Latar Belakang Optimalisasi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Pada Peternakan Ayam Ras Pedaging Mitra CV. Janu Putro Di Kec. Pamijahan Kab. Bogor

18 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya pendapatan dan kesadaran gizi masyarakat secara umum permintaan komoditas ternak dan bahan asal ternak, khususnya daging semakin meningkat, oleh karena itu perlu adanya peningkatan produksi daging guna memenuhi permintaan tersebut. Salah satu daging yang selalu mengalami peningkatan konsumsi adalah daging yang berasal dari ayam ras pedaging, karena memiliki nilai gizi terutama kadar protein yang tinggi dibanding ternak yang lain yaitu sebesar 23,40 persen. Selain itu daging ayam baik untuk dikonsumsi dalam jumlah yang besar karena memiliki kadar lemak yang paling rendah yaitu 1,90 persen Tabel1. Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi untuk Masing-masing Jenis Daging Jenis Daging Protein Lemak Ayam Ras Pedaging 23.40 1.90 Sapi 21.50 7.50 Kambing 19.50 7.50 Babi 19.50 9.50 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan 2004 Bisnis ayam ras pedaging memiliki sifat cepat dalam menghasilkan penerimaan, karena dalam satu periode hanya membutuhkan waktu 6-8 minggu, sehingga banyak peternak yang tertarik untuk mengusahakan. Hal ini diikuti dengan perkembangan teknologi yang semakin maju baik dalam hal pembibitan, pemberian pakan, penanggulangan penyakit dan manajemen pemeliharaan. 19 Jumlah populasi dari ayam ras pedaging relatif tinggi dibandingkan dengan jumlah populasi dari sapi perah, sapi potong, kerbau, kambing, dan domba. Ini dapat dibuktikan pada laju pertumbuhan pada masing-masing ternak Tabel 2. Populasi ayam ras pedaging selama periode 2000-2004 mengalami laju pertumbuhan sebesar 11,97 persen Tabel 2, sementara untuk ternak lain laju pertumbuhannya jauh dibawah laju pertumbuhan ayam ras pedaging. Sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing dan domba hanya sebesar 1,9 persen, 0,37 persen, 1,71 persen, 1,98 persen dan 3,83 persen. Berdasarkan dari data populasi Tabel 2, seharusnya banyak investor yang menanamkan modalnya dalam bisnis ayam ras pedaging, namun dalam kenyataannya tidak sesuai dengan yang diharapkan, hal ini mungkin disebabkan oleh ketersediaan DOC Day old chick yang terbatas. Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia Periode 2000-2004 Jenis Ternak Populasi ekor Laju thn 2000 2001 2002 2003 2004 Sapi Potong 354.000 347.000 358.000 374.000 382.000 1,9 Sapi Perah 11.008.000 11.137.000 11.998.000 10.504.000 10.726.000 0,37 Kerbau 24.050.000 2.333.000 2.403.000 2.459.000 2.572.000 1.71 Kambing 12.566.000 12.464.000 12.549.000 11.722.000 13.442.000 1,98 Domba 7.427.000 7.401.000 7.641.000 9.811.000 8.246.000 3.83 Ayam Ras Pedaging 530.874.057 621.870.428 865.074.785 847.743.895 895.155.485 11.97 Sumber : Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan 2004 Produksi ayam ras pedaging selama periode 2000-2004 mengalami laju pertumbuhan rata-rata sebesar 12,01 persentahun Tabel 3. Peningkatan produksi tertinggi terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 40,01 persen. Konsumsi ayam ras pedaging dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan, dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 13,16 persentahun. Konsumsi ayam ras 20 pedaging terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 1.726.900.155 kg . Jumlah produksi ayam ras pedaging dari tahun ke tahun lebih rendah di bandingkan dengan jumlah konsumsi ayam ras pada setiap tahunnya, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah melakukan impor terhadap ayam ras pedaging. Impor ayam ras pedaging terbesar terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 14.017.400 kg. Impor ayam ras pedaging terus-menerus mengalami penurunan untuk tiap tahun yaitu sebesar 55,40 persen, walaupun pemerintah telah melakukan impor terhadap ayam ras pedaging namun tetap saja produksi mengalami kekurangan. Kekurangan produksi ini terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 2004 terjadi kekurangan produksi yang terbesar yaitu sebesar 950.655.413 kg. Berdasarkan dari data kekurangan produksi ayam ras pedaging Tabel 3. yang terjadi dari tahun ke tahun maka hal tersebut merupakan peluang bagi peternakan ayam ras pedaging untuk lebih meningkatkan lagi produksinya agar dapat memenuhi permintaan konsumen. Populasi ayam ras pedaging pada tahun 2003 mengalami penurunan yaitu sebesar 2 persen, hal ini disebabkan oleh masuknya penyakit baru yang berasal dari Hongkong yang dikenal dengan flu burung, namun pada tahun 2004 populasi ayam ras padaging kembali mengalami peningkatan menjadi 5,59 persen yaitu sebesar 895.155.485 ekor Tabel 3. 21 Tabel 3 Produksi, Populasi, Konsumsi, Impor, dan Kekurangan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging di Indonesia Periode 2000-2004 Tahun Produksi kg 1 Populasi Ekor 1 Konsumsi kgthn 2 Impor kgthn 1 Kekurangan Produksi kgthn 1 2000 515.000.000 530.874.057 1.060.091.450 14.017.400 531.777.850 2001 537.000.000 621.870.428 1.103.045.122 1.454.200 566.331.122 2002 751.900.000 865.074.785 1.219.017.250 949.800 468.513.750 2003 771.700.000 847.743.895 1.473.728.254 546.000 704.242.954 2004 780.600.000 895.155.485 1.726.900.155 243.516 950.655.413 Laju Per- tumbuhan tahun 12,01 11,97 13,16 -55,40 18,63 Sumber : 1 Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan 2004 2 Konsumsi Daging Ayam ras Pedagingkap x Jumlah Penduduk Badan Pusat Statistik 2004 Setiap usahatani selalu berusaha untuk berproduksi dengan optimal agar mencapai keuntungan maksimum sekaligus dapat memenuhi konsumsi atau permintaan pasar. Berproduksi dengan optimal dapat dilakukan dengan cara mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang umumnya digunakan dalam beternak ayam ras pedaging adalah DOC Day Old Chick, pakan, tenaga kerja, obat-obatan, kandang, peralatan, energi dan pemeliharaan. Penggunaan secara optimal dari faktor-faktor produksi ini akan menghasilkan produksi yang tinggi dan perusahaan dapat mencapai keuntungan maksimum dengan cara melakukan optimalisasi produksi. Saptana 1999, mengatakan bahwa Propinsi Jawa Barat terkenal sebagai daerah sentra produksi dan tujuan pasar utama produk ternak ayam ras pedaging di Indonesia. Hal ini dilandasi oleh beberapa alasan yaitu ; 1 adanya permintaan yang tinggi, akibat adanya perkembangan industri kawasan Jakarta, Bogor, Tanggerang dan Bekasi Jabotabek. 2 dekat dengan pasar 22 utama Jakarta. 3 adanya dukungan investasi industri baik industri hulu industri pembibitan dan industri pakan ternak maupun industri hilir rumah potong ayam, berbagai restoran serta rumah makan. Salah satu usaha peternakan yang bergerak di bidang ayam ras pedaging dan berlokasi di daerah Bogor adalah peternak mitra CV. Janur Putro yang beralamat di Kecamatan Pamijahan Kab. Bogor.

1.2. Perumusan Masalah