Lambung Drug Delivery System

12 Berbagai pendekatan dari sistem Gastroretentive dapat dilihat pada Gambar 2.2. Retensi lambung dapat dikendalikan dari berbagai bentuk sediaan dengan mekanisme mukoadhesif, mengapung, sedimentasi, ekspansi, dan sistem modifikasi bentuk atau dengan pemberian bahan tertentu, yang menunda pengosongan lambung Neetika dan Manish, 2012.

2.4.1 Lambung

Lambung memiliki fungsi utama untuk memproses dan mengangkut makanan. Selain itu lambung sebagai tempat penyimpanan makanan dalam jangka waktu singkat, yang memungkinkan untuk mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak secara cepat. Proses pencernaan secara enzimatik berlangsung di dalam lambung Narang, 2011. Anatomi lambung dibagi menjadi 3 wilayah yaitu bagian fundus, bagian badan dan bagian antrum pilorus. Bagian proksimal terdiri dari bagian fundus dan bagian badan yang bertindak sebagai tempat untuk bahan tercerna, sedangkan bagian antrum adalah bagian utama untuk gerakan mencampur makanan dan juga bertindak sebagai pompa dalam pengosongan lambung untuk mendorong makanan menuju bagian saluran pencernaan selanjutnya Narang, 2011. Lambung berbentuk seperti huruf J yang melebar pada bagian sisinya. Saluran pencernaan pada dasarnya adalah sebuah tabung dengan panjang sekitar sembilan meter yang membentang melalui bagian tengah tubuh dari mulut sampai ke anus dan termasuk di dalamnya tenggorokan faring, kerongkongan, lambung, usus kecil terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum dan usus besar terdiri dari sekum, usus buntu, usus besar dan rektum. Dinding saluran pencernaan memiliki struktur umum yang hampir sama di seluruh bagiannya mulai dari esofagus Universitas Sumatera Utara 13 sampai anus, dengan beberapa variasi untuk masing-masing bagian tertentu Neetika dan Manish, 2012. Lambung merupakan organ tubuh dengan kapasitas tertentu untuk tempat penyimpanan dan pencampuran makanan. Di dalam lambung makanan mengalami proses pencernaan kompleks. Rata-rata panjang lambung pada umumnya sekitar 0,2 meter m dan luas permukaan penyerapannya sekitar 0,1 meter persegi m 2 . Gambaran anatomi lambung dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Anatomi lambung Arunachalam, et al., 2011 Waktu pengosongan lambung saat berpuasa ataupun saat makan dipengaruhi beberapa faktor dalam tubuh. Hal ini berkaitan dengan gerakan atau motilitas dari otot-otot lambung yang mengakibatkan perbedaan waktu pengosongan lambung diantara kedua keadaan ini. Masing-masing individu memiliki waktu pengosongan lambung yang berbeda, hal ini dipengaruhi faktor biologis di dalam tubuh. Siklus yang baik makanan melalui lambung dan usus setiap 2 - 3 jam. Siklus ini disebut siklus mioelektrik bagian saluran pencernaan atau perpindahan suatu bahan tercerna dalam saluran pencernaan yang dipengaruhi motilitas saluran pencernaan Washington, et al., 2001. Universitas Sumatera Utara 14 Dalam siklus ini dibagi dalam 4 tahapan: 1. Tahap I fase basal yang berlangsung selama 30 sampai 60 menit dengan terjadinya awal motilitas kontraksi. 2. Tahap II fase preburst yang berlangsung selama 20 sampai 40 menit dengan potensial aksi dan motilitas kontraksi. Dalam fase ini berlangsung dengan intensitas dan frekuensi motilitas kontraksi yang meningkat secara bertahap. 3. Tahap III fase burst yang berlangsung 10 sampai 20 menit. Fase ini mencakup kontraksi intens dan rutin yang terjadi dalam waktu singkat. Hal ini dikarenakan seluruh bahan tercerna dalam lambung diteruskan menuju usus kecil. Hal ini dikenal dengan “Housekeeper wave”. 4. Tahap IV berlangsung selama 0 sampai 5 menit dan terjadi diantara fase III dan fase I yang terjadi motilitas kontraksi secara terus-menerus Washington, et al., 2001. Tahapan siklus kontraksi ini dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Pola motilitas saluran pencernaan Universitas Sumatera Utara 15 Motilitas lambung dikendalikan oleh susunan sistem saraf dan sistem hormonal. Kontrol dari sistem saraf ini berasal dari sistem saraf enterik yang juga sebagai sistem saraf parasimpatis terutama saraf vagus dan sistem saraf simpatis. Pengaruh hormonal telah terbukti mempengaruhi motilitas lambung seperti adanya gastrin dan kolesistokinin yang bertindak dalam membantu relaksasi bagian proksimal lambung dan meningkatkan kontraksi pada bagian distal lambung Sharma, et al., 2011. Motilitas atau kontraksi otot polos lambung memiliki dua fungsi dasar yaitu: a Menghancurkan, mencampurkan, mencairkan makanan yang ditelan untuk membentuk chyme kimus. b Chyme kimus didorong melalui saluran pilorus ke dalam usus kecil, proses ini disebut pengosongan lambung Sharma, et al., 2011. Volume cairan lambung pada saat berpuasa atau dalam keadaan lambung kosong adalah 25 - 50 ml. Terdapat perbedaan sekresi asam lambung pada individu normal dengan yang memiliki masalah terhadap sekresi asam lambung atau achlorhydric individu. Pengaruh pH lambung terhadap penyerapan obat sangatlah berarti terutama untuk sistem penghantaran obat secara oral, pH cairan lambung dalam keadaan berpuasa berkisar antara 1,2 – 2,0 dan dalam keadaan makan 2,0 – 6,0 Sharma, et al., 2011. 2.5 Floating Drug Delivery System Sistem penghantaran obat ini dengan sistem mengapung atau sistem hidrodinamis dikendalikan dengan berat jenis yang kecil sehingga dapat mengapung di atas cairan lambung dan tetap mengapung di lambung tanpa mempengaruhi kecepatan pengosongan lambung untuk jangka waktu yang lama. Universitas Sumatera Utara 16 Sementara dalam sistem mengapung ini, obat dilepaskan perlahan pada tingkatan yang diinginkan dari sistem ini. Setelah pelepasan obat, sistem residual ini dikosongkan dari lambung. Hal ini menyebabkan peningkatan waktu retensi lambung yang lebih baik sehingga terjadi peningkatan konsentrasi obat dalam plasma Gopalakrishnan dan Chenthilnathan, 2011.

2.5.1 Pembagian sistem Floating