Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perubahan sistem politik, sosial dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintah yang baik good governance. Pada prinsipnya terdapat tiga pilar utama good governance, yaitu akuntabilitas, transparansi dan partisipasi masyarakat luas yang telah menjadi komitmen pemerintah sejak dimulainya era reformasi hingga saat ini. Salah satu bagian dari reformasi adalah adanya desentralisasi keuangan dan otonomi daerah. Dalam Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, mengatur penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi. Adanya undang-undang tersebut terjadi perubahan yang signifikan mengenai hubungan legislatif dan eksekutif didaerah karena kedua lembaga tersebut memiliki kekuatan yang sama dan bersifat sejajar menjadi mitra. Dalam pasal 14 ayat 1 dinyatakan bahwa didaerah dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD sebagai Badan legislatif daerah dan Pemerintah daerah sebagai Badan eksekutif daerah, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah Kepala daerah beserta perangkat daerah lainnya. Implikasi positif dari berlakunya Undang-undang tentang Otonomi Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, diharapkan DPRD 1 Universitas Sumatera Utara yang selanjutnya disebut Dewan akan lebih aktif didalam menangkap aspirasi yang berkembang dimasyarakat, yang kemudian mengadopsinya dalam berbagai bentuk kebijakan publik didaerah bersama-sama Kepala Daerah. Menurut PP Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pada Pasal 132 menjelaskan bahwa: DPRD melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD, Pasal 133 menjelaskan bahwa pengawasan pengelolaan keuangan daerah perpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan, sehubungan dengan hal itu maka peran Dewan menjadi sangat meningkat dalam mengontrol kebijakan Pemerintah. DPRD sebagai Lembaga legislatif mempunyai tiga fungsi yaitu: 1 fungsi legislasi fungsi membuat peraturan perundang-undangan, 2 fungsi anggaran fungsi menyusun anggaran, 3 fungsi pengawasan fungsi untuk mengawasi kinerja Eksekutif. DPRD Sebagai bagian dari unsur penyelenggaraan Pemerintah daerah yang menjalankan fungsi pengawasan tentunya harus mampu mempersiapkan semua kompetensi, agar dapat menjalankan fungsi pengawasan dengan sebaik-baiknya, Permasalahannya adalah apakah dalam melaksanakan fungsi pengawasan, pengetahuan Dewan tentang anggaran merupakan masalah utamanya ataukah disebabkan masalah lain yang bersifat eksternal misalkan partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik. Pengawasan anggaran yang dilakukan oleh Dewan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal Sopanah: 2003, Faktor internal adalah faktor yang Universitas Sumatera Utara dimiliki oleh Dewan, salah satunya adalah pengetahuan tentang anggaran, sedangkan faktor eksternal adalah partisipasi masyarakat dan transparansi kebijakan publik. Penelitian yang dilakukan oleh Andriani 2002, menyimpulkan bahwa pengetahuan anggaran berpengaruh secara signifikan terhadap pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh Dewan, beberapa penelitian yang menguji hubungan antara kualitas anggota Dewan dengan kinerjanya diantaranya dilakukan oleh Indradi 2001. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa kualitas Dewan yang diukur dengan pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan keahlian berpengaruh terhadap kinerja Dewan salah satunya adalah kinerja pada saat melakukan fungsi pengawasan. Penelitian terdahulu yang dilakukan Sopanah 2003, membuktikan bahwa pengetahuan Dewan tentang anggaran berpengaruh signifikan terhadap pengawasan keuangan. Di Indonesia saat ini terdapat beberapa mantan anggota dan anggota legislatif yang divonis bersalah oleh pengadilan karena menyalahgunakan APBD, hal ini dimungkinkan terkait dengan peran legislatif yang sangat besar dalam penganggaran, terutama pada tahap perencanaan atau perumusan kebijakan anggaran dan pengesahan anggaran.Dugaan adanya salah alokasi dalam anggaran karena politisi memiliki kepentingan pribadi dalam penganggaran seperti dinyatakan Andriani 2002 Kondisi “powerful” yang dimiliki legislatif menyebabkan tekanan kepada eksekutif menjadi semakin besar. Posisi eksekutif yang “lebih rendah” dari legislatif membuat eksekutif sulit menolak “rekomendasi” legislatif dalam pengalokasian Universitas Sumatera Utara sumberdaya yang memberikan keuntungan kepada legislatif sehingga menyebabkan outcome anggaran dalam bentuk pelayanan publik mengalami distorsi dan merugikan publik Winarna dan Murni 2007. Hal yang sangat kritis pada tahap perencanaan anggaran adalah perlunya penguatan pada sisi pengawasan.Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD merupakan lembaga yang memiliki posisi dan peran strategis terkait dengan pengawasan keuangan daerah. Peraturan Pemerintah PP RI No.58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah menyatakan bahwa pengawasan atas pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dilakukan oleh DPRD. Berdasarkan pada pekerjaan tersebut di atas, maka peranan DPRD dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, walaupun pada kenyataanya masih terdapat masalah dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari aspek lembaga legislatif. Menurut Estiningsih 2005, secara umum adanya pengaturan tentang badan legislatif dimaksudkan untuk: pertama, mencegah defend dari kepentingan kelompok tertentu privileged in the masses, kedua menjaga berlakunya hukum agar sesuai dengan tujuan dan harapan pembentukan hukum, karena itu pengawasan yang dilakukan legislatif penting untuk memantau dinamika berlaku dan efektifnya peraturan yang mereka buat. Universitas Sumatera Utara Fenomena yang terjadi di DPRD provinsi Sumatera Utara yang beranggotakan dari berbagai partai politik menyebabkan anggota DPRD sulit melaksanakan perannya sebagai fungsi pengawas bila dalam suatu masalah terlibat didalamnya dari anggota partai politik yang sama. Penyebabnya adalah pada awal karir mereka anggota Dewan dari berbagai partai politik sudah tertanam partai adalah rumah mereka, padahal seharusnya ketika mereka terpilih sebagai wakil rakyat maka atribut partai tidak lagi jadi patokan utama tetapi amanat rakyat yang seharusnya dikedepankan. Lemahnya fungsi pengawasan legislatif merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja legislatif terhadap eksekutif Werfete: 2009. Hal ini dapat terlihat bahwa selama ini ada panitia anggaran, yang seharusnya melakukan pengawasan dari mulai perencanaan sampai pada pelaporan tetapi dalam pelaksanaannya fungsi pengawasan belum berjalan dengan baik. Di sinilah benang merah yang menjadi pertimbangan peneliti untuk meneliti Pengaruh Pengetahuan Dewan tentang Anggaran, Partisipasi Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik terhadap Kinerja DPRD dalam pengawasan keuangan daerah dengan menambahkan Komitmen Profesional sebagai variabel moderating yang merupakan suatu hal yang sangat vital untuk memantau dinamika berlaku dan efektifnya peraturan yang dibuat sebagai upaya pencegah dari adanya unsur kepentingan kelompok tertentu dan menjaga berlakunya hukum agar sesuai dengan tujuan dan harapan pembentukan hukum yang ada. Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN VARIABEL MODERATOR PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK DI P

0 3 13

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Variabel Pemoderasi Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik (St

0 5 19

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Modera

0 10 22

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel Modera

1 5 14

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Variabel Pemoderasi Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik (St

0 2 17

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Variabel Pemoderasi Partisipasi Masyarakat Dan Transparansi Kebijakan Publik (St

0 1 14

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN VARIABEL MODERATOR PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK (Stu

0 0 14

PENGARUH PENGETAHUAN ANGGOTA DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN PENGARUH PENGETAHUAN ANGGOTA DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DAN TRANSPARANSI KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI VARIABEL MODE

0 1 15

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN KOMITMEN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Komitmen Organisasi Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel

0 1 15

PENGARUH PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH DENGAN KOMITMEN Pengaruh Pengetahuan Dewan Tentang Anggaran Terhadap Pengawasan Keuangan Daerah Dengan Komitmen Organisasi Dan Transparansi Kebijakan Publik Sebagai Variabel

0 1 16