Antibakteri Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

14

2.6 Faktor Pertumbuhan Mikroorganisme

Faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dapat dibedakan menjadi faktor fisik dan faktor kimia. Faktor fisik meliputi temperatur, pH, dan tekanan osmosis Irianto, 2006; Pratiwi, 2008. Faktor kimia meliputi karbon, oksigen, trace element dan faktor-faktor pertumbuhan organik termasuk nutrisi yang ada dalam media pertumbuhan Pratiwi, 2008.

2.7 Antibakteri

Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Antimikroba meliputi golongan antibakteri, antimikotik dan antiviral Ganiswara, 1995. Senyawa antibakteri dapat bekerja secara bakteriostatik dan bakterisidal Pelczar, 1988. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab penyakit infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas yang selektif yaitu toksis terhadap bakteri tetapi relatif tidak toksis terhadap hospes Jawetz, et al, 2001; Ganiswara, 1995. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal KHM dan kadar bunuh minimal KBM. Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi KHM Ganiswara, 1995. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh suatu bahan antimikroba, seperti mampu mematikan mikroorganisme, mudah larut dan bersifat stabil, tidak bersifat racun bagi manusia dan hewan, efektif pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menimbulkan karat dan warna, berkemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, murah dan mudah 15 didapat Pelczar, 1988.

2.8 Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba

Pengujian aktivitas bahan antimikroba secara in vitro dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu metode difusi dan metode dilusi Anonim, 2003; Pratiwi, 2008; Jawezt, et al., 2001; Irianto, 2006. Pembagian metode difusi dan dilusi menurut Pratiwi, 2008, yaitu: 1. Metode difusi a. Metode disc diffusion tes Kirby bauer Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada media agar tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media agar. b. E-test Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC minimum inhibitory concentration atau KHM kadar hambat minimum, yaitu konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami mikroorganisme. c. Ditch-plate technique Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba yang telah diletakkan ada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji maksimum 6 macam lalu 16 digoreskan ke arah parit yang berisi agen antimikroba. d. Cup-plate technique Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang akan diuji. 2. Metode dilusi Metode dilusi dibagi menjadi dua, yaitu dilusi padat solid dilution dan dilusi cair broth dilution a. Metode dilusi cairbroth dilution test serial dilution Metode ini untuk mengukur MIC minimum inhibitory concentration atau kadar hambat minimum, KHM dan MBC minimum bactericidal consentration atau kadar bunuh minimum, KBM. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. b. Metode dilusi padatsolid dilution test Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat solid.

2.9 Sterilisasi