Universitas Sumatera Utara
7. Selesai waktu treatment, memberikan penjelasan lisan singkat mengenaikeadaan emosi anak pada hari itu.
8. Membuat Laporan Perkembangan Bulanan anak setiap akhir bulan.
4.2 Gambaran Umum Wawancara
Penelitian ini dilakukan terhadap empat orang informan, yang terdiri dari 2 orang guru dan 2 orang tua yang memiliki anak penderita Autisme. Penelitian ini dilakukan hanya
sampai kepada empat orang informan dikarenakan data yang diperoleh dianggap sudah cukup dan jenuh yang artinya bahwa penambahan informan lagi tidak menambah informasi baru
bagi penelitian yang dilakukan. Informan adalah guru danorang tua yang memiliki anak penderita Autisme usia 5 – 10 tahun yang sudah bersekolah di Sekolah Khusus Autisme
Yayasan Ananda Karsa Mandiri YAKARI minimal selama 1 tahun . Mereka yang menjadi informan dipilih beradasarkan teknik pemilihan sampel purposive sampling, yaitu guru dan
orang tua suami maupun istri yang memiliki anak penderita Autisme usia 5 – 10 tahun dan sudah bersekolah di YAKARI minimal selama 1 tahun
Peneliti memilih untuk melakukan penelitian pada guru dan orang tuadari anak penderita Autisme yang bersekolah di YAKARI dikarenakan sekolah ini merupakan sekolah
bagi anak berkebutuhan khusus Autisme yang pertama di kota Medan dan sudah banyak orang tua dengan anak penderita Autisme yang merasakan perubahan sikap pada anaknya
setelah bersekolah di YAKARI. Penelitian ini dimulai dengan mencari sekolah yang khusus menangani anak penderita
Autisme di Medan. Sebelum menemukan sekolah YAKARI, penulis sempat mendatangi beberapa sekolah untuk anak berkebutuhan khusus di Medan, namun tidak ada sekolah yang
benar-benar memfokuskan untuk menangani anak penderita Autisme. Setelah beberapa hari mencari, akhirnya penulis menemukan sekolah yang benar-benar fokus untuk menangani
anak penderita Autisme, yaitu YAKARI. Peneliti lalu mencari anak penderita Autisme dikisaran umur lima sampai dengan sepuluh tahun yang bersekolah di YAKARI sesuai
dengan karakterisitik subjek penelitian yang telah ditetapkan oleh peneliti. Setelah peneliti menemukan subjek penelitian yang sesuai dengan karakterisitik yang ditetapkan, selanjutnya
peneliti melakukan wawancara secara mendalam kepada informan-informan yaitu guru pendamping dan orang tua dari anak tersebut, yang telah ditetapkan berdasarkan kepada
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
pedoman wawancara yang telah disusun. Wawancara yang pertama dilakukan terhadap informan pertama yaitu pada guru pendamping dari ZA anak penderita autisme yaitu MR ,
pada hari sabtu, tanggal 8 Mei 2014 pukul 08.00 WIB yang dilaksanakan di sekolah YAKARI. Wawancara ini berlangsung disaat proses belajar mengajar dilakukan di
kelas.Peneliti sudah menghubungi informan beberapa hari sebelumnya untuk membuat janji agar dapat bertemu langsung. Wawancara berlangsung dengan sangat akrab antara peneliti
dan informan. Informan yang sudah berpengalaman dalam membimbing anak penderita autisme sangat terbuka dan membantu informan dalam mengumpulkan data yang diperlukan
untuk penelitian. Pada proses wawancara ini peneliti juga berkesempatan untuk melihat langsung proses interaksi antara MR dan ZA saat di kelas. Pada hari itu juga, seusai kelas
pada pukul 10.00 WIB peneliti langsung melakukan wawancara dengan DW, ibu dari ZA. Seperti wawacara pertama, wawancara dengan ibu DW berlangsung dengan sangat santai.
Ibu DW yang berprofesi sebagai seorang guru, sangat terbuka dan bisa menjelaskan dengan sangat baik mengenai keadaan ZA.
Setelah selesai mewawancarai informan pertama yaitu guru pembimbing MR dan orang tua dari AZ, selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan informan kedua yaitu
guru pendamping yaitu PT dan orang tua dari ND,yaitu ibu SR Wawancara ini di lakukan dengan jarak yang cukup lama dengan wawancara pertama karena beberapa hambatan,
seperti WL yang sempat sakit selama seminggu dan pergi keluar kota selama beberapa hari . Wawancara bisa dilaksanakan pada tanggal 12 Juni 2014, pukul 10.00 WIB di sekolah
YAKARI. Wawancara dilakukan saat PT dan ND sedang melakukan proses belajar mengajar di kelas.Wawancara dengan PT berlangsung dengan sangat baik, bahkan diselingi dengan
candaan yang membuat suasana semakin akrab dan santai. Selama wawancara FL juga banyak bercerita mengenai pengalamannya dalam mendampingi anak penderita autisme,
khususnya dalam mendampingi ND. Selama wawancara peneliti juga bisa melihat langsung bagaimana proses komunikasi antara PT dan ND di kelas. Setelah kelas selesai, peneliti
menunggu orang tua dari ND yaitu ibu SR untuk melakukan wawancara seperti yang sudah direncanakan beberapa hari sebelumnya. Setelah menunggu sekitar satu jam, peneliti diberi
kabar ternyata ibu tidak bisa menjemput karena harus pergi mengurus sesuatu. Wawancara dengan ibu SR akhirnya bisa dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2014, pukul 12.00 di sekolah
YAKARI. Wawancara berlangsung dengan sangat baik, ibu SR yang sehari-harinya bekerja sebagai ibu rumah tangga sangat komunikatif dan terbuka mengenai keadaan ND sebelum
dan sesudah bersekolah di YAKARI.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Selama penelitian, peneliti mengalami beberapa kesulitan. Pada awalnya, beberapa orang tua menolak untuk di wawancara, dan tidak mengizinkan anak nya dijadikan sebagai
subjek penelitian. Setelah menemukan subjek penelitian yang sesuai dan orang tua anak tersebut juga sudah menyetujui, hambatan selanjutnya adalah kesulitan untuk melakukan
wawancara langsung dengan orang tua karena kesibukannya, sehingga wawancara harus dibatalkan beberapa kali, dan membuat janji ulang dengan orang tua dari anak tersebut.
Pendekatan dengan informan dilakukan selama proses wawancara antara peneliti dan informan sesuai pedoman wawancara yang telah ditentukan. Setelah wawancara selesai
dilakukan, selanjutnya peneliti melakukan analisis data, dimana peneliti menguraikan hasil wawancara terhadap informan penelitian dan selanjutkan melakukan reduksi data. Pada tahap
ini, peneliti merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal penting sesuai penelitian. Lalu peneliti melakukan penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Informan dalam penelitian ini melakukan komunikasi antarpribadi dengan anak penderta autisme dengan cara penyesuaian yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan anak
tersebut.Komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dilakukan informan untuk membantu anak penderita autisme agar kemampuan komunikasinya dapat
lebih berkembang . Berikut hasil wawancara peneliti dengan keempat keluarga yang menjadi informan:
4.3 Komunikasi Antarpribadi Pada Anak Penderita Autisme