Tabel 4.1 Gugus fungsi kitosan dari spektogram FTIR Gugus Fungsi
Panjang Gelombang cm
-1
OH tumpang tindih NH stretching 3448,72
C-H stretching 2924,09
NH rocking dan NH
2
scissoring 1597,06
CH
3
1381,03 C-O-C
1080,14 NH
2
twisting dan NH wagging 894,97-601,79
Hasil spektrum FT-IR kitosan kemudian dapat digunakan untuk menghitung besarnya derajat deasetilasi yaitu persentase gugus asetil yang dihilangkan dari
kitin. Derajat deasetilasi kitosan sebesar 83,3 . Standar nilai untuk derajat deasetilasi kitosan adalah DD70. Derajat deasetilasi menentukan banyaknya
gugus asetil yang telah dihilangkan selama proses transformasi dari kitin menjadi kitosan. Semakin besar derajat deasetilasi, maka kitosan akan semakin aktif
karena semakin banyak gugus amina yang menggantikan gugus asetil, dimana gugus amina lebih reaktif bila dibandingkan dengan gugus asetil karena adanya
pasangan elektron bebas pada atom nitrogen dalam struktur kitosan.
4.1.2 Hasil Sintetis Selulosa Bakteri
Pelikel selulosa bakteri dapat dibuat dengan menumbuhkan bakteri Acetobacter xylinum dalam media air kelapa yang mengandung gula, asam asetat dan urea
yang kemudian difermentasikan selama 7 – 14 hari hingga terbentuk lapisan
diatas media fermentasi yang disebut selulosa bakteri. Penelitian ini menghasilkan selulosa bakteri yang berwarna putih , kenyal dan struktur permukaan yang halus.
Dalam penelitian ini sumber glukosa adalah sukrosa. Sukrosa yang ada pada medium air kelapa oleh bakteri Acetobacter xylinum dikonversi kedalam
bentuk glukosa dan fruktosa dengan adanya enzim sukrase. Reaksi peruraian sukrosa dapat dilihat pada dilihat pada gambar 2. Glukosa dan fruktosa
merupakan senyawa yang mudah digunakan oleh mikroorganisme bakteri karena mempunyai bentuk lebih sederhana dibandingkan dengan sukrosa
Holmes, 2004.
Gambar 4.2. Reaksi peruraian sukrosa
4.1.3 Hasil Pembuatan Membran Selulosa Bakteri Coating Kitosan
– Kolagen
Membran selulosa bakteri dibuat dengan menggunakan kitosan dan kolagen sebagai coating pelapis dari selulosa bakteri yang dihasilkan agar diperoleh
membran selulosa bakteri coating kitosan – kolagen yang memiliki sifat
karakteristik yang optimum. Pada penelitian ini, pembuatan membran selulosa bakteri coating kitosan
– kolagen dioptimasi dengan mempelajari pengaruh jumlah konsentrasi dari kitosan dan kolagen yang ditambahkan pada proses
coating.
Kitosan dan kolagen ditambahkan dengan perbandingan 1:1 ww dengan variasi konsentrasi 2 ; 4 ; 6. Dari hasil penelitian diperoleh membran
selulosa bakteri coating kitosan – kolagen 6 memiliki optimasi karaketristik
yang lebih baik dibandingkan dengan penambahan kitosan – kolagen yang lain.
Tabel 4.2 Hasil uji daya serap dari membran selulosa bakteri No.
Sampel Berat kering
g Berat basah
g Daya serap
1 I
0,1 0,29
190 2
II 0,05
0,15 10
3 III
0,09 0,15
67 4
IV 0,15
0,29 94
Keterangan: Sampel I
: membran selulosa bakteri tanpa coatingg Sampel II
: membran selulosa bakteri coating kitosan – kolagen 2
Sampel III : membran selulosa bakteri coating kitosan
– kolagen 4 Sampel IV
: membran selulosa bakteri coating kitosan – kolagen 6
Gambar 4.3 Grafik besar daya serap air membran selulosa bakteri
Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pada membran selulosa bakteri tanpa coating menunjukkan daya serap air yang baik. Kemudian pada membran selulosa bakteri
coating Kitosan – kolagen 6 memiliki daya serap yang cukup baik yaitu
mencapai 90 ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ciechanska 2010 yang menyatakan bahwa Selulosa bakteri merupakan polimer alam yang sifatnya
mirip dengan hidrogel dan selulosa bakteri menunjukkan kandungan air yang tinggi 98
– 99, daya serap cairan yang baik. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yan et.al.2010. Persen penyerapan air swelling sangat
tergantung pada sifat hidrofilik dan mikro membran, karena kolagen dan kitosan keduanya bahan hidrofilik, maka kemampuan untuk mempertahankan struktur
membran yang berpori menjadi penjelasan utama untuk perbedaan hasil persen penyerapan air swelling.
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
I II
III IV
d ay
a se rap
sampel
daya serap air
daya serap air
4.1.4 Hasil Analisis Spektroskopi Inframerah Membran Selulosa Bakteri