Produksi bersih yang telah dilakukan

24 Menurut Thaib 1985, rendemen tapioka berkisar antara 19 dan 24. Berdasarkan pada Tabel 5 dan Tabel 6, dapat dilihat bahwa terdapat 12 orang pengusaha total 21 orang pengusaha yang biasa memproduksi tapioka kasar dengan rendemen di atas 19. Hal ini berarti bahwa lebih dari separuh pengusaha kecil tapioka di Ciluar memproduksi tapioka kasar dengan rendemen yang cukup baik. Tabel 5 dan Tabel 6 juga memperlihatkan perbedaan rata-rata rendemen yang dihasilkan oleh pengusaha yang mengunakan gobegan dengan pengusaha yang tidak menggunakan gobegan manual. Perbedaan ini menghasilkan selisih rata-rata rendemen sebesar 2,6. Selisih tersebut dipergunakan sebagai landasan asumsi bahwa penggunaan gobegan dapat meningkatkan rendemen sebesar 2,6.

2. Produksi bersih yang telah dilakukan

Produksi bersih dan pengelolaan lingkungan pabrik yang sudah dilakukan oleh industri kecil tapioka di Ciluar dapat dilihat pada Tabel 7. Pada Tabel 7 disebutkan bahwa industri kecil tapioka di Ciluar telah memanfaatkan kulit kupasan ubi kayu untuk pupuk dan pakan kambing. Kulit kupasan yang dihasilkan berkisar antara 20 dan 23 neraca massa Lampiran 5, 6, dan 7. Menurut Grace 1977, kulit ubi kayu terdiri dari lapisan kulit luar yang biasanya lebih gelap dan lapisan kulit bagian dalam. Lapisan kulit luar berkisar antara 0,5 dan 2, sedangkan lapisan kulit bagian dalamnya berkisar antara 8 dan 15 dari bobot keseluruhan umbi. Menurut Falcon 1984, kulit kupasan ubi kayu lebih kurang 20 atau lebih dari bobot umbi segar. Bila dibandingkan dengan Grace 1977 dan Falcon 1984 maka, pengupasan yang dilakukan oleh industri kecil tapioka Lampiran 5, 6, dan 7 cukup baik. Lampiran 5, 6, dan 7 adalah neraca massa tiga industri kecil tapioka di Ciluar yang diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi pengolahan dan tingkat efisiensinya. Dengan membandingkan neraca massa dari Lampiran 5, dan 7 dapat diketahui bahwa masing-masing pengusaha tersebut memiliki perbedaan pada banyaknya air untuk proses pencucian ubi kayu dan ekstraksi padahal, jumlah ubi kayu yang diolah hampir sama. 25 Tabel 7 Produksi bersih dan pengelolaan lingkungan pabrik yang sudah dilakukan oleh industri kecil tapioka di Ciluar Faktor Produksi bersih dan pengelolaan lingkungan pabrik yang sudah dilakukan Air • Air yang dipompa dari sumur bor dienapkan terlebih dahulu dalam bak penampungan Energi • Penggunaan mesin diesel yang sama untuk menggerakkan pompa air dan mesin pemarut sekaligus Pengupasan • Pemanfaatan kulit untuk pupuk • Pemanfaatan kulit untuk pakan kambing Pencucian • Penggunaan bak bilas untuk proses pencucian Pemarutan • Penggunaan mesin pemarut • Perawatan silinder pemarut secara rutin Ekstraksi • Penggunaan alat gobegan Pengenapan pati • Pencucian bak: tiga hari sekali • Pemasangan jam dinding di pabrik: ketepatan waktu pengenapan Penghancuran • Penggunaan mesin • Penggunaan alas untuk menampung butiran pati yang tercecer Penjemuran • Penggunaan tampir tampah: memudahkan pengangkutan dan penjemuran • Penggunaan pengaman kepala oleh pekerja jemur Produk samping • Penjualan onggok • Penjualan tapioka kasar kotor hasil sapuan Limbah Cair • Pengenapan lindur elot Layout • Product layout: sesuai urutan proses produksi • Lantai plester semen, keramik baru dilakukan oleh pengusaha nomor 4, 7 dan 14 Tabel 4 tidak dilakukan oleh pengusaha nomor 6 Tabel 4 baru dilakukan oleh pengusaha nomor 7 Tabel 4 26 Perbedaan tersebut dikarenakan banyaknya air pencucian yang digunakan tergantung pada jumlah ubi kayu, ukuran dan banyaknya kotoran yang melekat pada ubi kayu tersebut. Jumlah ubi kayu yang lebih banyak, dengan ukuran yang lebih kecil dan kotoran yang lebih banyak akan membutuhkan air pencucian yang lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah ubi kayu yang lebih sedikit, ukuran yang lebih besar, dan kotoran yang lebih sedikit. Banyaknya air untuk ekstraksi yang digunakan tergantung pada banyaknya pati yang terkandung pada ubi kayu. Semakin banyak patinya maka semakin banyak air yang dibutuhkan.

3. Opsi produksi bersih yang dapat diterapkan