Ajeng Haryatisari, 2014 Implementasi model SAVI Somatis Auditori Visual Intelektual untuk meningkatkan
kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak usia dini manusia memiliki kemampuan bahasa baik kemampuan reseptif mendengar dan memahami dan ekspresif berbicara. Mendiknas 2011,
hlm. 5 mengemukakan “bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang
keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi”. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar SD diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis serta kemampuan sastra siswa sejalan dengan Mendiknas
2011, hlm. 5 bahwa Pembelajaran
bahasa Indonesia
diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia
Indonesia.
Pembelajaran sastra di SD mengenai puisi, prosa dan drama. Drama merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dalam mata
pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Drama menurut Moulton yaitu „hidup yang dilukiskan dengan gerak‟ Harymawan, 1986, hlm. 1. Sedangkan
pengertian dra ma menurut Waluyo 2002, hlm. 1 “Drama merupakan tiruan
kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas”. Menurut Djuanda Iswara 2006, hlm. 283 mengenai pembelajaran
apresiasi drama di sekolah dasar bahwa Pembelajaran apresiasi drama di sekolah dasar mencakup mendengarkan,
berbicara, membaca dan menulis. Pada keterampilan mendengarkan, apresiasi drama berupa mendengarkan dialog, percakapan, menonton
Ajeng Haryatisari, 2014 Implementasi model SAVI Somatis Auditori Visual Intelektual untuk meningkatkan
kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
drama. Pada keterampilan berbicara dengan mengungkapkan gagasan dan perasaan, dialog, serta mengapresiasi melalui kegiatan melisankan hasil
sastra berupa drama. Pada keterampilan membaca, apresiasi drama dengan membacakan teks drama secara ekspresif. Pada keterampilan menulis
berupa menulis laporan apresiasi.
Minat siswa terhadap pembelajaran serta apresiasi drama sangat rendah sehingga drama paling tidak diminati dibandingkan dengan karya sastra yang lain.
Satu-satunya jenis sastra anak yang kurang dibicarakan dan bahkan mungkin kurang diminati adalah drama Toha Sarumpaet, 2010, hlm. 34. Hal ini
ditandai dalam penelitian Prof. Dr. Yus Rusyana disimpulkan bahwa „minat siswa
dalam membaca karya sastra yang terbanyak adalah prosa, menyusul puisi, baru kemudian drama perbandingannya adalah 6:3:1‟ dalam Waluyo, 2002, hlm. 1.
Naskah drama yang berupa dialog cukup sulit dihayati dan harus tekun. Selain bukti kurangnya minat yang telah dipaparkan terdapat bukti
kurangnya minat siswa terhadap drama dalam jurnal yang berjudul „Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan Menulis Teks Drama Melalui Model
Pembelajaran Somatis-Auditori-Visual-Intelektual SAVI ‟ oleh Teti Milawati
yang merupakan Mahasiswa S2 Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia bahwa
Pembelajaran drama kurang diminati oleh anak karena menghayati naskah drama yang berwujud dialog cukup sulit dan harus tekun. Selain itu, guru
dalam menyampaikan materi masih menggunakan metode yang monoton sehingga anak merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti
pembelajaran drama Milawati, 2011, hlm. 70. Selain itu pembelajaran apresiasi drama belum dapat dilaksanakan dengan
optimal sejalan dengan pemaparan bahwa Pembelajaran apresiasi drama yang telah dilaksanakan oleh beberapa
sekolah dasar selama ini masih dapat dikatakan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya kualitas pembelajaran tentunya disebabkan
oleh beberapa faktor seperti penyajian yang tidak mengenai sasaran, sarana belajar kurang menunjang, guru yang kurang menguasai materi sastra, dan
kebanyakan sekolah belum mengupayakan suatu pembelajaran drama