BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa
Tanaman  kelapa  Cocos  nucifera  L.  merupakan  tanaman  serbaguna,  baik  untuk keperluan pangan maupun non pangan. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi,
yaitu  protein,  lemak,  gula,  vitamin,  asam  amino,  dan  hormon  pertumbuhan. Kandungan  gula  maksimal,  yaitu  3  gram  per  100  ml  air  kelapa,  tercapai  pada
bulan  keenam  umur  buah,  kemudian  menurun  dengan  semakin  tuanya  kelapa. Jenis  gula  yang  terkandung  glukosa,  fruktosa,  sukrosa,  dan  sorbitol.  Selulosa
bakteri  merupakan  hasil  fermentasi  air  kelapa  dengan  bantuan  mikroba Acetobacter  xylinum.  Gula  pada  air  kelapa  diubah  menjadi  asam  asetat  dan
benang-benang selulosa Philips., 2000. Komposisi Kandungan Air Kelapa ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 2.1. Komposisi kandungan kimia air kelapa No.
Komponen Persentase 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
Air Kalium
Zat padat total Gula total
Gula reduksi Kalium oksida
Mineral abu 95,50
6,60 4,71
2,08 0,80
0,69 0,62
8. 9.
10. 11.
Magnisium oksida Asam fosfat
Zat besi Nitrogen
0,59 0,56
0,50 0,05
Sumber : Susilawati., 2002. Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk di buat minuman fermentasi
karena  kandungan  zat  gizinya  yang  kaya  dan  relatif  lengkap,  sehingga  sesuai untuk  pertumbuhan  mikroba.  Komposisi  gizi  air  kelapa  tergantung  pada  umur
kelapa  dan  varietasnya.  Air  kelapa  per  100  ml  mengandung  sejumlah  zat  gizi, yaitu protein 0,2 g, lemak 0,2 g, gula 3,8 g, vitamin C 1,0 mg, asam amino, dan
hormon  pertumbuhan.  Jenis  gula  yang  terkandung  pada  air  kelapa  adalah  : glukosa, fruktosa, sukrosa, dan sorbitol Astawan., 2004.
2.2 Selulosa Bakteri
2.2.1  Selulosa Selulosa adalah senyawa seperti serabut, liat, tidak larut dalam air, dan ditemukan
di dalam dinding sel pelindung tumbuhan, terutama pada tangkai, batang, dahan, dan  semua  bagian  berkayu  dari  jaringan  tumbuhan.  Selulosa  membentuk
komponen serat dari dinding sel tumbuhan. Molekul selulosa merupakan rantai –
rantai  atau  mikrofibril  dari  D –glukosa  sampai  sebanyak  14000  satuan  yang
terdapat sebagai berkas-berkas terpuntir mirip tali yang terikat satu sama lain oleh ikatan hydrogen Fessenden J.R.,1986.
Selulosa  yang  diperoleh  dari  proses  fermentasi  nata  adalah  sejenis polisakarida mikroba yang tersusun oleh serat selulosa yang dihasilkan oleh strain
Acetobacter  xylinum.  Selulosa  ini  lebih  mudah  dicerna  oleh  manusia  jika dibandingkan dengan selulosa yang berasal dari tumbuhan Hart H.,2003.
Gambar 2.1 Struktur selulosa
2.2.2  Acetobacter xylinum
Bakteri  pembentuk  nata  termasuk  kedalam  golongan  Acetobacter,  yang mempunyai  ciri
–  ciri  antara  lain  :  ”sel  bulat  panjang  sampai  batang  seperti kapsul, tidak mempunyai endospora, sel
– selnya bersifat gram negatif, bernafas secara aerob tetapi dalam kadar yang kecil Pelczar dan Chan,1988.
Acetobacter  xylinum  dapat  dibedakan  dengan  spesies  yang  lain  karena sifatnya yang bila ditumbuhkan pada medium  yang kaya komponen gula, bakteri
ini  dapat  memecah  komponen  gula  dan  mampu  membentuk  suatu  polisakarida yang  dikenal  dengan  selulosa  ekstraseluler.  Dalam  medium  cair,  Acetobacter
xylinum  mampu  membentuk  suatu  lapisan  yang  dapat  mencapai  ketebalan beberapa  sentimeter.  Bakteri  terperangkap  dalam  benang
–  benang  yang dibuatnya.  Untuk  menghasilkan  massa  yang  kokoh,  kenyal,  tebal,  putih,  dan
tembus  pandang  perlu  diperhatikan  suhu  fermentasi  inkubasi,  komposisi medium dan pH medium.
Gambar 2.2 Acetobacter xylinum
Bakteri  Acetobacter  xylinum  akan  dapat  membentuk  nata  jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan karbon dan nitrogen,
melalui  proses  yang  terkontrol.  Dalam  kondisi  demikian,  bakteri  tersebut  akan menghasilkan  enzim  ektraseluler  yang  dapat  menyusun  zat  gula  menjadi  ribuan
rantai serat atau selulosa. Dari jutaan renik yang tumbuh pada air kelapa tersebut, akan  dihasilkan  jutaan  lembar  benang-benang  selulosa  yang  akhirnya  tampak
padat,  yang  disebut  sebagai  nata.  Aktivitas  dari  Acetobacter  xylinum  dalam memproduksi  nata  adalah  sebagai  berikut  :  sel-sel  Acetobacter  xylinum
mengambil glukosa dari larutan gula, kemudian digabungkan dengan asam lemak membentuk  prekursor  pada  membran  sel,  kemudian  keluar  bersama-sama  enzim
yang  mempolimerisasikan  glukosa  menjadi  selulosa  di  luar  sel.  Prekursor  dari polisakarida  tersebut  adalah  UDP-glukosa.  Prekursor  ini  kemudian  mengalami
polimerisasi dan
berikatan dengan
akseptor membentuk
selulosa http:inacofood.wordpress.com.
2.2.3   Selulosa Bakteri
Selulosa  bakteri  merupakan  polimer  alam  yang  sifatnya  mirip  dengan  hidrogel yang diperoleh dari polimer sintetik; sebagai contoh selulosa bakteri menunjukkan
kandungan air yang tinggi 98 – 99, daya serap cairan yang baik, bersifat non-
alergenik  dan  dapat  disterilisasi  tanpa  mempengaruhi  karakteristik  dari  bahan tersebut. Karena karakteristiknya yang mirip seperti kulit manusia, maka selulosa
bakteri  dapat  digunakan  sebagai  pengganti  kulit  untuk  merawat  luka  bakar  yang
serius Ciechanska D.,2004.
Selulosa  merupakan  komponen  dari  dinding  sel  tumbuhan.  Beberapa bakteri  juga dapat  menghasilkan selulosa yang  disebut bioselulosa atau  selulosa
bakteri. Selulosa tumbuhan dan selulosa bakteri mempunyai struktur kimia yang sama,  tetapi  memiliki  sifat  fisik  dan  kimia  yang  berbeda.  Meskipun  selulosa
bakteri  mempunyai  struktur  kimia  yang  sama  seperti  selulosa  dari  tumbuhan, tetapi  selulosa  bakteri  tersusun  oleh  serat-serat  selulosa  yang  lebih  baik  dari
selulosa  tumbuhan.  Setiap  serat-serat  tunggal  dari  selulosa  bakteri  mempunyai diameter 50 nm. Panjang seratnya tidak dapat ditentukan karena kumpulan serat-
serat  tunggal  selulosa  saling  melilit  satu  sama  lain  membentuk  struktur  jaringan Philips G.O. dan William,P.A.,2000.
Selulosa  yang  diperoleh  dari  proses  fermentasi  adalah  termasuk  jenis polisakarida mikroba yang tersusun oleh serat selulosa yang dihasilkan oleh strain
xylinum,  subspecies  dari  Acetobacter  aceti,  suatu  bakteri  non  patogen,  dan dinamakan  sebagai  selulosa  bakteri  atau  selulosa  yang  diperoleh  dari  fermentasi
dengan bantuan mikroba Philip G.O. dan William P.A.,2000.
Pembentukan  selulosa  bakteri  oleh  Acetobacter  xylinum  tidak  lepas  dari peran  gula  sebagai  sumber  nutrisi  bagi  bakteri.  Gula  pasir  merupakan  sukrosa
yang  bersumber  dari  tebu.  Sukrosa  dapat  mengalami  hidrolisis  dan  terpecah menjadi  fruktosa  dan  glukosa.  Hasil  dari  hidrolisis  ini  merupakan  gula  invert
Anna P., 1994. Adanya enzim sukrase akan mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
2.2.4  Aplikasi Selulosa Bakteri dalam Bidang Kesehatan
Luka adalah hilangnya atau terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera  atau  pembedahan.  Penyembuhan  luka  dipengaruhi  oleh  banyak  faktor
antara  lain  semakin  tua  usia  seseorang  maka  proses  penyembuhan  luka  akan berlangsung lebih lama.
Jika  suatu  luka  ingin  disembuhkan  dengan  efektif,  luka  tersebut  harus dijaga agar tetap dalam kondisi  yang basah. Penutup luka  yang baik adalah kulit
dari pasien tersebut yang bersifat permeabel terhadap uap dan melindungi jaringan
tubuh  bagian  dalam  terhadap  cidera  mekanis  dan  infeksi.  Selulosa  bakteri  yang disintesis  oleh Acetobacter xylinum  menunjukkan kinerja  yang cukup baik untuk
dapat digunakan dalam penyembuhan luka Hoenich N.,2006.
Penyembuhan luka adalah suatu istilah yang seharusnya hanya digunakan sesuai  dengan  konteks  regenerasi.  Pada  proses  penyembuhan  luka  bentuk  dan
susunan  asli  dari  suatu  organ  atau  bagian  anatomi  tubuh  kembali  seperti  saat sebelum  terjadinya  luka.  Pada  manusia  dan  pada  golongan  vertebrata  yang  lebih
tinggi  penyembuhan  terjadi  melalui  suatu  proses  perbaikan  dimana  hasil  yang dicapai  bukan  berupa  restorasi  secara  anatomi  namun  lebih  kepada  hasil  yang
fungsional Falanga, 2007.
Selulosa  bacterial  menunjukkan  kandungan  air  yang  tinggi  98-99  , daya  serap  yang  baik  terhadapa  cairan,  bersifat  non-alergenik  dan  dapat
disterilisasi  tanpa  mempengaruhi  karakteristik  dari  bahan  tersebut.  Karena karakteristiknya  yang  mirip  seperti  kulit  manusia,  selulosa  bacterial  dapat
digunakan  sebagai  pengganti  kulit  untuk  merawat  luka  bakar  yang  serius Ciechanska,D.,2004
2.3 Kitosan
Kitosan  dihasilkan  dari  deasetilasi  kitin.  Kitin  dapat  diperoleh  dari  limbah pengolahan  hasil  laut.  Kandungan  kitin  pada  limbah  udang  mencapai  42-57,
pada  limbah  kepiting  mencapai  50-60,  cumi-cumi  40  dan  kerang  14-35.
Karena bahan baku udang lebih mudah diperoleh, maka sintesis kitin dan kitosan lebih banyak memanfaatkan limbah udang Yurnaliza, 2002.
Deasetilasi  kitin  dilakukan  dengan  menambahkan  NaOH  Kolodziesjska 2000.  Deasetilasi  kitin  akan  menghilangkan  gugus  asetil  dan  menyisakan  gugus
amino  yang  bermuatan  positif,  sehingga  kitosan  akan  bersifat  polikationik. Semakin  banyak  gugus  asetil  yang  hilang  dari  polimer  kitin,  interaksi  antar  ion
dan  ikatan  hidrogen  dari  kitosan  akan  semakin  kuat  Ornum,  1992.  Adanya gugus reaktif amino pada C-2 dan gugus hidroksil pada C-3 dan C-6 pada kitosan
sangat  berperan  dalam  berbagai  aplikasinya,  misalnya  sebagai  bahan  pengawet, penstabil  warna,  flokulan,  membantu  proses  reverse  osmosis  dalam  penjernihan
air, dan sebagai bahan aditif untuk proses agrokimia dan pengawet benih Shahidi dkk., 1999.
Gambar 2.3 Struktur kitin
Kitosan  adalah  poli  2-amino-2-deoksi- β-1,4-D-glukopiranosa  dengan
rumus  molekul  C
6
H
11
O
4
n  yang  dapat  diperoleh  dari  deasetilasi  kitin.  Kitosan juga dijumpai secara alamiah di beberapa organisme.
Gambar 2.4 Struktur kitosan
Chitosan  adalah  polisakarida  linier  tersusun  atas  residu  :  N-  asetil glukosamin  dan  memiliki  2000-3000  monomer  dengan  ikatan  1.4-b-gliksida
berupa  molekul  glukosa  dengan  cabang  mengandung  nitrogen  Gagne,  2000. Unit monomer pada chitosan mempunyai rumus molekul C
8
H
12
NO
5
dengan kadar C,  H,  N,  dan  O  masing-masing  47,  6,  7,  dan  40.  Sifat  chitosan  yang
biodegradable  ini  mempunyai  sifat  lain  diantaranya  tidak  larut  dalam  air,  asam organik,  encer  dan  alkalikat,  akan  tetapi  larut  dalam  asam  pekat  seperti  asam
nitrit, asam sulfat, asam fosfat, dan asam formiat anhidros Lee dan Tan, 2002. Chitosan mempunyai sifat penting untuk berbagai aplikasi,  yaitu kemampuannya
mengikat minyak dan air karena terdapat gugus hidrofilik dan hidrofobik, jumlah minyak dan air yang dapat diikat oleh  chitosan masing-masing adalah 315 dan
385.  Berdasarkan  sifat  biologi  dan  kimianya  maka  chitosan  mempunyai  sifat yang khas yaitu mudah dibentuk menjadi spons, larutan gel, pasta, membran, dan
serat yang sangat bermanfaat didalam aplikasinya Irawan, 2007.
Disamping  itu  telah  terbukti  pada  beberapa  penelitian  bahwa  chitosan dapat  meminimalisasikan  oksidasi,  ditujukan  oleh  angka  peroksida,  perubahan
warna  dan  jumlah  mikroba  dalam  sampel  Yingyuad  dkk.,  2006.  Chitosan bersifat  anti  mikrobakterial  dapat  menghambat  perkembangbiakan  kuman  dan
membantu proses penyembuhan luka Mizuno dkk., 2003.
Sebagai  antibakteri,  kitosan  memiliki  sifat  mekanisme  penghambatan, dimana kitosan akan berikatan dengan protein membran sel,  yaitu glutamat  yang
merupakan komponen membran sel. Selain berikatan dengan protein membraner, kitosan  juga  berikatan  dengan  fosfolipid  membraner,  terutama  fosfatidil  kolin
PC,  sehingga  meningkatkan  permeabilitas  inner  membran  IM.  Naiknya permeabilitas IM akan mempermudah keluarnya cairan sel. Pada E. coli misalnya,
setelah  60  menit,  komponen  enzim  ß  galaktosidase  akan  terlepas.  Hal  ini menunjukkan bahwa sitoplasma dapat keluar sambil membawa metabolit lainnya,
atau  dengan  kata  lain  mengalami  lisis,  yang  akan  menghambat  pembelahan  sel regenerasi. Hal ini akan menyebabkan kematian sel Simpson, 1997.
2.3.1 Sifat Fisik dan Kimia Kitosan
Sifat dan penampilan produk kitosan dipengaruhi oleh perbedaan kondisi, seperti jenis  pelarut,  konsentrasi,  waktu,  dan  suhu  proses  ekstraksi.  Kitosan  berwarna
putih  kecoklatan.  Kitosan  dapat  diperoleh  dengan  berbagai  macam  bentuk morfologi  diantaranya  struktur  yang  tidak  teratur,  bentuknya  kristalin  atau
semikristalin.  Selain  itu  dapat  juga  berbentuk  padatan  amorf  berwarna  putih dengan  struktur  kristal  tetap  dari  bentuk  awal  chitin  murni.chitin  memiliki  sifat
biologi dan mekanik yang tinggi diantaranya adalah biorenewable, biodegradable, dan  biofungsional.  Kitosan  mempunyai  rantai  yang  lebih  pendek  daripada  rantai
kitin. Kelarutan kitosan dalam larutan asam serta viscositas larutannya tergantung dari derajat deasetilasi dan derajat degradasi polimer. Terdapat dua metode untuk
memperoleh  kitin  ,  kitosan  dan  oligomernya  dengan  berbagai  DD,  polimerisasi, dan  berat  molekulnya  BM  yaitu  dengan  kimia  dan  enzimatis.  Suatu  molekul
dikatakan  kitin  bila  mempunyai  derajat  deasetilasi  DD  sampai  10  dan kandungan nirogennya kurang dari 7. Dan dikatakan chitosan bila nitrogen yang
terkandung  pada  molekulnya  lebih  besar  dari  7  berat  dan  DD  lebih  dari  70 Muzzarelli,1985.  Kitosan  kering  tidak  mempunyai  titik  lebur.  Bila  disimpan
dalam  jangka  waktu  yang  relatif  lama  pada  suhu  sekitar  100  oF  maka  sifat keseluruhannya  dan  viskositasnya  akan  berubah.  Bila  kitosan  disimpan  lama
dalam keadaan terbuka maka akan terjadi dekomposisi warna menjadi kekuningan dan  viscositasnya  berkurang.  Suatu  produk  dapat  dikatakan  kitosan  jika
memenuhi beberapa standar seperti tertera pada Table 2.1. Table 2.2. Standard Kitosan
Deasetilasi ≥ 70  jenis teknis dan
95 jenis pharmasikal Kadar abu
Umumnya  1 Kadar air
2 – 10
Kelarutan Hanya pada pH ≤ 6
Kadar nitrogen 7 - 8,4
Warna Putih  sampai  kuning
pucat Ukuran partikel
5 ASTM Mesh Viscositas
309 cps
E.Coli Negatif
Salmonella Negatif
Sumber : Muzzarelli 1985 dan Austin 1988
2.3.2   Manfaat Kitosan
Kitosan diketahui mempunyai kemampuan untuk membentuk gel, film dan fiber, karena berat molekulnya yang tinggi dan solubilitasnya dalam larutan asam encer
Hirano  dkk.,  1999.  Kitosan  telah  digunakan  secara  luas  di  industri  makanan, kosmetik, kesehatan, farmasi dan pertanian serta pada pengolahan air limbah. Di
industri  makanan,  kitosan  dapat  digunakan  sebagai  suspensi  padat,  pengawet, penstabil  warna,  penstabil  makanan,  bahan  pengisi,  pembentuk  gel,  tambahan
makanan  hewan  dan  sebagainya.  Aplikasi  kitosan  dalam  bidang  pangan  dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.3. Aplikasi kitosan dan turunannya dalam industri pangan Aplikasi
Contoh Antimikroba
Bakterisidal,  fungisidal,  pengukur  kontaminasi jamur pada komoditi pertanian.
Edible film Mengatur  perpindahan  uap  antara  makanan  dan
lingkungan  sekitar,  menahan  pelepasan  zat-zat antimikroba, antioksidan, nutrisi, flavor, dan obat,
mereduksi tekanan parsial oksigen, pengatur suhu, menahan proses browning enzimatis pada buah.
Bahan aditif Mempertahankan  flavor  alami,  bahan  Pengontrol
tekstur,  bahan  pengemulsi,  bahan  pengental, stabilizer, dan penstabil warna.
Nutrisi Sebagai  serat  diet,  penurun  kolesterol,  persediaan
dan tambahan
makanan ikan,
mereduksi penyerapan  lemak,  memproduksi  protein  sel
tunggal,  bahan  anti  grastitis  radang  lambung, dan sebagai bahan makanan bayi.
Sumber : Shahidi dkk., 1999
2.3.3 Peranan Kitosan Dalam Penyembuhan Luka
Kitosan  mempunyai  sifat  yang  biokompatibel,  biodegradabel,  tidak  beracun, antimikroba  dan  hydrating  agent.  Penelitian  yang  telah  dilakukan  oleh  David  R.
Rohindra dkk pada tahun 2004 menunjukkan bahwa pencampuran kitosan dengan glutaraldehid  dapat  diaplikasikan  sebagai  hidrogel.  Jumlah  air  bebas  dalam
hidrogel menurun dengan meningkatnya ikatan silang dalam hidrogel. Penutup  luka  yang  ideal  harus  dapat  memelihara  lingkungan  yang  lembab  di
permukaan  luka,  memungkinkan  pertukaran  gas,  bertindak  sebagai  penghalang bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.
Kulit mempunyai beberapa fungsi utama yang penting untuk tubuh, yaitu : sebagai  pelindung,  sensasi,  komunikasi,  termoregulasi,  sintesis  metabolik  dan
kosmetik Carville, 2007. Kulit memainkan peran penting dalam homeostasis dan
pencegahan invasi dari mikroorganisme oleh sebab itu kulit pada umumnya perlu ditutup segera setelah terjadi kerusakan jayakumar et al., 2011.
Penutup luka yang baik memiliki beberapa karakteristik seperti biokompatibilitas yang  baik,  rendah  toksisitas,  aktivitas  antibakteri  dan  kestabilan  kimia  sehingga
akan  mempercepat  penyembuhan,  tidak  menyebabkan  alergi,  mudah  dihilangkan tanpa  trauma,  dan  harus  terbuat  dari  bahan  biomaterial  yang  sudah  tersedia
sehingga  memerlukan  pengolahan  yang  minimal,  memiliki  sifat  antimikroba  dan dapat menyembuhkan luka Jayakumar et al., 2011.
Kitosan  merupakan  hemostat,  yang  membantu  dalam  pembekuan  darah secara  alami.  Kitosan  secara  bertahap  terdepolimerisasi  untuk  melepaskan  N-
acetyl--D-glukosamin,  yang  memulai  poliferasi  fibroblast,  membantu  dalam memberikan  perintah  deposisi  kolagen  dan  merangsang  peningkatan  sintesis
tingkat  asam  hyaluronic  alami  pada  lokasi  luka.  Ini  membantu  percepatan penyembuhan luka dan pencegahan bekas luka Paul dan Sharma, 2004.
2.4 Kolagen
Kolagen adalah protein serabut yang memberikan kekuatan dan fleksibilitas pada jaringan  dan  tulang  dan  ini  sangat  penting  untuk  berbagai  jaringan  lainnya,
termasuk kulit dan tendon. Kolagen digunakan sebagai bahan baku dalam industri makanan  ,  kosmetik,  pembuatan  film  biomaterial  dan  biomedis.  Bahkan  dalam
industri  biomedis,  kolagen  adalah  biomaterial  alami  yamng  memiliki  kandungan yang unik. Sekitar 30 dari tulang disusun oleh komponen
– komponen organik
dan 90-95  diantaranya adalah kolagen , sisanya adalah protein bukan kolagen. Kolagen merupakan protein yang banyak terdapat dalam tubuh Chi, et al, 2001.
Kolagen merupakan komponen serat  utama  dalam  kulit,  tulang, tendon, tulang    rawan    dan    gigi.  Kolagen    merupakan  material  yang    mempunyai
kekuatan  rentang dan  struktur  yang  berbentuk  serat. Protein  jenis  ini  banyak terdapat dalam  vertebrata  tingkat  tinggi. Hampir  sepertiga  protein  dalam tubuh
vertebrata  berada  sebagai kolagen.  Semakin  besar  hewan, semakin  besar  pula bagian    total  protein    yang    merupakan    kolagen.  Kolagen  juga  merupakan
komponen serat  utama  dalam  tulang,  gigi, tulang  rawan,  lapisan  kulit  dalam dermis,  tendon  urat  daging  dan tulang  rawan Lehninger, 1993.
Kolagen    merupakan    material  yang    menarik    perhatian    dalam    hal bahwa    kolagen    mempunyai  kekuatan  rentang,  struktur  istimewa,  dan
mengandung    hidroksilisin    dan  hidroksiprolin    yakni    asam-asam  amino    yang terdapat    dalam  beberapa  protein  lain.    Satu  zat  yang  diturunkan    dari    kolagen
adalah  gelatin.  Jika  kolagen  dididihkan,  struktumya  menjadi  rusak  secara permanen    dan  menghasilkan    gelatin.    Karena  adanya    sejumlah    besar    rantai
samping    yang    hidrofil    suka    air  dalam    gelatin,    maka    dalam    larutan  air membentuk gel Wilbraham, 1995
Gambar 2.5: struktur kolagen
Dengan  demikian  kolagen termasuk  sebagai jaringan pengikat. Jaringan pengikat  berkolagen  terdiri  dari    serat,    struktur    ini    selanjutnya  tersusun    atas
fibril  kolagen,   yang nampak  seperti  garis  melintang. Fibril  ini  terorganisasi dengan    cara  yang  berbeda-beda,  tergantung  pada  fungsi    biologi  jaringan
pengikat  itu.  Pada    urat,    fibril    kolagen    disusun  dalam    untaian    paralel    yang saling  berhubungan    silang    dan    berfungsi  untuk  menghasilkan  struktur  dengan
kekuatan  yang  amat  tinggi tanpa  kemampuan  meregang.  Fibril kolagen  dapat menyangga    sedikit-nya    10.000    kali    beratnya    sendiri,  dan    dapat    dikatakan
mempunyai  kekuatan    lenting    lebih    besar    dari  penampang    silang    kawat tembaga  dengan  berat  yang  sama.  Pada  kulit,  fibril    kolagen    membentuk    suatu
jaringan    tidak    teratur,    terjalin    dan  amat    liat.    Kulit    hampir    seluruhnya merupakan kolagen murni Page, 1989.
Kolagen merupakan salah satu komponen serat yang dominan pada lapisan dermis  kulit.  Serat  kolagen  banyak  berperan  pada  kekenyalan  dan  kekompakan
kulit.  Kolagen  adalah  protein  yang  sangat  labil,  banyak  faktor  yang mempengaruhinya
dalam proses
pembentukan maupun
dalam proses
degradasinya  Uito,  et  al.,  2008  ;  Walker,  et  al.,  2008.  Untuk  lebih  memahami tentang hubungan MMP-1, kolagen dan luka pada proses penuaan kulit, maka kita
harus  memahami  bahwa  kulit  mengalami  penuaan  dan  berpengaruh  pada  proses penyembuhan luka.
Kolagen dapat diciptakan oleh fibroblas, sel-sel kulit khusus yang terletak di  dalam  dermis.  Fibroblas  juga  memproduksi  protein  struktural  kulit  lainnya
seperti  elastinprotein  yang  memberi  kulit  kemampuan  untuk  menjadi  sehat kembali dan glucosaminoglycans GAGs. GAGs membentuk zat  yang menjaga
dari  dermis  dehidrasikekurangan  air.  Fibroblast    bermigrasi    ke    tempat    luka dari    jaringan    sekitarnya,    mulai  mensintesis    kolagen    dan    berkembang    biak.
Respon  PDGF,  fibroblast  sementara mensintesis  matriks  terdiri  dari  kolagen tipe  III, glycosaminoglycans,  dan fibronectin 1 yang menyediakan tempat untuk
migrasi keratinosit Gurtner, 2007. Tipe  lain  dari  fibroblasts  luka  fibroblasts yang    sudah    ada    di    luka.    Jenis  fibroblasts    akan    berubah    menjadi
myofibroblast  yang  memainkan  peranan  pada kontraksi luka Broughton, et al., 2006.
Fibroblas  adalah  sel  yang  paling  banyak  terdapat  dalam  jaringan  ikat, berfungsi  menghasilkan  serat  dan  substansi  interseluler  aktif  amorf.  Fibroblas
merupakan sel induk yang berperan membentuk dan meletakkan serat-serat dalam matrik,  terutama  serat  kolagen.  Sel  ini  mensekresi  molekul  tropokolagen  kecil
yang  bergabung  dalam  substansi  dasar  membentuk  serat  kolagen.  Kolagen  akan
memberikan  kekuatan  dan  integritas  pada  semua  luka  yang  menyembuh  dengan baik.
Gambar  2.6.  Peran fibroblas  dalam  membentuk  dan  meletakkan  serat-serat
dalam matrik, terutama serat kolagen.
Fibroblas  merupakan  sel  yang  menghasilkan  serat-serat  kolagen,  retikulum, elastin,  glikosaminoglikan,  dan  glikoprotein  dari  substansi  interseluler  amorf.
Pada  orang  dewasa,  fibroblas  dalam  jaringan  mengalami  perubahan.  Mitosis hanya tampak jika organisme memerlukan fibroblas tambahan, yaitu jika jaringan
ikat  cedera.  Fibroblas  lebih  aktif  mensintesis  komponen  matriks  sebagai  respon terhadap  luka  dengan  berproliferasi  dan  peningkatan  fibrinogenesis.  Oleh  sebab
itu,  fibroblas  menjadi  agen  utama  dalam  proses  penyembuhan  luka. https:dentosca.wordpress.com20110418peran-fibroblas-pada-proses-
penyembuhan-luka Sel  fibroblast  selain  bertanggung  jawab  terhadap  produksi  kolagen,  serat
retikulin,  serat  elastik  dan  jaringan  penyangga  dari  dermis.  Sel  fibroblast  juga
dapat  menghilangkan  serat-serat  tersebut  dengan  mensekresikan  enzim  seperti collagenase
Matriks Metalloproteinase-1
atau MMP-1  dan
elastase Junqueiradkk., 1997,. Obagi, 2000.
2.4.1  Sifat Kolagen
Jika  dididihkan  di  dalam  air ,
kolagen  akan  mengalami  transformasi ,
dari  bentuk untaian,  tidak  larut  dan  tidak  tercernamenjadi  gelatin.  Gelatin
, yaitu  campuran
polipetida  yang  larut  yang  merupakan  dasar pembentuk  gelatin.  Perubahan  ini
melibatkan hidrolisis beberapa ikatan kovalen pada kolagen, karena kolagen pada jaringan pengikat
dan pembuluh yang menjadikan daging berbentuk liat. Kolagen
mengandung kira- kira 3-5 persen glisin dan kira-kira 11 persen alanin; persentasi asam  amino  ini  agak
luar biasa  tinggi.  Yang  lebih  menojol  adalah  kandungan
prolin dan 4-hidroksiprolin yang tinggi ,
yaitu asam amino yang
jarang ditemukan pada  protein  selain  pada  kolagen  dan  elastin
. Bersama-sama,  prolin
dan hidroksiprolin mencapai kira-kira 21 persen dari residu asam amino
pada kolagen
Lehninger ,
1993.
2.4.2  Peranan  Kolagen  dalam  Penyembuhan  Luka  dan  Pembentukan Jaringan
Penyembuhan  luka  merupakan  proses  yang  kompleks  dan  berkesinambungan. Hemostatis  atau  penghentian  pendarahan  adalah  proses  pertama  pada
penyembuhan  luka.  Trombosit  dan  faktor-faktor  pembekuan  merupakan  faktor hemostatik  intravaskuler  yang  utama.  Kolagen  merupakan  agen  hemostatik  yang
sangat efesien, sebab trombosit melekat pada kolagen, kolagen akan membengkak
dan selanjutnya melepaskan substansi  yang memulai proses hemostatis. Interaksi kolagen
–  trombosit  tergantung  pada  polimerisasi  dari  maturasi  kolagen  dan pengaruh positif pada molekul kolagen.
www.pasteur.fraplicationseuroconftissuerepair-microba.pdf
Kolagen  dapat  membantu  agregasi  trombosit  karena  kemampuannya mengikat  fibronektin.  Mekanisme  yang  pasti  dari  interaksi  kolagen  belum
diketahui secara jelas , akan tetapi data  yang pasti menunjukkan bahwa interaksi kolagen  dan  trombosit  merupakan  tahap  pertama  proses    penyembuhan  luka
http:www.cyberadsstudio.comenvycollagen.htm
2.5 Guided Tissue Regeneration  GTR
Dalam kasus-kasus tertentu, setelah perawatan diharapkan terjadinya kesembuhan atau  regenerasi  jaringan  yang  telah  rusak  secara  fisiologis  atau  dengan  bantuan
bahan-bahan  tertentu.  Darmawan  Darwis  telah  berhasil  mensintesis  selulosa bakteri    pada  kondisi  yang  optimum  dan  telah  melakukan  karakterisasi  terhadap
membran  selulosa  untuk  mempelajari  pengaruh  iradiasi  terhadap  sifat-sifat membran Darwis, 2009. Dari hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa membran
selulosa mikroba sangat berpotensi untuk digunakan sebagai material pada tissue engineering terutama pada operasi periodontal yang memerlukan membran seperti
guided bone regeneration GBR atau guide tissue regeneration GTR. Salah satu persyaratan bahan implant adalah steril. Oleh karena itu membrane selulosa yang
akan digunakan sebagai implant pada GBR atau operasi lainnya harus disterilkan terlebih  dahulu.  Sterilisasi  suatu  produk  dimaksudkan  untuk  mendapatkan  suatu
produk  yang  steril  setelah  melalui  suatu  proses  sterilisasi  dan  diharapkan  tidak mengalami perubahan kualitas.
Membran  untuk  dipandu  jaringan  dan  regenerasi  tulang.  Aplikasi pertama  dari  membran  memberikan  bukti  bahwa  GTR  dapat  meningkatkan
regenerasi  periodonsium  manusia  adalah  selulosa  asetat  laboratorium  filter  oleh Millipore  Nyman,1982  .  Sejak  itu  ,  berbagai  membran  baru  telah  dirancang
untuk  berbagai  skenario  klinis  ,  masing-masing  memiliki  kelebihan  dan kekurangan yang berbeda. Beberapa membran tersedia secara komersial , menurut
non - resorbable , resorbable sintetis dan bahan biodegradable alami.
2.6 Luka