untuk biaya variabel yaitu 80.88 persen per tahun dan untuk biaya tetapnya sebesar 19.12 persen per tahun. Distribusi biaya yang dikeluarkan dalam peternakan ayam ras padaging adalah sebagai berikut : biaya untuk pembelian bibit atau DOC 24 persen, biaya untuk pakan 66 persen, biaya untuk tenaga kerja 4 persen, lain-lain penyusutan kandang dan alat, energi, pemeliharaan, vaksinasi, dan obat-obatan 6 persen. Pada proses produksi ayam ras pedaging, biaya yang terbesar dikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya variabel, terutama biaya ransum dan biaya DOC. Dari hasil penelitian Imaduddin 2001 persentase biaya ransum lebih besar dari pada persentase biaya DOC dan biaya lain-lain. Untuk biaya ransum sebesar 66.59 persen, biaya DOC 25.39 persen dan biaya lain-lain 8.02 persen. Berdasarkan hasil penelitian Linda 1994 biaya ransum juga merupakan 30 biaya produksi yang terbesar diantara input produksi lainnya. Adapun komposisi biaya produksi terdiri dari biaya ransum 61.40 persen, DOC 27.72 persen, obat- obatan 3.23 persen, tenaga kerja 3.36 persen dan biaya depresiasi sebesar 4.23 persen. Dari hasil penelitiannya, Suprapti 1989, Rostini 1993 dan Imaduddin 2001, menghitung penerimaan peternak dari hasil usaha ayam ras padaging berupa penjualan daging ayam, pupuk kandang, karung bekas, ransum serta kardus box DOC. Hasil perhitungannya menunjukkan bahwa penerimaan peternak dari hasil penjualan ayam sangat dipengaruhi oleh harga per kg daging pada saat itu. Penerimaan terbesar berasal dari penjualan ayam yaitu berkisar antara 99.09-99.11 persen, sedangkan dari penjualan hasil ikutan pupuk kandang, karung bekas, kotak kardus DOC hanya berkisar antara 0.89-0.91 persen. Pada bisnis ayam ras pedaging tidak semuanya mengalami keuntungan atau kerugian. Hal ini tergantung dari besarnya penerimaan yang diperoleh dan biaya produksi yang dikeluarkan Penelitian Suprapti 1989, menggambarkan keadaan rata-rata penerimaan dan rata-rata biaya produksi pada usaha ternak ayam ras pedaging CV. Setia Budi. Ditunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi pada usaha ternak ayam ras pedaging tersebut lebih besar dari pada penerimaan yang diperoleh. Dengan demikian penerimaan ayam ras pedaging tersebut menderita kerugian. Kerugian tersebut terjadi karena harga ayam ras pedaging lebih rendah dari pada biaya produksi yang dikeluarkannya. Selain faktor harga, berat hidup ayam ras pedaging menentukan tingkat penerimaan peternak. Sementara hasil penelitian Imadudin 2001 dan Rostini 1993, menggambarkan penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga keadaan pada masing-masing perusahaan tersebut mengalami keuntungan. 31

2.3. Optimalisasi Produksi