streching yang merupakan struktur khas dari kitosan yang saling bertumpang tindih, vibrasi pada bilangan gelombang 2931,8 cm
-1
merupakan serapan C – H
streching dan CH
2
steching dari selulosa bakteri, kitosan dan kolagen , pada vibrasi bilangan gelombang 1327,03 cm
-1
menunjukkan adanya gugus C – O – H.
Penambahan proses coating kitosan-kolagen pada pembuatan membran selulosa bakteri yang telah diteliti menunjukkan perbedaan rentang spektrum dari
sampel membran selulosa bakteri dan membran selulosa bakteri coating kitosan- kolagen 2, 4, 6 relatif kecil, sehingga dapat diduga antara membran selulosa
bakteri dengan coating kitosan-kolagen hanya terjadi ikatan hidrogen intermolekul dan intramolekul. Dari analisa FT-IR juga dapat diduga bahwa
penambahan kosentrasi dari kitosan-kolagen pada proses coating tidak merubah struktur dari selulosa bakteri. Membran selulosa bakteri coating kitosan-kolagen
yang diteliti merupakan campuran polimer dengan polimer co-polimer
4.1.5 Hasil Uji Biodegredable Membran Selulosa Bakteri Dalam Larutan SBF
Simulated Body Fluid
Membran selulosa bakteri direndam dalam larutan SBF selama 3 hari dengan pergantian larutan SBF setiap 24 jam. Dari perlakuan diperoleh hasil pengamatan
seperti berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Membran Selulosa Bakteri Dalam Larutan SBF Sampel
Berat Awal Hari 1
Hari 2 Hari 3
Hari 4 g
g g
g g
I 0.16
0.08 0.06
0.05 0,05
II 0,14
0.08 0.07
0.06 0,07
III 0.12
0.05 0.04
0.03 0,04
IV 0.15
0.06 0.05
0.05 0,06
Keterangan: Sampel I
: membran selulosa bakteri tanpa coating Sampel II
: membran selulosa bakteri coating kitosan – kolagen 2
Sampel III : membran selulosa bakteri coating kitosan
– kolagen 4 Sampel IV
: membran selulosa bakteri coating kitosan – kolagen
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pada membran selulosa bakteri coating Kitosan – kolagen memiliki penurunan berat setiap harinya , hal ini menunjukkan bahwa
membran selulosa bakteri yang dihasilkan dapat terbiodegradasi. Tetapi pada perendaman hari ke-4 berat dari membran selulosa bakteri meningkat hal ini
disebabkan karena mulai terbentuknya hidroksiapatit pada permukaan membran selulosa bakteri. Kitosan
– kolagen yang telah di coating pada membran selulosa bakteri mulai berkurang atau terbiodegredasi sehingga memicu tumbuhnya
hidroksiapatit pada permukaan membran selulosa bakteri. Berat dari membran selulosa bakteri dapat bertambah diindikasikan adanya ion kalsium dari larutan
SBF yang terikat pada membran selulosa bakteri. Pengikatan ion kalsium oleh komposit dapat terjadi melalui pembentukan kompleks. Membran selulosa bakteri
mengandung gugus hidroksida –OH, Kawai, et al, 2004, menyebutkan bahwa
lingkungan yang kaya ion kalsium berperan penting dalam proses pembentukan inti apatit.
4.1.6 Hasil Uji Kadar Air Membran Selulosa Bakteri
Tabel 4.5 Hasil Uji Kadar Air Membran Selulosa Bakteri No.
Sampel a
g b
g c
g Kadar Air
1 I
45,11 46,22
45,79 32
2 II
46,28 47,28
46,94 29
3 III
38,76 39,76
39,48 28
4 IV
41,35 42,35
42,11 24
Keterangan : Sampel I
: membran selulosa bakteri tanpa coating Sampel II
: membran selulosa bakteri coating kitosan – kolagen 2
Sampel III : membran selulosa bakteri coating kitosan
– kolagen 4 Sampel IV
: membran selulosa bakteri coating kitosan – kolagen
a : berat cawan kosong g
b : berat cawan berisi sampel sebelum dioven g
c : berat cawan berisi sampel sesudah dioven g
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hasil uji kadar air dari membran selulosa bakteri berkisar 24
– 32 . hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan sukrosa, penambahan urea dan interaksi kedua faktor memberikan perlakuan
nyata terhadap kadar air lembaran pelikel selulosa bakteri. Dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa kadar air tertinggi terdapat pada sampel I dengan kadar air
mencapai 32. Hal ini disebabkan pada perlakuan ini, pelikel segar yang dihasilkan mempunyai struktur selulosa yang mempunyai pori-pori besar.
Kandungan air yang tinggi pada selulosa diduga karena komponen utama selulosa yaitu air. Kandungan air ini terdapat pada selulosa yang berasal dari cairan yang
terikat pada saat selulosa terbentuk dalam medium fermentasi Susanto, dkk, 2000. Gugus
–OH dalam air bersifat lebih reaktif jika dibandingkan dengan gugus
–OH pada selulosa, sehingga kadar air yang tinggi pada selulosa akan mempercepat berlangsungnya proses hidrolisis daripada substitusi Metshisuka
Isogai 1996. Kadar air membran selulosa bakteri terendah terdapat pada sampel IV atau sampel coating kitosan
– kolagen 6 yaitu mencapai 24.
Menurut Suryani 2000, “Acetobacter xylinum dapat mengubah gula menjadi selulosa” sehingga dapat menyebabkan kadar air selulosa semakin rendah. Hal ini
diduga bahwa semakin tinggi konsentrasi gula total dan lama fermentasi, maka serat yang terbentuk akan semakin banyak dan semakin rapat akibat dari hasil
metabolisme Acetobacter xylinum sehingga air yang terperangkap semakin sedikit yang menyebabkan kadar air menjadi lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
perlakuan tersebut menghasilkan produk yang lebih baik dari pada perlakuan yang lain, karena produk yang diharapkan adalah produk dengan kadar air yang
minimum.
4.1.7 Hasil Uji Pre-Klinis