Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor pada Peternakan Ayam Ras Pedag Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok

(1)

i

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING

KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM)

Desa Cilodong, Depok

ENDRI ZUNAIDI RITONGA

A14104670

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(2)

ii RINGKASAN

ENDRI ZUNAIDI RITONGA. Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok.

Usahaternak unggas khususnya ayam ras pedaging, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase produksi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan ternak lainnya. Rata-rata kontribusi daging ayam ras di Indonesia sebesar 43 persen per tahun.

Selain itu meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Rata-rata konsumsi daging ayam dari tahun 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1 169,66 ribu ton per tahun. Sehingga kondisi ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya.

Setiap perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan, tidak terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging. Selain itu usaha peternakan ayam ras pedaging selalu berusaha mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi.

Kelompok Bina Usahatani Muslim menghadapi kendala seperti keterbatasan sumberdaya, fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh KBTM selama Januari 2007 sampai dengan April 2008 berfluktuasi.

Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan besar. Sedangkan KBTM merupakan peternak berskala besar dengan kapasitas produksi 200 000 ekor per periode.

Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam 3 500 sampai dengan 4000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja.

Berdasarkan keadaan tersebut, dapat disimpulkan beberapa permasalahan yaitu apakah penggunaan faktor-faktor produksi usaha ayam ras


(3)

iii pedaging KBTM sudah optimal dan bagaimana pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbangan bahwa KBTM merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Depok.

Program linear sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling bersaing sedemikian rupa sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala linier.

Hasil perhitungan menggunakan Program LINDO, kondisi optimal penggunaan input-input produksi di lima lokasi kandang dengan menggunakan 12 fungsi kendala tercapai pada iterasi ke lima. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1 514 964 000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di lima lokasi kandang yang terdapat pada KBTM belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 424 803 376 atau 28,04 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian.

Kendalan pakan, batu bara, sekam, anak kandang, tenaga kerja ahli, pemanas, pembatas serta tempat pakan dan minum memiliki nilai slack lebih besar dari nol. Artinya faktor-faktor kendala tersebut merupakan kendala tidak aktif. Pengurangan atau penambahan ketersediaan faktor-faktor kendala tersebut tidak akan mempengaruhi keuntungan total pada kondisi optimal. Sebaliknya perubahan ketersediaan faktor kendala DOC, VOD serta lahan dan kandang akan mempengaruhi keuntungan pada kondisi optimal.

Analisis sensitivitas hasil optimalisasi dari perhitungan LINDO digunakan untuk mengetahui kendala aktif yang terdapat pada hasil perhitungan. Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya dikurangi nilainya adalah penggunaan VOD. Sebaliknya kendala aktif yang sebaiknya ditambah adalah penggunaan DOC serta ketersediaan lahan dan kandang.

Lokasi kandang Cilodong merupakan lokasi terbaik dalam hal penggunaan faktor-faktor produksi dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya yang dimiliki oleh KBTM. Hal tersebut terlihat dari biaya produksi per ekor yang dikeluarkan sebesar Rp 12 368 lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya


(4)

iv produksi lokasi kandang lainnya. Sedangkan lokasi kandang Kelapa Dua merupakan lokasi terbaik dalam hal perolehan keuntungan per ekor dibandingkan lokasi kandang lainnya.

Nilai keuntungan per ekor yang diperoleh lokasi kandang Kelapa Dua mencapai Rp 1 145. Lokasi kandang yang penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien terdapat di lokasi kandang Cilebut dengan biaya produksi per ekor mencapai Rp 14 113, dengan keuntungan per ekor sebesar Rp 507. Lokasi kandang Pemda merupakan lokasi yang keuntungan per ekornya terkecil dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya.

Skenario I diperoleh dengan melakukan perubahan pada harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen. Hal tersebut didasarkan pada tingkat inflasi rata-rata pada tahun 2007. Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika harga turun lima persen sebesar Rp 632 617 600. Nilai fungsi tujuan ini lebih kecil 58,24 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario I dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM lebih kecil Rp 457 543 024. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode menurun sebesar 41,97 persen.

Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika ketersediaan pakan turun 20 persen sebesar Rp 1 434 298 000. Nilai fungsi tujuan ini 5,32 persen lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan optimal versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario II dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM sebesar Rp 344 137 376. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dan perhitungan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alokasi penggunaan input-input produksi di perusahaan peternakan ayam ras pedaging KBTM belum optimal. Penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen menyebabkan keuntungan yang diperoleh KBTM turun sebesar 41,97 persen, sedangkan penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen.


(5)

v Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya tidak melakukan produksi di lokasi kandang Cilebut dan Pemda. Jika tetap berproduksi di lokasi kandang tersebut, KBTM akan menerima kerugian.

Sebaiknya KBTM melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi terutama penggunaan pakan, karena pada kondisi aktual kelebihan ketersediaan pakan mencapai 20 persen. Kelebihan ketersedian pakan tersebut akan meningkatkan biaya, sehingga keuntungan yang diperoleh kecil.

Selain itu penggunaan tenaga kerja sebaiknya lebih dioptimalkan dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang berlebih dan meningkatkan kinerjanya. Tenaga kerja anak kandang sebaiknya memelihara minimal 3 500 ekor ayam ras pedaging selama satu periode produksi.

Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya memiliki pemasok DOC yang tetap, sehingga kontinuitas produksi tetap terjaga. Sehingga DOC tidak menjadi faktor produksi langka bagi KBTM. Hal tersebut juga dapat menghindarkan KBTM menerima DOC berkualitas tidak baik. Karena DOC berkualitas tidak baik dapat menyebabkan tingginya konversi pakan dan mortalitas yang tinggi selama periode pemeliharaan.

Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya menambah jumlah kandang, sehingga jumlah ayam yang dipelihara semakin banyak. Penambahan jumlah kandang dan ayam yang dipelihara akan memberikan dampak positif terhadap keuntungan yang diterima KBTM.


(6)

vi OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM)

Desa Cilodong, Depok

Oleh

ENDRI ZUNAIDI RITONGA A14104670

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(7)

vii Judul : OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAG KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok.

Nama : Endri Zunaidi Ritonga NRP : A 14104670

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Asi Halomoan Napitupulu, MSc NIP. 130 256 389

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019


(8)

viii PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL

“OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) DESA CILODONG, DEPOK” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Oktober 2008

Endri Zunaidi Ritonga A 14104670


(9)

ix DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Lomba Bidang, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara pada tanggal 22 September 1982 sebagai anak pertama dari 5 bersaudara pasangan Nukman Ritonga dan Patimah. Tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN No. 117477 Pinang Awan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Mts. Irsyadul Islamiyah, Tanjung Medan, Kabupaten Labuhan Batu, dan lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU 5 (Plus) Rantauprapat, Labuhan Batu.

Selepas SMU tahun 2001, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma III Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK dengan Program Studi Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(10)

i KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berisi tentang optimalisasi keuntungan dengan faktor-faktor kendala yang dihadapi oleh peternak ayam ras pedaging. Penelitian dilakukan di peternakan ayam ras pedaging KBTM Desa Cilodong Kecamatan Sukmajaya Depok Jawa Barat selama bulan Mei sampai September 2008.

Sumbangsih karya ilmiah berupa skripsi ini seperti setitik kristal garam di lautan. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pihak yang memerlukan. Amin.

Bogor, Oktober 2008


(11)

i

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING

KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM)

Desa Cilodong, Depok

ENDRI ZUNAIDI RITONGA

A14104670

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008


(12)

ii RINGKASAN

ENDRI ZUNAIDI RITONGA. Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok.

Usahaternak unggas khususnya ayam ras pedaging, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase produksi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan ternak lainnya. Rata-rata kontribusi daging ayam ras di Indonesia sebesar 43 persen per tahun.

Selain itu meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Rata-rata konsumsi daging ayam dari tahun 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1 169,66 ribu ton per tahun. Sehingga kondisi ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya.

Setiap perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan, tidak terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging. Selain itu usaha peternakan ayam ras pedaging selalu berusaha mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi.

Kelompok Bina Usahatani Muslim menghadapi kendala seperti keterbatasan sumberdaya, fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh KBTM selama Januari 2007 sampai dengan April 2008 berfluktuasi.

Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan besar. Sedangkan KBTM merupakan peternak berskala besar dengan kapasitas produksi 200 000 ekor per periode.

Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam 3 500 sampai dengan 4000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja.

Berdasarkan keadaan tersebut, dapat disimpulkan beberapa permasalahan yaitu apakah penggunaan faktor-faktor produksi usaha ayam ras


(13)

iii pedaging KBTM sudah optimal dan bagaimana pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbangan bahwa KBTM merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Depok.

Program linear sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling bersaing sedemikian rupa sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala linier.

Hasil perhitungan menggunakan Program LINDO, kondisi optimal penggunaan input-input produksi di lima lokasi kandang dengan menggunakan 12 fungsi kendala tercapai pada iterasi ke lima. Keuntungan yang diperoleh pada kondisi optimal sebesar Rp 1 514 964 000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di lima lokasi kandang yang terdapat pada KBTM belum optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari keuntungan total yang diterima masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 424 803 376 atau 28,04 persen dari keuntungan yang diperoleh selama periode penelitian.

Kendalan pakan, batu bara, sekam, anak kandang, tenaga kerja ahli, pemanas, pembatas serta tempat pakan dan minum memiliki nilai slack lebih besar dari nol. Artinya faktor-faktor kendala tersebut merupakan kendala tidak aktif. Pengurangan atau penambahan ketersediaan faktor-faktor kendala tersebut tidak akan mempengaruhi keuntungan total pada kondisi optimal. Sebaliknya perubahan ketersediaan faktor kendala DOC, VOD serta lahan dan kandang akan mempengaruhi keuntungan pada kondisi optimal.

Analisis sensitivitas hasil optimalisasi dari perhitungan LINDO digunakan untuk mengetahui kendala aktif yang terdapat pada hasil perhitungan. Pada penelitian ini kendala aktif yang sebaiknya dikurangi nilainya adalah penggunaan VOD. Sebaliknya kendala aktif yang sebaiknya ditambah adalah penggunaan DOC serta ketersediaan lahan dan kandang.

Lokasi kandang Cilodong merupakan lokasi terbaik dalam hal penggunaan faktor-faktor produksi dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya yang dimiliki oleh KBTM. Hal tersebut terlihat dari biaya produksi per ekor yang dikeluarkan sebesar Rp 12 368 lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya


(14)

iv produksi lokasi kandang lainnya. Sedangkan lokasi kandang Kelapa Dua merupakan lokasi terbaik dalam hal perolehan keuntungan per ekor dibandingkan lokasi kandang lainnya.

Nilai keuntungan per ekor yang diperoleh lokasi kandang Kelapa Dua mencapai Rp 1 145. Lokasi kandang yang penggunaan faktor-faktor produksi yang tidak efisien terdapat di lokasi kandang Cilebut dengan biaya produksi per ekor mencapai Rp 14 113, dengan keuntungan per ekor sebesar Rp 507. Lokasi kandang Pemda merupakan lokasi yang keuntungan per ekornya terkecil dibandingkan dengan lokasi kandang lainnya.

Skenario I diperoleh dengan melakukan perubahan pada harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen. Hal tersebut didasarkan pada tingkat inflasi rata-rata pada tahun 2007. Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika harga turun lima persen sebesar Rp 632 617 600. Nilai fungsi tujuan ini lebih kecil 58,24 persen bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario I dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM lebih kecil Rp 457 543 024. Hal ini menunjukkan bahwa dengan penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode menurun sebesar 41,97 persen.

Keuntungan optimal yang dapat dicapai KBTM jika ketersediaan pakan turun 20 persen sebesar Rp 1 434 298 000. Nilai fungsi tujuan ini 5,32 persen lebih kecil bila dibandingkan dengan nilai fungsi tujuan optimal versi awal. Sedangkan selisih solusi optimal skenario II dengan keuntungan aktual yang diterima KBTM sebesar Rp 344 137 376. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dan perhitungan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alokasi penggunaan input-input produksi di perusahaan peternakan ayam ras pedaging KBTM belum optimal. Penurunan harga jual ayam ras pedaging sebesar lima persen menyebabkan keuntungan yang diperoleh KBTM turun sebesar 41,97 persen, sedangkan penurunan ketersediaan pakan sebesar 20 persen, akan menyebabkan keuntungan yang diterima KBTM selama sepuluh periode meningkat sebesar 23,99 persen.


(15)

v Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya tidak melakukan produksi di lokasi kandang Cilebut dan Pemda. Jika tetap berproduksi di lokasi kandang tersebut, KBTM akan menerima kerugian.

Sebaiknya KBTM melakukan alokasi penggunaan input-input produksi secara optimal dengan meningkatkan efisiensi terutama penggunaan pakan, karena pada kondisi aktual kelebihan ketersediaan pakan mencapai 20 persen. Kelebihan ketersedian pakan tersebut akan meningkatkan biaya, sehingga keuntungan yang diperoleh kecil.

Selain itu penggunaan tenaga kerja sebaiknya lebih dioptimalkan dengan cara mengurangi jumlah tenaga kerja yang berlebih dan meningkatkan kinerjanya. Tenaga kerja anak kandang sebaiknya memelihara minimal 3 500 ekor ayam ras pedaging selama satu periode produksi.

Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya memiliki pemasok DOC yang tetap, sehingga kontinuitas produksi tetap terjaga. Sehingga DOC tidak menjadi faktor produksi langka bagi KBTM. Hal tersebut juga dapat menghindarkan KBTM menerima DOC berkualitas tidak baik. Karena DOC berkualitas tidak baik dapat menyebabkan tingginya konversi pakan dan mortalitas yang tinggi selama periode pemeliharaan.

Kelompok Bina Usahatani Muslim sebaiknya menambah jumlah kandang, sehingga jumlah ayam yang dipelihara semakin banyak. Penambahan jumlah kandang dan ayam yang dipelihara akan memberikan dampak positif terhadap keuntungan yang diterima KBTM.


(16)

vi OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI

PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM)

Desa Cilodong, Depok

Oleh

ENDRI ZUNAIDI RITONGA A14104670

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(17)

vii Judul : OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAG KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) Desa Cilodong, Depok.

Nama : Endri Zunaidi Ritonga NRP : A 14104670

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skripsi

Ir. Asi Halomoan Napitupulu, MSc NIP. 130 256 389

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian IPB

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019


(18)

viii PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI BERJUDUL

“OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING KELOMPOK BINA USAHATANI MUSLIM (KBTM) DESA CILODONG, DEPOK” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Oktober 2008

Endri Zunaidi Ritonga A 14104670


(19)

ix DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Lomba Bidang, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara pada tanggal 22 September 1982 sebagai anak pertama dari 5 bersaudara pasangan Nukman Ritonga dan Patimah. Tahun 1995 penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN No. 117477 Pinang Awan, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Mts. Irsyadul Islamiyah, Tanjung Medan, Kabupaten Labuhan Batu, dan lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU 5 (Plus) Rantauprapat, Labuhan Batu.

Selepas SMU tahun 2001, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Diploma III Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK dengan Program Studi Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.


(20)

i KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Intitut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berisi tentang optimalisasi keuntungan dengan faktor-faktor kendala yang dihadapi oleh peternak ayam ras pedaging. Penelitian dilakukan di peternakan ayam ras pedaging KBTM Desa Cilodong Kecamatan Sukmajaya Depok Jawa Barat selama bulan Mei sampai September 2008.

Sumbangsih karya ilmiah berupa skripsi ini seperti setitik kristal garam di lautan. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pihak yang memerlukan. Amin.

Bogor, Oktober 2008


(21)

ii UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimalisasi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Peternakan Ayam Ras Pedaging

Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) Desa Cilodong, Depok”. Skripsi ini sebagai salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Ekstensi

Manajemen Agribisnis. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada :

1. Orang tua terkasih yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi serta kasih sayang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Asi Halomoan Napitupulu, MSc selaku Dosen Pembimbing atas

pengarahan dan kesabarannya selama proses penyusunan skripsi.

3. Ir. Yayah K. Wagiono, MEc, selaku dosen penguji utama pada ujian sidang skripsi.

4. Eva Yolinda, SP, MM selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan kritik dan saran pada penulis.

5. Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen evaluator pada saat kolokium yang memberikan masukan berharga untuk penyempurnaan proposal penelitian. 6. Tintin Sarianti, SP yang memberikan kritik dan saran berharga untuk

penyempurnaan skripsi ini.

7. Shilvia Agung Dhiany selaku pembahas seminar yang memberikan kritik dan saran berharga untuk penyempurnaan skripsi ini.

8. Adik-adikku tercinta, Umar, Pia, Idar dan Aida dan tulangku Togar yang menjadi inspirasiku dalam segala hal.


(22)

iii 9. Ira, teman spesial yang selalu menemani, memberikan semangat dan

memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Tanpamu aku tiada berarti. 10. Ummi, Imam atas dukungan dan motivasi selama ini dan membuat keadaan

refresh.

11. Dodi, Manman, Dewi atas dukungan dan bersedia hadir pada saat seminar. 12. Teman-teman terbaikku di ekstensi Okta, Inda, Iwan dan semua teman

angkatan 12 yang selalu memburu waktu seminarku.

13. Mba Rahmi, Mba Nur, Mba Maya serta segenap staf Proemas yang tanpa lelah membantu kelancaran administrasi perkuliahan.

14. Mas Larno atas saran dan informasi-informasi yang diberikan tentang beternak ayam ras pedaging

15. Bapak H. Ade, Mas Arif dan Mas Jajat dan seluruh staf di KBTM atas kesediaannya meluangkan waktu sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan rencana.


(23)

iv DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMAKASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 4 1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Ayam Ras Pedaging ... 6 2.2. Faktor-faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging ... 7 2.2.1. DOC (Day Old Chick) ... 7 2.2.2. Pakan ... 7 2.2.3. Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan ... 8 2.2.4. Tenaga Kerja ... 9 2.2.5. Kandang ... 9 2.3. Penelitian Terdahulu ... 9

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 14 3.1.1. Teori Produksi ... 14 3.1.2. Biaya Produksi ... 17


(24)

v 3.1.3. Permintaan Input ... 19 3.1.4. Penawaran Output ... 20 3.1.5. Maksimisasi Laba ... 21 3.1.6. Optimalisasi ... 23 3.1.7. Riset Operasi ... 23 3.1.8. Program Linier ... 24 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30 4.2. Jenis dan Sumber Data ... 30 4.3. Metode Pengambilan Responden ... 31 4.4. Metode Pengolahan Data ... 31 4.4.1. Menentukan Koefisien Teknis ... 31 4.4.2. Penerimaan Usaha Peternakan KBTM ... 32 4.4.3. Biaya Produksi ... 32 4.4.4. Keuntungan Usaha Peternakan KBTM ... 34 4.4.5. Menentukan Fungsi Tujuan ... 35 4.5. Analisis Data ... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keadaan Umum Perusahaan ... 42 5.2. Manajemen dan Tatalaksana Pemeliharaan

Ayam Ras Pedaging ... 43 5.3. Penggunaan Input-input Produksi ... 44 5.3.1. Faktor Produksi Tetap ... 44 5.3.2. Faktor Produksi Variabel ... 47 5.4. Biaya ... 51 5.5. Penerimaan ... 53 5.6. Keuntungan ... 54 5.7. Hasil Optimalisasi ... 55

5.7.1. Tingkat Keuntungan pada Kondisi Optimal ... 55 5.7.2. Tingkat Penggunaan Input-input Produksi

pada Kondisi Optimal ... 55 5.7.3. Analisis Sensitivitas ... 58


(25)

vi 5.8. Analisis Post Optimal ... 61

5.8.1. Skenario I ... 62 5.8.2. Skenario II ... 63 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 64 6.2. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(26)

vii DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Perkembangan Produksi Daging Ternak di Indonesia

Tahun 2004-2007 ... 1 2 Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras Penduduk

Indonesia Tahun 2000-2005 ... 2 3 Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani

Muslim Januari 2007 Sampai April 2008 ... 3 4 Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi Kandang

Selama Sepuluh Periode ... 45 5 Koefisien Penggunaan Peralatan Kandang di Masing-masing Lokasi

Kandang Selama Sepuluh Periode ... 46 6 Jumlah dan Luas Penggunaan Kandang di Masing-masing Lokasi

Kandang Selama Sepuluh Periode ... 47 7 Koefisien Penggunaan Pakan dan DOC di Masing-masing Lokasi

Kandang Selama Sepuluh Periode ... 48 8 Penggunaan Tenaga Kerja di Masing-masing Lokasi Kandang Selama

Sepuluh Periode ... 49 9 Penggunaan Obata-obatan, Batu bara, Sekam di Masing-masing

Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode ... 51 10 Total Produksi, Biaya Tetap, Biaya Variabel dan Biaya per Ekor di

Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode ... 52 11 Total Produksi, Penerimaan, Total Biaya dan Keuntungan per Ekor di

Masing-masing Lokasi Kandang Selama sepuluh Periode ... 54 12 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi di Masing-masing Lokasi

Kandang Selama Sepuluh Periode ... 55 13 Nilai Slack or Surplus dan Dual Penggunaan Faktor-faktor Produksi

Peternakan Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim ... 56 14 Analsis Sensitivitas Koefisien Fungsi Tujuan Peternakan Ayam Ras

Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim ... 59 15 Analisis Sensitivitas Fungsi Kendala Peternakan Ayam Ras Pedaging


(27)

viii 16 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging

Kelompok Bina Usahatani Muslim Skenario I ... 62 17 Nilai Reduced Cost Hasil Optimalisasi Peternakan Ayam Ras Pedaging


(28)

ix DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Kurva Kemungkinan Produksi dan Isirevenue ... 15 2 Kurva Produksi ... 17 3 Minimisasi Biaya Produksi ... 19 4 Kurva Permintaan ... 20 5 Kurva Penawaran ... 21 6 Laba Maksimum ... 22 7 Kerangka Pemikiran Operasional ... 29 8 Bagan Organisasi Kelompok Bina Usahatani Muslim ... 43 9 Grafik Penerimaan Setiap Lokasi Kandang Selama Sepuluh Periode .... 53


(29)

x DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Keuntungan Aktual dan Optimal Setiap Usaha Peternakan Ayam

Ras Pedaging per Periode ... 70 2 Model yang Digunakan dalam Optimalisasi... 71 3 Hasil Optimalisasi ... 72 4 Model Optimalisasi Skenario I ... 74 5 Hasil Optimalisasi skenario I ... 75 6 Model Optimalisasi Skenario II ... 77 7 Hasil Optimalisasi Skenario II ... 78


(30)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usahaternak unggas khususnya ayam ras pedaging, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase produksi ternak ayam ras pedaging dibandingkan dengan ternak lainnya (Tabel 1). Pada Tabel 1 dapat dilihat kontribusi produksi daging dari berbagai jenis ternak terhadap produksi daging nasional. Rata-rata kontribusi daging ayam ras 43 persen per tahun, dan merupakan kontribusi tertinggi dibandingkan kontribusi produksi daging ternak lainnya. Kemudian kontribusi terbesar kedua adalah produksi daging sapi.

Tabel 1. Perkembangan Produksi Daging Ternak di Indonesia Tahun 2004-2007

Jenis Ternak

Produksi Daging Ternak Tahun 2004 Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007* (ribu ton) (ribu ton) (ribu ton) (ribu ton)

Ayam Buras 296,42 301,42 341,25 349,02

Ayam Ras Pedaging 846,09 779,10 861,26 918,48 Ayam Ras Petelur 48,40 45,19 57,63 63,47

Babi 194,67 173,69 195,99 198,88

Domba 66,10 47,30 75,18 84,76

Itik 22,21 21,35 24,53 25,26

Kerbau 40,24 38,10 43,89 45,95

Kuda 1,56 1,59 2,27 2,32

Sapi 447,57 358,70 395,84 418,21

Total 1963,26 1766,44 1997,84 2106,35

Keterangan : * Angka sementara

Sumber : Departemen Pertanian Tahun 2007

Selain itu meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan kesadaran akan gizi menyebabkan permintaan terhadap hasil ternak ayam ras pedaging sebagai sumber protein hewani semakin meningkat. Peningkatan permintaan tersebut dapat dilihat dari sisi konsumsi yang ditunjukkan oleh Tabel 2.


(31)

2 Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Konsumsi Daging Ayam Ras Penduduk

Indonesia Tahun 2000-2005 Tahun Jumlah Penduduk

(ribu orang)

Konsumsi Daging Ayam (ribu ton)

Pertumbuhan (%)

2000 205 132 875,07 -

2001 206 280 1 033,55 18,11

2002 207 435 1 179,57 14,12

2003 208 596 1 206,52 2,28

2004 216 382 1 357,94 12,55

2005 219 205 1 365,28 0,54

Sumber : http://www.fao.org, Maret 2007

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa rata-rata konsumsi daging ayam dari tahun 2000 sampai dengan 2005 sebesar 1 169,66 ribu ton per tahun. Konsumsi terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu 1 365,28 ribu ton dengan produksi 779,10 ribu ton. Sehingga kondisi ini merupakan peluang bagi usaha peternakan ayam ras pedaging untuk mengembangkan usahanya.

Setiap perusahaan bertujuan memaksimumkan keuntungan, tidak terkecuali usaha peternakan ayam ras pedaging. Selain itu usaha peternakan ayam ras pedaging selalu berusaha mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi. Menurut Wayan (2001), faktor-faktor produksi yang umumnya digunakan peternakan ayam ras pedaging adalah : day old chick (doc), pakan, tenaga kerja, vaksin, obat-obatan, kandang, peralatan, energi dan pemeliharaan. Penggunaan faktor-faktor produksi secara optimal akan menghasilkan produksi yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian mengenai optimalisasi penggunaan faktor-faktor produksi sangat diperlukan.

1.2. Perumusan Masalah

Usaha peternakan ayam ras pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM) merupakan salah satu dari peternakan ayam ras pedaging di Indonesia yang menghasilkan daging. Peternakan KBTM mempunyai kandang yang tersebar di beberapa lokasi di daerah Depok.


(32)

3 Kelompok Bina Usahatani Muslim menghadapi kendala seperti keterbatasan sumberdaya, fluktuasi harga jual dan belum optimalnya penggunaan faktor-faktor produksi. Akibatnya penerimaan yang diperoleh KBTM selama Januari 2007 sampai dengan April 2008 berfluktuasi seperti ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penerimaan Usaha Ayam Ras Pedaging Kelompok Bina Usahatani Muslim Januari 2007 Sampai April 2008

Tahun Periode Penerimaan (Rp) Pertumbuhan (%) Harga Jual Rata-rata (Rp/kg) Pertumbuhan (%) 2007

I 1 628 072 266 - 7 405 -

II 1 674 700 813 2,86 9 316 25,81

III 1 784 389 810 6,55 11 329 21,61

IV 1 771 996 780 -0,69 11 220 -0,96

V 1 671 456 781 -5,67 10 888 -2,96

VI 1 505 723 411 -9,92 9 850 -9,53

VII 1 595 599 263 5,97 10 300 4,57

2008

I 1 736 584 841 8,84 11 233 9,06

II 1 735 008 428 -0,09 11 200 -0.29

III 1 704 340 988 -1,77 10 322 -7.84

Sumber : Laporan Produksi KBTM, 2008.

Tabel 3 menjelaskan perubahan harga jual terhadap penerimaan yang diperoleh KBTM. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa perubahan harga jual ayam ras pedaging berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan yang diperoleh KBTM. Penurunan harga jual sebesar 9,53 persen mengakibatkan penerimaan turun sebesar 9,92 persen.

Tujuan memaksimumkan keuntungan dapat dicapai jika pihak peternakan KBTM mampu mengidentifikasi dan mengevaluasi keadaan perusahaan. Selain harga jual ayam ras pedaging yang berfluktuasi, peternakan KBTM juga menghadapi kendala sulitnya mendapatkan DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas dan nilai konversi pakan. Penggunaan faktor-faktor


(33)

4 produksi yang lain seperti tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas tergantung jumlah produksi.

Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan berskala perusahaan, sedangkan KBTM merupakan peternak berskala sedang dengan kapasitas produksi 200 000 ekor per periode.

Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam 3 500 sampai dengan 4 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya sehingga tercapai kondisi optimal.

Berdasarkan keadaan tersebut, dapat disimpulkan beberapa permasalahan yaitu apakah penggunaan faktor-faktor produksi usaha ayam ras pedaging KBTM sudah optimal dan bagaimana pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis penggunaan faktor-faktor produksi usaha budidaya ayam ras

pedaging agar dapat mencapai kondisi optimal.

2. Menganalisis pengaruh perubahan harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan terhadap solusi optimal.


(34)

5 1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi perusahaan, penulis, dan pembaca. Adapun kegunaan penelitian secara terperinci sebagai berikut :

1. Menyediakan informasi yang berguna untuk mendukung keberlangsungan usaha dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan optimalisasi usaha ayam ras pedaging agar produksi dan keuntungan dapat ditingkatkan. 2. Memberikan informasi bagi instansi-instansi yang terkait dalam bidang

pendidikan tentang penggunaan metode program linear dalam suatu penelitian.

3. Memberikan informasi bagi para peternak lainnya yang mengikuti pola serupa dengan peternakan KBTM.


(35)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usaha Ayam Ras Pedaging

Menurut Fadilah et al. (2007) usaha peternakan ayam ras pedaging dibagi menjadi tiga kategori skala usaha yaitu skala kecil (peternakan rakyat), skala sedang (peternak mapan atau peternak besar) dan skala besar (skala perusahaan). Batasan skala usaha tersebut sebagai berikut :

1. Skala kecil (peternakan rakyat)

Jumlah ayam yang dibudidayakan 1 000 sampai dengan 50 000 ekor ayam ras pedaging. Peternakan rakyat mempunyai karakteristik seperti modal terbatas, kontinuitas usaha sepanjang tahun tidak lancar, kepemilikan bersifat perseorangan.

2. Skala sedang (peternak mapan)

Jumlah ayam yang dipelihara 50 000 sampai dengan 500 000 ekor ayam ras pedaging. Skala usaha sedang dicirikan dengan manajemen pemeliharaan yang lebih maju dibandingkan dengan skala usaha kecil. Status skala usaha ini masih milik perseorangan dan secara legal belum membentuk perusahaan yang berbadan hukum.

3. Skala besar (skala perusahaan)

Peternakan ini sudah bernaung di bawah perusahaan dan telah berbadan hukum. Jumlah ayam yang dibudidayakan lebih dari 1 000 000. Selain itu peternakan ini umumnya menjalin kerja sama dengan peternakan rakyat dengan pola kemitraan.


(36)

7 2.2. Faktor-Faktor Produksi Usaha Ayam Ras Pedaging

2.2.1. Day Old Chick (DOC)

Bibit merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi karena menjamin kelangsungan usaha peternakan ayam ras pedaging. Menurut Ginting (2003) dalam penelitiannya, rata-rata biaya DOC yang dikeluarkan oleh peternak ayam ras pedaging sebesar 26,98 persen. Biaya DOC tersebut merupakan biaya terbesar kedua setelah biaya pakan.

Selain itu, keteresediaan, mutu dan kontinuitas bibit sangat mempengaruhi kelangsungan produksi ternak yang akan dilakukan. Peternak ayam ras pedaging harus memiliki pemasok bibit ternak tetap, sehingga kelangsungan produksi ternak tetap terjaga (Rahardi, 2003).

Menurut Rasyaf (2003), hal-hal lain yang mempengaruhi penentuan bibit antara lain harga bibit, sistem pembayaran, pelayanan purna jual dan reputasi pembibit yang bersangkutan. Cara pembayaran dan pelayanan purna jual sangat berkaitan dengan reputasi pembibit yang bersangkutan. Pembibit yang berprestasi baik akan bertanggung jawab dan memberikan pelayanan purna jual melalui pelayanan teknis.

2.2.2. Pakan

Pengelolaan pakan sangat penting, karena biaya pakan pada peternakan ayam ras pedaging dapat mencapai 60-70 persen dari total biaya produksi. Ginting (2003) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa secara statistik pakan merupakan faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi ayam ras pedaging. Biaya produksi yang dikeluarkan peternak setiap periode produksi mencapai 63,97 persen. Pengelolaan pakan meliputi jenis pakan, kualitas pakan dan konsentrasi pakan yang diberikan pada ayam ras pedaging.


(37)

8 Pemberian pakan pada ayam ras pedaging harus memperhatikan kecukupan nutrisi pakan. Secara garis besar nutrisi dalam pakan ayam terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Pemenuhan nutrisi tersebut sangat diperlukan untuk pemeliharaan, pertumbuhan dan reproduksi (Fadilah et al. 2007).

2.2.3. Vaksin, Obat-obatan dan Desinfektan

Banyak program pencegahan penyakit yang dapat diaplikasikan di suatu kawasan peternakan ayam. Program pencegahan penyakit tersebut diantaranya program sanitasi, vaksin dan pengobatan dini pada umur tertentu, ketika gejala ayam sakit mulai tampak.

Program sanitasi (biosecurity) merupakan program yang dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya perpindahan penyebab penyakit menular. Program sanitasi bisa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan dan menggunakan desinfektan.

Program vaksinasi merupakan salah satu cara yang paling sering dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit di kawasan peternakan. Semua program vaksin dilakukan berdasarkan sejarah penyakit di peternakan tersebut atau wilayah sekitarnya. Vaksin yang diberikan ke ternak ayam dapat berupa vaksin virus hidup, vaksin yang dilemahkan dan vaksin yang dimatikan.

Program pengobatan sebaiknya dilakukan jika ayam sudah terdeteksi secara dini terkena penyakit. Jika infeksi sudah terlalu parah, pengobatan akan sulit dilakukan karena membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang mahal. Selain itu peternak dapat memberikan obat secara terencana jika sebelumnya telah mengetahui sejarah penyakit yang sering terjadi di kawasan tersebut (Fadilah et al. 2007).


(38)

9 2.2.4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja sangat menentukan kelangsungan usaha pada peternakan ayam ras pedaging. Tenaga kerja merupakan prioritas yang harus dirancang menjadi sistem kerja dalam perencanaan usaha peternakan ayam ras pedaging. Sistem kerja di peternakan ayam dibedakan menjadi sistem kerja rotasi dan sistem kerja per kelompok atau per kandang. Tenaga kerja yang dipilih dapat berupa tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja kontrak (Rasyaf, 2003).

Hasil penelitian Rommie (1998) menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak ayam ras pedaging skala rakyat mencapai 1,74 persen dari total biaya produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan peternak skala besar sebesar 1,53 persen dari total biaya produksi (Imaduddin, 2001).

2.2.5. Kandang

Bagian terpenting dalam suatu peternakan adalah kandang, karena kandang merupakan tempat ayam berdiam dan berproduksi. Selain itu kandang berfungsi untuk mempermudah tata laksana pemeliharaan dan pengontrolan ternak.

Menurut Rahardi (2003) kandang dengan tipe postal merupakan kandang yang sesuai dengan ayam ras pedaging. Kontruksi kandang yang dibangun sebaiknya kuat dan mudah dirawat. Selain itu untuk efisiensi biaya, kandang yang dibangun harus disesuaikan dengan skala usaha.

2.3. Penelitian Terdahulu

Faktor produksi merupakan barang atau jasa untuk mempermudah suatu proses produksi dan turut menentukan keberhasilan suatu usaha. Ketersedian


(39)

10 sarana produksi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk melaksanakan proses produksi.

Penelitian Murjoko (2004) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging meliputi bibit DOC, pakan (starter dan finisher), tenaga kerja, OVK (obat, vitamin, vaksin), pemanas gasolec dan mortalitas. Berdasarkan hasil pendugaan dengan model Cobb Douglass

diperoleh koefisien determinasi sebesar 99,4 persen. Uji F menyatakan bahwa faktor produksi secara bersamaan berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 99 persen. Berdasarkan hasil uji t, faktor produksi bibit DOC, pakan, tenaga kerja dan OVK berpengaruh nyata dan positif pada taraf nyata 99 persen. Sedangkan faktor produksi pemanas gasolec dan mortalitas tidak berpengaruh nyata hingga taraf nyata 85 persen.

Penggunaan faktor produksi yang optimal akan memberikan dampak positif bagi peternakan. Biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan kecil sehingga keuntungan yang diterima maksimum. Penelitian Ermayati (2006) menyatakan usaha budidaya ayam ras pedaging yang dijalankan oleh peternak mitra Perusahaan Perdana Putra Chicken (PPC) belum optimal.

Hasil analisis primal menunjukkan bahwa tingkat produksi ayam ras pedaging optimal berbeda dengan keadaan aktual. Pada kondisi optimal peternak mitra Perusahaan PPC disarankan melakukan produksi rata-rata pada periode I sampai VI masing-masing sebesar 9 571 ekor, 9 939 ekor, 9 728 ekor, 9 939 ekor, 1 011 ekor dan 9 623 ekor.

Tingkat produksi yang belum optimal terjadi pada periode I, II, III, IV dan VI. Hal tersebut terjadi karena pada periode-periode tersebut peternak berproduksi di bawah kapasitas kandang. Selain itu, tingkat kematian yang tinggi merupakan penyebab produksi belum optimal. Tingkat kematian rata-rata ternak sebesar 4,98 persen. Sedangkan produksi pada periode V sudah optimal.


(40)

11 Berdasarkan penelitian Murni (2006) komponen biaya yang dikeluarkan peternak dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang terbesar dikeluarkan oleh peternak sebesar 95,6 persen, sedangkan biaya tetapnya hanya 4,4 persen dari total biaya produksi.

Murni (2006) dalam penelitiannya menggunakan sampel sepuluh peternak mitra CV Janu Putro. Hasil analisis dengan menggunakan program linear menunjukkan bahwa usahatani ayam ras pedaging yang dijalankan peternak mitra CV Janu Putro pada umumnya sudah optimal, kecuali peternak ke tiga, ke empat, ke lima, ke enam dan ke sepuluh.

Total keuntungan pada kondisi optimal sebesar Rp 516 709 407 per tahun, sedangkan total keuntungan aktual yang diperoleh peternak sebesar Rp 512 851 260 per tahun. Bedasarkan hasil tersebut, selisih antara keuntungan pada kondisi optimal dan aktual sebesar Rp 3 858 147 atau 0,75 persen.

Penelitian Wayan (2001) menyimpulkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi di perusahaan CV. Pekerja Keras kurang optimal. Hasil perhitungan dengan menggunakan program linear, menunjukkan bahwa pada kondisi optimal, keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 547 736 625. Sedangkan pada kondisi aktual, total keuntungan yang diperoleh CV. Pekerja Keras hanya mencapai Rp 393 754 928. Oleh karena itu, keuntungan total masih dapat ditingkatkan sebesar Rp 153 981 634 atau sebesar 28,11 persen.

Penelitian Rostini (1993) menyimpulkan bahwa keuntungan total yang diterima oleh Perusahaan Subur Grup dari aktivitasnya di 14 buah farm budidaya ayam Final Stock (FS) broiler, masih dapat ditingkatkan. Peningkatan keuntungan tersebut sebesar Rp 27 932 499, atau sebesar 5,69 persen dari besar keuntungan total pada kondisi aktual yaitu Rp 491 321 288 per tahun (1991).


(41)

12 Penelitian-penelitian di atas menggunakan program linear dalam menyelesaikan masalah optimalisasi. Umumya setiap penelitian di atas menyimpulkan bahwa keuntungan yang diterima usaha peternakan ayam ras pedaging tidak optimal. Hal tersebut terlihat dari keuntungan aktual yang diteima peternakan masih lebih kecil bila dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi optimal.

Analisis sensitivitas yang terdapat pada penelitian-penelitian terdahulu dilakukan dengan cara menurunkan harga jual ayam ras pedaging dan mengurangi penggunaan pakan atau disebut skenario. Penurunan harga tersebut berdasarkan pada nilai tingkat inflasi yang terjadi pada tahun tersebut. Besar penurunan harga jual ayam ras pedaging antara 5-10%.

Penelitian Ermayati (2006), skenario I dilakukan dengan cara menurunkan harga ayam ras pedaging sebesar sepuluh persen. Skenario I menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp 15 620 550. Nilai fungsi tujuan pada kondisi optimal awal adalah sebesar Rp 59 791 770. Sehingga selisih dari kedua nilai tersebut adalah sebesar - Rp 44 171 220. Sedangkan

selisih antara kondisi optimal skenario I dengan kondisi aktual sebesar - Rp 39 428 784. Skenario II dilakukan dengan mengurangi penggunaan pakan

sebesar sepuluh persen. Skenario ini menyebabkan nilai fungsi tujuan berubah menjadi Rp 59 736 730. Selisih skenario II dengan kondisi optimal awal sebesar - Rp 55 040. Sedangkan selisih skenario II dengan kondisi aktual sebesar Rp 4 687 396. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program linear, selisih antara keuntungan aktual dan optimal dari penelitian-penelitian di atas dapat dilihat pada Lampiran 1.

Berdasarkan Lampiran 1, terlihat bahwa usaha peternakan ayam ras pedaging yang bersifat mandiri (Perusahaan Peternakan Ayam Ras Pedaging CV Pekerja Keras) memiliki persentase selisih antara keuntungan aktual dan


(42)

13 optimal yang besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan alokasi sumberdaya usaha peternakan mandiri tidak optimal jika dibandingkan dengan peternakan yang bersifat kemitraan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada skala usahanya. Penelitian Wayan (2001) dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala kecil (30 000 ekor per periode). Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging dengan skala produksi 200 000 per periode (skala sedang).

Selain itu penelitian ini berbeda dalam hal jenis usaha. Penelitian Rostini (1993), Ermayati (2006) dan Murni (2006) dilakukan pada usaha peternakan dengan pola inti plasma. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada usaha peternakan ayam ras pedaging mandiri.


(43)

14 BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi

Produksi merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting dalam operasi perusahaan. Produksi didefinisikan sebagai kegiatan untuk mengubah input atau sumberdaya menjadi output (barang dan jasa). Lipsey et al. (1995) mengungkapkan bahwa perusahaan mengkombinasikan (bauran) berbagai input untuk menghasilkan output disebut sebagai fungsi produksi. Menurut Herlambang (2002) fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara jumlah ouput maksimum yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input.

Perusahaan hanya dapat berproduksi pada batasan tertentu (batas kemungkinan produksi). Menurut Nicholson (2002), batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) menunjukkan berbagai variasi jumlah dua barang atau lebih yang dapat diproduksi dari sumberdaya yang terbatas. Batas kemungkinan produksi merupakan pengingat kenyataan ekonomi yang mendasar, bahwa dengan jumlah sumberdaya yang terbatas tidak mungkin memproduksi seluruh jenis barang yang kita inginkan. Selain itu batas kemungkinan produksi menunjukkan adanya biaya imbangan

(opportunity cost). Opportunity cost merupakan keputusan memproduksi satu barang lebih sedikit agar dapat memproduksi barang lain dalam jumlah yang banyak.

Lipsey et al. (1995) menyatakan bahwa batas kemungkinan produksi menggambarkan tiga konsep, yaitu kelangkaan, pilihan (choise) dan biaya imbangan (opportunity cost). Kelangkaan bermakna bahwa perusahaan


(44)

15 harus menetapkan pilihan berapa banyak barang yang diproduksi untuk setiap jenisnya. Pilihan ditunjukkan oleh kebutuhan untuk memilih dari beberapa titik-titik alternatif yang bisa dicapai sepanjang batas. Biaya imbangan merupakan biaya dari barang yang diukur dengan hilangnya alternatif penggunaan yang dikorbankan karena memproduksi suatu barang. Kelangkaan mengharuskan perusahaan membuat pilihan, dan pilihan tersebut merupakan biaya. Kurva batas kemungkinan produksi dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kurva Kemungkinan Produksi dan Isorevenue Sumber : Lipsey et al. 1995

Sepanjang garis kurva pada Gambar 1 menunjukkan kombinasi-kombinasi produksi yang dapat dicapai, jika perusahaan memanfaatkan sumberdaya secara efisien ditunjukkan oleh daerah OAEB. Batas kemungkinan produksi yang membatasi antara kombinasi produk yang dapat dicapai dengan yang tidak dapat dicapai, diperlihatkan oleh kurva AEB.

Kombinasi produksi X dan Y yang menghasilkan penerimaan yang sama digambarkan dengan kurva isorevenue, ditunjukkan oleh kurva TR1 dan TR2. Penerimaan maksimum perusahaan dicapai pada titik E. Jika

X a

A

E

B b

O

TR1 TR2


(45)

16 perusahaan berproduksi pada titik a dan b, maka kombinasi X dan Y menghasilkan penerimaan yang lebih kecil dari pada titik E dengan jumlah output yang sama. Dengan demikian penerimaan tertinggi dicapai ketika kurva isorevenue bersinggungan dengan batas kemungkinan produksi.

Hubungan antara output dengan input digambarkan dalam fungsi produksi seperti pada Gambar 2. Menurut Doll and Orazem (1984) fungsi produksi dibedakan menjadi tiga daerah berdasarkan elastisitas produksi dari faktor-faktor produksi. Kurva ini memperlihatkan produk total yang naik secara stabil dengan laju yang semakin meningkat, kemudian semakin berkurang. Titik produktivitas tertinggi tenaga kerja dalam menghasilkan output dicapai pada saat q*. Produksi rata-rata pada titik ini sama dengan produksi marjinal. Jika perusahaan berproduksi lebih kecil dari q* (q1), tambahan unit tenaga kerja mengakibatkan penambahan jumlah produksi yang lebih besar (elastisitas produksi lebih besar satu). Sedangkan penambahan tenaga kerja akan menghasilkan tambahan produksi yang lebih sedikit, jika perusahaan berproduksi lebih besar dari q* (q2). Pada saat q* perusahaan mencapai tingkat produksi tertinggi.


(46)

17 Gambar 2. Kurva Produksi

Sumber : Lipsey et al. 1995

3.1.2. Biaya Produksi

Biaya produksi menunjukkan bagaimana seharusnya perusahaan memilih input-input yang akan diproduksi pada tingkat output tertentu dengan biaya semurah mungkin. Karena input tidak gratis, semakin banyak output diproduksi semakin banyak pula input yang diperlukan, sehingga biaya produksi semakin besar.

Kuantitas TK

Produksi per unit TK Produksi per

unit TK

I II III

q2

q1 q* Kuantitas TK

PM PT


(47)

18 Jika diasumsikan pakan dan DOC sebagai dua input untuk memproduksi ayam ras pedaging, maka total biaya produksi adalah penjumlahan pengeluaran untuk kedua input tersebut. Menurut Nicholson (2002) untuk meminimumkan biaya produksi, perusahaan seharusnya memilih sebuah titik pada isoquant yang memiliki biaya paling murah. Artinya, perlu mencari seluruh kemungkinan kombinasi input untuk mendapatkan kombinasi harga yang termurah. Kombinasi input termurah dapat dicapai ketika tingkat substitusi marjinal dari tenaga untuk bahan sama dengan rasio input.

Prinsip minimisasi biaya diperlihatkan pada Gambar 3. Isoquant q1 menunjukkan seluruh kombinasi bahan baku dan tenaga kerja yang diperlukan untuk memproduksi q1. Dua garis biaya total (TC) ditunjukkan pada Gambar 3 : TC1<TC2. Berdasarkan gambar tersebut biaya total minimum untuk menghasilkan q1 diberikan oleh TC1. Jika perusahaan berproduksi di titik B, maka perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih besar yaitu TC2, sedangkan jika berproduksi di titik C, dihasilkan produksi yang lebih sedikit dengan biaya yang sama dengan titik A. Jadi biaya produksi minimum dicapai ketika kurva biaya total bersinggungan


(48)

19 Gambar 3. Minimisasi Biaya Produksi

Sumber : Nicholson, 2002

3.1.3. Permintaan Input

Jumlah input yang dibeli oleh peternakan ayam ras pedaging disebut juga jumlah yang diminta oleh peternakan ayam ras pedaging. Besarnya ditentukan oleh besarnya harga input tersebut, anggaran perusahaan, harga input lain. Permintaan input adalah permintaan turunan (derived demand)

karena jumlahnya tergantung kepada kebutuhan untuk menghasilkan output. Jumlah input yang diminta berbanding lurus dengan jumlah permintaan output perusahaan. Permintaan input merupakan Nilai Produk Marjinal (NPM) dari input tersebut. Pada kondisi optimal, permintaan input dari suatu perusahaan ketika NPM sama dengan harga input tersebut.

Jumlah input yang diminta pada setiap tingkat harga pasar dapat dilihat pada Gambar 4. Jika harga input turun dari p1 ke p2 maka besar permintaan input usaha peternakan ayam ras pedaging akan naik dari q1 ke q2, sebaliknya jika harga naik maka permintaan input menjadi turun.

TC1

TC2

C A

TK2

TK1

B TK3

TK

BB q1


(49)

20 Gambar 4. Kurva Permintaan

Sumber Lipsey et al. 1995

3.1.4. Penawaran Output

Banyaknya output yang dijual perusahaan disebut jumlah yang ditawarkan. Kurva penawaran merupakan hubungan antara jumlah kuantitas yang ditawarkan dengan harga. Suatu hipotesis menyatakan bahwa kebanyakan komoditi, kuantitas yang ditawarkan berbanding lurus dengan harga, ceteris paribus. Hubungan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. Jika harga output naik dari p1 ke p2, maka kuantitas produk yang ditawarkan naik dari q1 ke q2. Sebaliknya jika harga turun maka kuantitas output yang ditawarkan turun dari q2 ke q1.

Jumlah Input (Q) Harga Input

(P)

p2

q1 q2

B A


(50)

21 Gambar 5. Kurva Penawaran

Sumber : Lipsey et al. 1995

3.1.5. Maksimisasi Laba

Jika tujuan perusahaan ingin mencapai laba ekonomi terbesar, secara definisi mereka berusaha membuat perbedaan sebesar mungkin antara penerimaan total dengan biaya ekonomi total. Tujuan tersebut dapat dicapai jika perusahaan membuat keputusan berdasarkan konsep marjinal. Laba tambahan (marjinal) dapat diperoleh dari penambahan produksi per unit atau penambahan penggunaan input produksi. Selama penambahan laba tersebut positif, maka perusahaan akan memutuskan untuk memproduksi tambahan output atau melakukan penambahan input produksi tersebut. Jika tambahan laba dari aktivitas produksi menjadi nol, perusahaan akan mempertahankan aktivitasnya, karena tidak lagi menguntungkan bila menambah produksi. Hubungan maksimalisasi laba dengan konsep marjinal dapat dilihat pada Gambar 6.

p2 B

q1 q2 Jumlah Output (Q)

A p1

Harga Output (P)


(51)

22 Gambar 6. Laba Maksimum

Sumber : Nicholson, 2002

Bila perusahaan memulai produksi ayam ras pedaging di bawah q*, peningkatan produksi ayam ras pedaging selanjutnya akan menghasilkan lebih banyak tambahan penerimaan daripada penambahan biaya untuk output tersebut. Jika perusahaan memutuskan untuk meningkatkan produksi ayam ras pedaging di atas q*, maka labanya akan bekurang. Tambahan penerimaan dari kenaikan output di atas titik q* akan segera menurun karena bertambahnya biaya yang terjadi karena ekspansi output itu. Perusahaan memperoleh laba maksimum, jika menghasilkan tingkat output pada saat penerimaan marjinal dari hasil tambahan penjualan satu unit outputnya sama dengan biaya marjinal untuk menghasilkan output tersebut (Nicholson, 2002).

Output per priode

0

Output per priode Laba

q2 Laba

Biaya/ Penerimaan

Penerimaan (R) Biaya (TC)


(52)

23 3.1.6. Optimalisasi

Nicholson (1992) menyatakan optimalisasi atau optimasi merupakan alat yang penting untuk mengembangkan model-model yang mengasumsikan bahwa para pelaku ekonomi secara rasional mengejar sasaran tertentu seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Memaksimumkan keuntungan dilakukan dengan menggunakan atau mengalokasikan masukan (biaya) tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. Sedangkan meminimumkan biaya dilakukan dengan cara menggunakan masukan (biaya) yang paling minimum untuk menghasilkan tingkat output tertentu.

Persoalan optimalisasi terbagi atas dua jenis yaitu optimalisasi dengan kendala atau tanpa kendala. Optimalisasi dengan kendala membagi solusi optimal menjadi maksimisasi terkendala (memaksimumkan sesuatu dengan adanya kendala) dan minimisasi kendala (meminimumkan sesuatu dengan adanya kendala). Sedangkan optimalisasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap pencapaian fungsi tujuan diabaikan sehingga penentuan nilai maksimum atau minimum tidak terbatas pada pilihan-pilihan yang tersedia.

3.1.7. Riset Operasi

Riset operasi adalah penerapan metode-metode ilmiah terhadap masalah-masalah rumit yang muncul dalam pengarahan dan pengelolaan dari suatu sistem besar manusia, mesin, saham dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan dan pertahanan (Operational Research Society of Great Brtain dalam Mulyono, 1991). Menurut Churchman dan Arnoff dalam Mulyono (1991) riset operasi diartikan sebagai penerapan metode-metode, teknik-teknik, alat-alat terhadap masalah-masalah yang menyangkut


(53)

operasi-24 operasi dari sistem-sistem, sedemikian rupa sehingga menghasilkan penyelesaian optimal.

3.1.8. Program Linear

Menurut Buffa dan Sarin (1996) pemrograman linear sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka sebagai kegiatan yang saling besaing sedemikian sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Program linear berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematik yang terdiri dari sebuah fungsi linier dan beberapa kendala linear (Mulyono, 1991).

Syarat yang harus dipenuhi agar dapat menyusun dan merumuskan suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model program linear adalah sebagai berikut :

1. Tujuan

Tujuan adalah permasalahan yang dihadapi dan ingin dipecahkan serta dicari jalan keluarnya. Fungsi tujuan dapat berupa dampak positif berupa manfaat, keuntungan dan kebaikan yang ingin di maksimumkan atau dampak negatif yang ingin diminimumkan.

2. Alternatif pembanding

Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang ingin di bandingkan seperti biaya tertinggi dengan biaya terendah, permintaan tertinggi dengan permintaan terendah.

3. Sumberdaya

Sumberdaya yang dianalisis harus ada dalam keadaan terbatas. Keterbatasan tersebut disebut sebagai kendala atau syarat ikatan.

4. Perumusan kuantitatif

Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara kuantitatif dalam bentuk model matematika.


(54)

25 5. Keterkaitan variabel

Variabel-variabel yang membentuk fungsi tujuan dan kendala harus mempunyai hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan.

Model dasar dari program linear dapat dirumuskan sebagai berikut: Maksimumkan (minimumkan) :

Untuk

Dengan syarat

untuk semua

dan semua Keterangan :

Xj : peubah pengambilan keputusan atau (yang ingin dicari: yang tidak diketahui)

Z : nilai skalar ktriteria pengambilan keputusan ; suatu fungsi tujuan

cj : parameter yang dijadikan kriteria optimasi, atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan

bi : sumberdaya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang bersangkutan ; disebut pula konstanta atau “nilai sebelah kanan” dari kendala

aij : koefisien teknologi peubah pengambilan keputusan (kegiatan yang bersangkutan) dalam kendala ke-i

Model program linear mengandung asumsi-asumsi implisit tertentu yang harus dipenuhi agar definisinya sebagai suatu masalah program linier


(55)

26 menjadi absah. Asumsi itu menuntut hubungan fungsional dalam masalah itu adalah linear dan additif, dapat dibagi dan deterministik.

1. Linearity

Asumsi ini menginginkan agar perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi.

2. Proporsionalitas

Asumsi ini menyatakan bahwa jika variabel pengambilan keputusan (xj)

berubah, maka dampak perubahannya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan (cjxj) dan juga fungsi kendala (aijxj).

3. Additivitas

Asumsi mensyaratkan bahwa untuk setiap tingkat kegiatan tertentu (xj)

nilai total fungsi sasaran (z) dan pemakaian total dari setiap sumberdaya sama dengan jumlah kontribusi atau penggunaan sumberdaya oleh setiap kegiatan yang dilakukan.

4. Divisibilitas

Setiap kegiatan pemrograman linier dapat mengambil sembarang nilai fraksional. Jadi suatu kegiatan dapat dibagi ke dalam tingkat-tingkat fraksional. Dengan kata lain, nilai (xj) boleh integer dan non-integer.

5. Deterministik

Semua parameter model (cj, aij, dan bi) diasumsikan diketahui konstan. Secara tidak langsung mengasumsikan masalah keputusan dalam satu rangka statis dimana semua parameter diketahui dengan kepastian.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kelompok Bina Usahatani Muslim merupakan usaha peternakan ayam ras pedaging komersil yang mempunyai tujuan utama untuk memaksimumkan


(56)

27 keuntungan. Keuntungan maksimum dapat dicapai jika alokasi sumberdaya yang dimiliki digunakan dengan efisien.

Selain harga jual ayam ras pedaging yang berfluktuasi, peternakan KBTM juga menghadapi kendala sulitnya mendapatkan DOC yang berkualitas baik. DOC yang berkualitas tidak baik dapat menyebabkan pertumbuhan terhambat, meningkatnya mortalitas dan nilai konversi pakan. Penggunaan faktor-faktor produksi yang lain seperti tenaga kerja, obat-obatan dan pemanas tergantung jumlah produksi.

Kelangkaan DOC terjadi akibat KBTM tidak terikat kontrak dengan perusahaan breeder. Keputusan itu diambil karena ada kecenderungan perusahaan breeder lebih mengutamakan memasok DOC pada peternakan berskala perusahaan, sedangkan KBTM merupakan peternak berskala sedang dengan kapasitas produksi 200 000 ekor per periode.

Pada umumnya satu anak kandang mampu memelihara ayam 3 500 sampai dengan 4 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Tetapi kondisi yang berbeda terjadi di KBTM. Satu anak kandang hanya memelihara 2 000 ekor ayam ras pedaging per periode. Hal tersebut memperlihatkan adanya kelebihan penggunaan tenaga kerja. Oleh karena itu diperlukan penyelesaian untuk mengoptimalkan alokasi penggunaan sumberdaya sehingga tercapai kondisi optimal.

Pemecahan masalah optimalisasi produksi dilakukan dengan menggunakan model program linear. Model program linear digunakan untuk mencari keuntungan maksimum yang mungkin dicapai jika perusahaan melakukan pola produksi dengan optimal. Model ini akan menghasilkan pola produksi optimal yang paling memungkinkan untuk dilakukan perusahaan.

Tahap berikutnya adalah analisis post optimal untuk melihat pengaruh dari perubahan-perubahan yang terjadi pada parameter-parameter yang dianalisis.


(57)

28 Analisis post optimal dilakukan dengan merubah harga jual ayam ras pedaging dan ketersediaan pakan. Penurunan harga jual ayam ras pedaging didasarkan pada nilai tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2007. Sedangkan nilai penurunan ketersediaan pakan didasarkan pada konversi pakan yang tinggi. Kemudian hasil analisis post optimal dibandingkan dengan kondisi optimal awal. Hasil dari analisis-analisis tersebut merupakan dasar bagi perusahaan dalam menerapkan kebijakan.


(58)

29 Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional

- Kontribusi produksi daging ayam terhadap produksi daging

nasional

- Konsumsi daging ayam ras tinggi - Peluang bagi peternakan ayam

ras pedaging untuk

mengembangkan usahanya

- Fluktuasi harga jual ayam ras pedaging

- Kelangkaan DOC

- Penggunaan tenaga kerja berlebih

Linear Programming

Fungsi tujuan :

Memaksimumkan Keuntungan DOC, pakan, vaksin dan obat-Fungsi Kendala : obatan, sekam, minyak tanah, gas, kapasitas kandang, tenaga

kerja

Produksi Optimal

Analisis Primal Analisis Dual Analisis Sensivitas

Analisis Post Optimal


(59)

30 BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kelompok Bina Usahatani Muslim (KBTM). Pemilihan lokasi dilakukan dengan sengaja atau purposive dengan pertimbangan bahwa KBTM merupakan salah satu peternakan yang bergerak dibidang usaha ternak ayam ras pedaging yang terletak di Kota Depok. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei sampai September 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamat langsung di lapangan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen perusahaan dan petugas lapangan. Data sekunder diperoleh dari laporan perusahaan, laporan penjualan, pembelian dan lapora keuangan, hasil penelitian terdahulu serta literatur yang relevan.

Peubah yang diukur dan dianalisis dalam penelitian ini adalah keuntungan (Rp), penerimaan total (Rp), biaya produksi total (Rp) selama sepuluh periode dari lima lokasi kandang yang dimiliki KBTM. Selain itu penelitian ini juga mengukur dan menganalisis jumlah atau alokasi penggunaan input-input produksi ayam ras pedaging pada lima lokasi kandang selama sepuluh periode. Input-input produksi dibagi menjadi input tetap dan input variabel. Input-input tetap terdiri dari biaya penggunaan lahan dan kandang (Rp) serta biaya penggunaan peralatan kandang (Rp). Sedangkan yang termasuk input-input variabel adalah biaya DOC (Rp), pakan (Rp), tenaga kerja (Hari kerja Pria atau HKP), biaya vaksin, obat-obatan dan desinfektan (Rp), biaya sekam


(60)

31 (Rp), biaya batu bara (Rp). Input-input produksi ayam ras pedaging tersebut dihitung selama sepuluh periode sejak Januari 2007 sampai dengan April 2008.

4.3. Metode Pengambilan Responden

Responden sebagai sumber data adalah anak kandang, kepala kandang, tenaga kerja ahli, serta bagian keuangan. Anak kandang merupakan tenaga kerja yang bertangung jawab secara langsung terhadap pemeliharaan ayam. Kepala kandang merupakan tenaga kerja yang mengapalai anak kandang dan mengambil keputusan-keputusan penting tentang pemeliharaan ayam. Pengambilan data utama dilakukan melalui kepala kandang, tenaga kerja ahli dan bagian keuangan. Sedangkan data-data penunjang seperti tata cara pemeliharaan ayam dilakukan melalui anak kandang di lima lokasi kandang yang dimiliki oleh KBTM lokasi kandang Cilodong, Kelapa Dua, Cilebut, Pemda dan Ciluar.

4.4. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan program LINDO (Linear Interactive Discrete Optimizer). Data-data yang telah diolah dan dianalisis tersebut digunakan untuk memberikan alternatif solusi produksi yang tepat untuk diterapkan pada perusahaan sesuai dengan kondisi-kondisi dasar dari setiap masalah.

4.4.1. Menentukan Koefisien Teknis

Data-data yang telah dikumpulkan, disusun dan disederhanakan untuk mempermudah pengolahan data. Koefisien teknis dicari dengan menganalisis alokasi penggunaan input-input produksi ayam pedaging oleh KBTM selama sepuluh periode pada tahun 2007-2008. Data koefisien teknis digunakan untuk menentukan optimalisasi penggunaan input-input produksi


(61)

32 ayam ras pedaging untuk memaksimumkan keuntungan yang diterima oleh KBTM.

4.4.2. Penerimaan Usaha Peternakan KBTM

Penerimaan usaha peternakan ayam ras pedaging KBTM merupakan penjumlahan dari penerimaan output utama. Penerimaan untuk setiap output merupakan hasil kali harga dengan jumlah masing-masing output. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Dimana :

: Penerimaan yang diterima oleh perusahaan dari setiap lokasi kandang selama tahun 2007-2008 (Rp/sepuluh periode/lokasi kandang)

: Rata-rata harga jual ayam ras pedaging siap potong per kilogram pada tahun 2007-2008 untuk setiap ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang (Rp/kg)

: Jumlah ayam ras pedaging yang dihasilkan oleh setiap lokasi kandang pada tahun 2007-2008 (kg/sepuluh periode/lokasi kandang) 4.4.3. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh peternakan ayam ras pedaging KBTM untuk penggunaan input-input produksi di setiap kandang selama periode tertentu. Biaya produksi terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Perhitungan dari setiap biaya produksi di setiap kandang yang terdapat pada usaha ayam ras pedaging KBTM sebagai berikut :


(1)

74

Lampiran 4. Model Optimalisasi Skenario I

MAX 0.3645327 X1 + 0.4416833 X2 - 0.2244274 X3 + 0.3496685 X4 + 0.5702352 X5

SUBJECT TO

PAKAN) 0.002249399 X1 + 0.002340599 X2 + 0.0027292 X3 +

0.0024206 X4 + 0.0024802 X5 <= 3659.898

DOC) 0.0010901 X1 + 0.0010594 X2 + 0.0010678 X3 + 0.0010938 X4

+ 0.0010655 X5 <= 1325

VOD) 0.3210291 X1 + 0.3142551 X2 + 0.3167367 X3 + 0.3244684 X4

+ 0.3097508 X5 >= 387780.1

SEKAM) 0.0000545 X1 + 0.00005299999 X2 + 0.00005339999 X3 +

0.0000547 X4 + 0.00005329999 X5 >= 60.897

BATUBARA) 0.00001309999 X1 + 0.000017 X2 + 0.00001709999 X3 +

0.0000175 X4 + 0.000017 X5 >= 18.269

A.KNDNG) 0.00006059999 X1 + 0.000058 X2 + 0.00005999999 X3

+ 0.00005479999 X4 + 0.00006289999 X5 >= 7.218

TK.AHLI) 0.00000202 X1 + 0.000001999999 X2 + 0.000001799999 X3

+ 0.000001917999 X4 + 0.000002063 X5 >= 0.602

T.PAKAN) 0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3

+ 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >= 1.788

T.MINUM) 0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3

+ 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >= 1.788

SEMAWAR) 0.000003535353 X1 + 0.0000035 X2 + 0.000003 X3

+ 0.000003561644 X4 + 0.000003523809 X5 >= 0.55

BROODER) 0.0000010101 X1 + 0.000000999999 X2 + 0.000000999999 X3

+ 0.000001150684 X4 + 0.000001206348 X5 >= 0.183

LHNKNDNG) 0.354 X1 + 0.397 X2 + 0.347 X3 + 0.41 X4 + 0.4 X5 <=

487174.4


(2)

75

Lampiran 5. Hasil Optimalisasi Skenario I

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 17

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 632617.6

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X1 181705.437500 0.000000

X2 293146.656250 0.000000

X3 0.000000 0.537344

X4 0.000000 0.106449

X5 766178.625000 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

PAKAN) 664.754456 0.000000

DOC) 0.000000 5319.502930

VOD) 0.000000 -19.676025

SEKAM) 5.380040 0.000000

BATUBARA) 2.119873 0.000000

A.KNDNG) 68.988495 0.000000

TK.AHLI) 1.931965 0.000000

T.PAKAN) 15.449074 0.000000

T.MINUM) 15.449074 0.000000

SEMAWAR) 3.818274 0.000000

BROODER) 1.217966 0.000000


(3)

76

NO. ITERATIONS= 17

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X1 0.364533 0.136506 0.553717

X2 0.441683 0.103876 0.102825

X3 -0.224427 0.537344 INFINITY

X4 0.349669 0.106449 INFINITY

X5 0.570235 1.505392 0.120274

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

PAKAN 3659.897949 INFINITY 664.754456

DOC 1325.000000 5.724411 17.323267

VOD 387780.062500 4860.850098 1824.698364

SEKAM 60.896999 5.380040 INFINITY

BATUBARA 18.268999 2.119873 INFINITY

A.KNDNG 7.218000 68.988495 INFINITY

TK.AHLI 0.602000 1.931965 INFINITY

T.PAKAN 1.788000 15.449074 INFINITY

T.MINUM 1.788000 15.449074 INFINITY

SEMAWAR 0.550000 3.818274 INFINITY

BROODER 0.183000 1.217966 INFINITY


(4)

77

Lampiran 6. Model Optimalisasi Skenario II

MAX 1.03468 X1 + 1.144536 X2 + 0.5065433 X3 + 0.3355364 X4

+ 1.294006 X5

SUBJECT TO

PAKAN) 0.002249399 X1 + 0.002340599 X2 + 0.0027292 X3 +

0.0024206 X4 + 0.0024802 X5 <= 2910.435

DOC) 0.0010901 X1 + 0.0010594 X2 + 0.0010678 X3 + 0.0010938 X4

+ 0.0010655 X5 <= 1325

VOD) 0.3210291 X1 + 0.3142551 X2 + 0.3167367 X3 + 0.3244684 X4

+ 0.3097508 X5 >= 387780.1

SEKAM) 0.0000545 X1 + 0.00005299999 X2 + 0.00005339999 X3 +

0.0000547 X4 + 0.00005329999 X5 >= 60.897

BATUBARA) 0.00001309999 X1 + 0.000017 X2 + 0.00001709999 X3 +

0.0000175 X4 + 0.000017 X5 >= 18.269

A.KNDNG) 0.00006059999 X1 + 0.000058 X2 + 0.00005999999 X3

+ 0.00005479999 X4 + 0.00006289999 X5 >= 7.218

TK.AHLI) 0.00000202 X1 + 0.000001999999 X2 + 0.000001799999 X3

+ 0.000001917999 X4 + 0.000002063 X5 >= 0.602

T.PAKAN) 0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3

+ 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >= 1.788

T.MINUM) 0.000009090908 X1 + 0.0000145 X2 + 0.000009999999 X3

+ 0.00001452054 X4 + 0.00001479365 X5 >= 1.788

SEMAWAR) 0.000003535353 X1 + 0.0000035 X2 + 0.000003 X3

+ 0.000003561644 X4 + 0.000003523809 X5 >= 0.55

BROODER) 0.0000010101 X1 + 0.000000999999 X2 + 0.000000999999 X3

+ 0.000001150684 X4 + 0.000001206348 X5 >= 0.183

LHNKNDNG) 0.354 X1 + 0.397 X2 + 0.347 X3 + 0.41 X4 + 0.4 X5 <=

487174.4


(5)

78

Lampiran 7. Hasil Optimalisasi Skenario II

LP OPTIMUM FOUND AT STEP 8

OBJECTIVE FUNCTION VALUE

1) 1434298.

VARIABLE VALUE REDUCED COST

X1 593659.625000 0.000000

X2 22334.873047 0.000000

X3 0.000000 0.999486

X4 0.000000 0.849939

X5 613974.750000 0.000000

ROW SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES

PAKAN) 0.000000 952.277283

DOC) 0.000000 46.493778

VOD) 0.000000 -3.607322

SEKAM) 5.366051 0.000000

BATUBARA) 0.325205 0.000000

A.KNDNG) 68.672203 0.000000

TK.AHLI) 1.908492 0.000000

T.PAKAN) 13.015689 0.000000

T.MINUM) 13.015689 0.000000

SEMAWAR) 3.790499 0.000000

BROODER) 1.179659 0.000000


(6)

79

NO. ITERATIONS= 8

RANGES IN WHICH THE BASIS IS UNCHANGED:

OBJ COEFFICIENT RANGES

VARIABLE CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

COEF INCREASE DECREASE

X1 1.034680 0.195813 0.001175

X2 1.144536 0.000643 0.297867

X3 0.506543 0.999486 INFINITY

X4 0.335536 0.849939 INFINITY

X5 1.294006 INFINITY 0.001437

RIGHTHAND SIDE RANGES

ROW CURRENT ALLOWABLE ALLOWABLE

RHS INCREASE DECREASE

PAKAN 2910.435059 84.708458 6.986227

DOC 1325.000000 0.308849 12.830630

VOD 387780.062500 4332.598633 100.084351

SEKAM 60.896999 5.366051 INFINITY

BATUBARA 18.268999 0.325205 INFINITY

A.KNDNG 7.218000 68.672203 INFINITY

TK.AHLI 0.602000 1.908492 INFINITY

T.PAKAN 1.788000 13.015689 INFINITY

T.MINUM 1.788000 13.015689 INFINITY

SEMAWAR 0.550000 3.790499 INFINITY

BROODER 0.183000 1.179659 INFINITY