62 dari responden atas penggunaan berulang dapat memberikan informasi
untuk kemungkinan penjualan ulang; rencana sampling statistik dapat secara penuh dilaksanakan; dan informasi yang diperoleh lebih banyak karena
waktu yang tersedia dalam menjawab score sheet lebih banyak. Kelemahan dari Home Use Test antara lain: Home Use Test membutuhkan waktu yang
lama, sekitar satu sampai empat minggu; uji ini menggunakan jumlah kelompok responden yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan Central
Location Test , karena untuk mendapatkan jumlah penduduk yang banyak
membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang besar; kemungkinan non- respon lebih besar; jumlah maksimum sampel yang dibandingkan hanya tiga,
jumlah yang lebih besar dapat mengganggu penggunaan alami; dan toleransi kesalahan persiapan produk dapat diuji, keragaman dalam penyiapan dan
perbedaan dalam waktu penggunaan dari makanan atau produk lain yang digunakan bersama produk uji dapat bergabung menimbulkan keragaman
yang besar dalam jumlah sampel subjek yang kecil.
F. KONDISI UMUM INDUSTRI KERIPIK JAMUR DI WONOSOBO
Industri pengolahan Keripik Jamur merupakan salah satu Industri pangan yang berkembang di Wonosobo. Adapun yang dimaksud dengan industri adalah
suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah
jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat dengan pemakai akhir Anonim b, 2006.
Dinas perindustrian membagi kegiatan industri menjadi lima macam, meliputi industri pangan, sandang dan kulit, kerajinan umum, industri kimia
dan industri pengolahan pangan. Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan, BPS membagi skala usaha kegiatan menjadi empat kelompok,
yaitu Industri Besar dengan jumlah tenaga kerja di atas 100 orang, Industri Sedang dengan tenaga kerja 20-90 orang, Industri Kecil dengan tenaga kerja 5-
10 orang, dan Industri Rumah Tangga dengan tenaga kerja 1-4 orang Anonim b, 2006.
63 Berdasarkan jumlah tenaga kerjanya, industri pengolahan Keripik Jamur
di Kabupaten Wonosobo tergolong dalam Industri Kecil dimana jumlah tenaga kerjanya 5-10 orang. Industri ini tidak membutuhkan banyak tenaga kerja
dalam proses produksi, tenaga kerjanya dibutuhkan dalam proses pengirisan bahan baku, proses pembuatan Keripik Jamur, pengorengan dan pengemasan.
Selain itu terdapat pula kecenderungan produsen dalam memberdayakan masyarakat sekitar untuk proses pengirisan bahan baku. Saat ini keadaaan
Industri Kecil di Wonosobo jauh lebih berkembang dibandingkan dengan Industri Sedang maupun Industri Besar, hal tersebut tampak pada Tabel 4 .
Tabel 4. Informasi Terakhir Jumlah Unit Industri di Kabupaten Wonosobo
No Kecamatan
Industri Besar
Industri Sedang
Industri Kecil
1. Wonosobo
3 750
2. Kertek
2 1.011
3. Selomerto
1 1
567 4.
Leksono 441
5. Garung
1 205
6. Kejajar
57 7.
Mojotengah 1.040
8. Watumalang
147 9.
Sapuran 1
1.204 10
Kepil 313
11 Kalikajar
807 12
Kaliwiro 2.484
13 Wadaslintang 2.434
14 Sukoharjo
105 15
Kalibawang 285
Sumber : Anonim b, 2006
Saat ini terdapat tujuh produsen yang masih aktif dalam memproduksi Keripik Jamur dari 10 produsen yang ada. Adapun produsen yang masih aktif
memproduksi Keripik Jamur antara lain Candi Dieng, Candi Mas, Cendawan
64 Mas, Podang Mas, Cresia, Yuasa Food, dan Sindoro Sumbing. Meskipun
tergolong dalam Industri Kecil, Industri Keripik Jamur ini mampu menyerap pangsa pasar secara luas, hal tersebut tampak dari banyaknya para wisatawan
yang berminat untuk membeli Keripik Jamur sebagai oleh-oleh. Meskipun harganya relatif mahal. Saat ini Keripik Jamur yang di tawarkan seharga antara
Rp 27.000,00 sampai Rp 36.000,00 per Kg Dinas Perdagangan dan Perindustrian, 2006. Harga Keripik Jamur yang ber-aneka ragam, seperti yang
tertera di atas, dapat terjadi karena adanya proses distribusi, dimana harga jual dari produsen jauh lebih murah daripada harga jual dari pedagang, selain itu
adanya proses kemas ulang dengan merek yang baru juga mengakibatkan harga jual dari Keripik Jamur jauh lebih mahal dari harga jual produsen. Berdasarkan
informasi dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian merek-merek yang bermunculan saat ini banyak yang belum terdaftar di Dinas Perdagangan dan
Perindustrian. Menurut Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Wonosobo, rata-rata
volume produksi dari produsen Keripik Jamur adalah 20 kg hari, 6000 kg th. Sedangkan volume bahan baku yang digunakan JamurMerang sebesar 30.000
kg th. Dalam proses pembuatan Keripik Jamur, bahan baku Jamur Merang diperoleh dari petani Jamur di kawasan Dieng, yaitu di daerah Buntu, Merdodo,
Karang dan Bakalan. Seiring meningkatnya produksi dan penjualan Keripik Jamur di pasar, petani Jamur Merang di kawasan Dieng saat ini tidak mampu
lagi memenuhi permintaan produsen Keripik Jamur akan kebutuhan Jamur Merang. Untuk mengatasi kekurangan bahan baku tersebut, saat ini produsen
Keripik Jamur mendatangkan Jamur Merang dari daerah Bumi Ayu, Bandung, Sidoarjo dan Malang. Dengan adanya kelangkaan bahan baku di Kawasan
Dieng mengakibatkan meningkatnya harga jual Keripik Jamur, dikarenakan biaya yang besar dalam pengiriman bahan baku Jamur Merang dari luar kota.
65
III. BAHAN DAN METODE
A. PENDEKATAN PENELITIAN