IMPLEMENTASI MODEL SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA SISWA SEKOLAH DASAR : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 6 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 6 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
oleh Ajeng Haryatisari
NIM 1003422
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PEDAGOGIK
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2014
(2)
INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
BERMAIN DRAMA SISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 6 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
Oleh Ajeng Haryatisari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Ajeng Haryatisari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
(4)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK
IMPLEMENTASI MODEL SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN
DRAMA SISWA SEKOLAH DASAR
(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 6 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
Oleh
Ajeng Haryatisari 1003422
Penelitian ini dilatarbelakangi dari beberapa permasalahan siswa dalam bermain drama. Permasalahan berdasarkan data awal yang didapatkan dari tes dan angket menunjukkan bahwa siswa belum dapat bermain drama karena kesulitan yang dihadapi, yakni mengungkapkan dialog dengan lafal dan intonasi serta pemeranan berupa ekspresi dan gestur tubuh belum tepat. Penelitian tindakan kelas, sebagai upaya meningkatkan kemampuan bermain drama dengan implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual). Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: (1) mengungkapkan perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bermain drama melalui implementasi model SAVI, (2) mengungkapkan pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bermain drama melalui implementasi model SAVI, dan (3) mengungkapkan peningkatan kemampuan bermain drama setelah mengimplementasikan model SAVI. Penelitian dilaksanakan melalui empat tahap yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc.Taggart yang dikembangkan (Riani, 2013, hlm. 30), yakni perencanaan, pelaksanaan yang dilaksanakan dalam satu tindakan terdapat dua pertemuan pada setiap siklus, observasi, dan refleksi. Penelitian dilaksanakan sebanyak tiga siklus. Perencanaan pembelajaran dengan membuat RPP, instrumen, media, mempersiapkan sarana dan prasarana. Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat tahap SAVI dan unsur SAVI yaitu somatis (bergerak dengan menirukan tokoh), auditori (mendengar dan berbicara melalui demonstrasi), visual (melihat melalui demonstrasi), intelektual (berpikir). Kemampuan bermain drama mengalami peningkatan setelah mengimplementasikan model SAVI. Terbukti dari peningkatan kemampuan siswa yang mengalami peningkatan setiap siklusnya. Peningkatan kemampuan bermain drama dapat dilihat dari rata-rata siklus I hanya 55,73 dengan persentase 50%, rata-rata siklus II meningkat menjadi 60,88 dengan persentase 64,70% dan rata-rata siklus III yaitu 78,82 dengan persentase 94,11%. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa
(5)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemampuan bermain drama siswa setelah mengimplementasikan model SAVI dapat meningkat.Disarankan bagi guru kelas SD terutama kelas tinggi untuk mengimplementasikan model SAVI dalam pembelajaran bermain drama karena terbukti dari penelitian dapat meningkatkan kemampuan drama siswa. Kata kunci: model SAVI, kemampuan bermain drama
ABSTRACT
THE IMPLEMENTATION OF SAVI (SOMATIC AUDITORY VISUAL
INTELLECTUAL) MODEL TO IMPROVE ELEMENTARY STUDENTS’
ABILITY IN PERFORMING DRAMA
(A Behavioural Class Study to 5th Grade Students in SDN 6 Cibogo, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
By
Ajeng Haryatisari 1003422
The study is investigated based on several problems faced by students in performing drama. Based on the data that have been gathered, which are in the form of test and questionnaire, it is shown that students cannot perform drama well because of difficulties in expressing dialogue with the right pronunciation and intonation and playing drama with facial expression and body language. To solve these challenges, a behavioural class study by employing the implementation of SAVI (Somatic Auditory Visual Intellectual) model is conducted. The objective of the study are: (1) to carry out learning preparation in improving drama performance ability by using SAVI model implementation, (2) to expose the role of learning implementation in improving drama performance ability by using SAVI model, and (3) to reveal the improvement of drama performance ability after applying SAVI model implementation. The study is adapted from Kemmis and Mc. Taggart model which is developed (Riani, 2013: 30) and conducted in four steps, namely, preparation, implementation (conducted in two meetings per cycle), observation, and reflection. The implementation of SAVI model is applied in three cycles such as, designing learning plan by making lesson plan, instrument, media, and preparing the properties and tools. In the implementation of learning, there are SAVI stages and elements such as somatic (moving by imitating the actors), auditory (listening and speaking through demonstration), visual (seeing through demonstration), intellectual (thinking). As an outcome of SAVI model implementation in the behavioural class study, in cycle I, the score of students’ ability in performing drama is only 55,73 (50%) on average, but, it is increased in cycle II to 60,88 (64,70%) and finally in the score of 78,82 (94,11%) in cycle III. From the results, it can
(6)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
be seen that students’ ability in performing drama is improved. Therefore, it
is suggested to elementary school’s teachers, especially the ones whom taught
5th grade, to implement SAVI model in drama performance learning. Keywords: SAVI model, drama performance ability
(7)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
E. Hipotesis Tindakan ... 8
F. Penjelasan Istilah ... 9
BAB II IMPLEMENTASI MODEL SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA SISWA SEKOLAH DASAR A. Hakikat Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar ... 10
1. Pengertian Sastra ... 10
2. Fungsi Sastra ... 10
3. Apresiasi Sastra ... 11
4. Metode Pengajaran Sastra ... 12
5. Sastra Anak ... 12
(8)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7. Manfaat Sastra Anak ... 16
8. Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar ... 18
B. Hakikat Drama ... 20
1. Pengertian Drama ... 20
2. Unsur Intrinsik Drama... 21
3. Jenis-jenis Drama ... 25
4. Memerankan Tokoh Drama ... 26
5. Pembelajaran Bermain Drama di Sekolah Dasar ... 30
C. Hakikat Model SAVI ... 32
1. Pengertian Model SAVI ... 30
2. Unsur-unsur Model SAVI ... 33
3. Prinsip-prinsip Model SAVI ... 35
4. Tahap-tahap Model SAVI ... 35
5. Kelebihan dan Kelemahan Model SAVI... 36
D. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan ... 37
E. Kerangka Berpikir ... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 41
B. Desain Penelitian ... 42
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45
D. Subjek Penelitian ... 46
E. Prosedur Penelitian ... 47
F. Instrumen Penelitian ... 55
G. Analisis dan Interpretasi Data ... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Penelitian ... 65
(9)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus ... 68
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 68
a. Perencanaan Pembelajaran Siklus I ... 68
b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 69
c. Observasi Siklus I ... 73
1) Perencanaan Pembelajaran ... 73
2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 74
3) Peningkatan Kemampuan Bermain Drama ... 80
d. Refleksi Siklus I ... 87
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 92
a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II ... 92
b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 93
c. Observasi Siklus II ... 96
1) Perencanaan Pembelajaran ... 96
2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 97
3) Peningkatan Kemampuan Bermain Drama ... 102
d. Refleksi Siklus II ... 105
3. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Siklus III ... 114
a. Perencanaan Pembelajaran Siklus III ... 114
b. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus III ... 115
c. Observasi Siklus III ... 117
1) Perencanaan Pembelajaran ... 118
2) Pelaksanaan Pembelajaran ... 118
3) Peningkatan Kemampuan Bermain Drama ... 123
d. Refleksi Siklus III ... 130
(10)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ... 144
B. Rekomendasi ... 146
DAFTAR PUSTAKA ... 148
LAMPIRAN ... 153
(11)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Sejak usia dini manusia memiliki kemampuan bahasa baik kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan ekspresif (berbicara). Mendiknas (2011, hlm. 5) mengemukakan “bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi”. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar (SD) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai keterampilan mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis serta kemampuan sastra siswa sejalan dengan Mendiknas (2011, hlm. 5) bahwa
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Pembelajaran sastra di SD mengenai puisi, prosa dan drama. Drama merupakan salah satu materi pembelajaran sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Drama menurut Moulton yaitu „hidup yang dilukiskan dengan gerak‟ (Harymawan, 1986, hlm. 1). Sedangkan pengertian drama menurut Waluyo (2002, hlm. 1) “Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas”.
Menurut Djuanda & Iswara (2006, hlm. 283) mengenai pembelajaran apresiasi drama di sekolah dasar bahwa
Pembelajaran apresiasi drama di sekolah dasar mencakup mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Pada keterampilan mendengarkan, apresiasi drama berupa mendengarkan dialog, percakapan, menonton
(12)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
drama. Pada keterampilan berbicara dengan mengungkapkan gagasan dan perasaan, dialog, serta mengapresiasi melalui kegiatan melisankan hasil sastra berupa drama. Pada keterampilan membaca, apresiasi drama dengan membacakan teks drama secara ekspresif. Pada keterampilan menulis berupa menulis laporan apresiasi.
Minat siswa terhadap pembelajaran serta apresiasi drama sangat rendah sehingga drama paling tidak diminati dibandingkan dengan karya sastra yang lain. Satu-satunya jenis sastra anak yang kurang dibicarakan dan bahkan mungkin kurang diminati adalah drama (Toha & Sarumpaet, 2010, hlm. 34). Hal ini ditandai dalam penelitian Prof. Dr. Yus Rusyana disimpulkan bahwa „minat siswa dalam membaca karya sastra yang terbanyak adalah prosa, menyusul puisi, baru kemudian drama perbandingannya adalah 6:3:1‟ (dalam Waluyo, 2002, hlm. 1). Naskah drama yang berupa dialog cukup sulit dihayati dan harus tekun.
Selain bukti kurangnya minat yang telah dipaparkan terdapat bukti kurangnya minat siswa terhadap drama dalam jurnal yang berjudul „Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan Menulis Teks Drama Melalui Model Pembelajaran Somatis-Auditori-Visual-Intelektual (SAVI)‟ oleh Teti Milawati yang merupakan Mahasiswa S2 Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia bahwa
Pembelajaran drama kurang diminati oleh anak karena menghayati naskah drama yang berwujud dialog cukup sulit dan harus tekun. Selain itu, guru dalam menyampaikan materi masih menggunakan metode yang monoton sehingga anak merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran drama (Milawati, 2011, hlm. 70).
Selain itu pembelajaran apresiasi drama belum dapat dilaksanakan dengan optimal sejalan dengan pemaparan bahwa
Pembelajaran apresiasi drama yang telah dilaksanakan oleh beberapa sekolah dasar selama ini masih dapat dikatakan belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya kualitas pembelajaran tentunya disebabkan oleh beberapa faktor seperti penyajian yang tidak mengenai sasaran, sarana belajar kurang menunjang, guru yang kurang menguasai materi sastra, dan kebanyakan sekolah belum mengupayakan suatu pembelajaran drama
(13)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
secara maksimal (http://www.scribd.com/doc/113656244/Makalah-Pengajaran-Drama).
Pemaparan yang telah dijelaskan tidak jauh berbeda dengan fakta yang berada di lapangan, yaitu di SDN 6 Cibogo Kabupaten Bandung Barat. Fakta selama ini menunjukkan bahwa terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran bermain drama di kelas V SD. Selain itu, berdasarkan pengalaman mengajar di kelas terdapat siswa yang kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran bermain drama sehingga berdampak terhadap kemampuan memerankan tokoh drama yang rendah dengan intonasi, pelafalan dan ekspresi yang kurang tepat. Dari jumlah siswa kelas V SDN 6 Cibogo yang berjumlah 34 orang ditemukan masalah yaitu sebanyak 85,29% siswa belum mampu bermain drama karena memerankan tokoh drama karena lafal yang tidak lancar dan jelas, intonasi yang belum tepat, ekspresi berupa mimik dan gestur tubuh belum sesuai dengan tokoh yang diperankan karena cenderung datar. Masalah ditemukan berdasarkan pengalaman mengajar yang telah dilaksanakan pada minggu kedua bulan Februari saat pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Setelah siswa melaksanakan pembelajaran bermain drama menggunakan teks drama yang berjudul „Lupa Membawa PR‟ hanya sebanyak 14,70% siswa yang sudah mampu memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang cukup tepat. Nilai rata-rata pembelajaran bermain drama hanya 49,85. Sebagian besar siswa masih terlihat bingung dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran bermain drama.
Permasalahan bermain drama yang ditemukan di lapangan disebabkan karena guru masih menggunakan metode konvensional sehingga pembelajaran bermain drama menjadi kurang menarik dan membuat siswa kurang percaya diri. Hal ini karena guru yang kurang menguasai materi sastra sehingga pada saat pembelajaran bermain drama hanya memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk bermain drama tanpa diberikan contoh sama sekali. Selain itu dengan
(14)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
media, sarana dan prasarana di SDN 6 Cibogo yang sangat minim membuat pembelajaran bermain drama menjadi kurang optimal.
Dengan adanya fakta diatas mengenai rendahnya kemampuan dalam pembelajaran bermain drama, diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan bermain drama dengan lafal, intonasi dan ekspresi yang tepat sesuai dengan tokoh yang diperankan. Oleh karena itu, dilakukan penelitian mengenai model pembelajaran yang sesuai dengan minat serta perkembangan siswa khususnya pada kelas V SD. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan memerankan tokoh drama yaitu dengan model pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual). Model SAVI ini adalah salah satu model pembelajaran yang digagas oleh Dave Meier. Dave Meier mengemukakan bahwa
...menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara alami. Somatis artinya belajar dengan bergerak dan berbuat. Auditori, belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual, artinya belajar mengamati dan menggambarkan. Intelektual artinya belajar dengan memecahkan masalah dan merenung (Meier, 2004, hlm. 91).
Menurut Gunawan (2006, hlm. 139) Model SAVI variasi yang cocok untuk semua gaya belajar sehingga belajar menjadi optimal. Gaya belajar adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Dari hasil survei diketahui bahwa terdapat 29% orang visual, 34% auditori dan 37% kinestetik. Rose & Nicholl (2002, hlm. 192) mengemukakan bahwa
...semakin banyak melihat, mendengar, mengatakan, dan melakukan sesuatu, semakin mudah sesuatu dipelajari secara rata-rata, kita mengingat sebagai berikut. 20% dari yang kita baca, 30% dari yang kita dengar, 40% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita katakan, 60% dari yang kita kerjakan, 90% dari yang kita lihat, dengar, katakan, dan kerjakan sekaligus.
Teori yang mendukung model SAVI adalah Accelerated Learning. Apabila pembelajaran hanya menggunakan metode ceramah yang mengaktifkan
(15)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
salah satu indera saja dikhawatirkan siswa menerima pembelajaran kurang optimal. Belajar dapat optimal apabila keempat unsur SAVI menjadi suatu kesatuan misalkan dalam pembelajaran drama siswa dapat menirukan gerakan sesuai kegiatan tokoh drama (somatis), siswa mendengar dialog dalam video dan demonstrasi serta mengungkapkan dialog (auditori), siswa melihat ekspresi wajah dan gestur tubuh tokoh drama melalui tayangan video serta demonstrasi (visual), siswa melakukan tanya jawab dengan guru mengenai video, menyebutkan unsur intrinsik drama, dan menceritakan kembali isi cerita drama yang sudah ditonton (intelektual). Pada hakikatnya, anak senang bergerak dan senang melaksanakan aktivitas. Pembelajaran dengan pengalaman langsung yang mengaktifkan seluruh indera dan melibatkan pengalaman anak sehingga dengan model SAVI diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam pembelajaran bermain drama.
Berpijak dari uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih luas mengenai permasalahan dalam pembelajaran bermain drama. Oleh karena itu, peneliti melaksanakan penelitian yang berjudul “Implementasi Model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk Meningkatkan Kemampuan Bermain Drama: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas V SDN 6 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat”. Apabila permasalahan dalam pembelajaran bermain drama tidak segera diberikan solusi dikhawatirkan minat siswa terhadap pembelajaran bermain drama semakin berkurang sehingga dapat berpengaruh terhadap kemampuan bermain drama yang rendah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, secara umum permasalahan yang akan diteliti adalah, “Bagaimanakah meningkatkan
(16)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemampuan bermain drama melalui implementasi model SAVI di kelas V SDN 6 Cibogo?”
Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menjabarkan beberapa pertanyaan penelitian yang mengarahkan kepada jawaban terhadap permasalahan utama penelitian.
1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bermain drama pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia melalui implementasi model SAVI di kelas V B SDN 6 Cibogo?
2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bermain drama pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia melalui implementasi model SAVI di kelas V B SDN 6 Cibogo?
3. Bagaimanakah peningkatan kemampuan bermain drama dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia setelah dilakukan pembelajaran dengan mengimplementasikan model SAVI pada siswa kelas V B SDN 6 Cibogo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa kelas V SDN 6 Cibogo melalui implementasi model SAVI. Sedangkan secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan mengenai perencanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bermain drama pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia melalui implementasi model SAVI di kelas V B SDN 6 Cibogo.
2. Mendeskripsikan mengenai pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bermain drama pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia melalui implementasi model SAVI di kelas V B SDN 6 Cibogo.
3. Mendeskripsikan mengenai peningkatan kemampuan bermain drama dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia setelah dilakukan pembelajaran
(17)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dengan mengimplementasikan model SAVI pada siswa kelas V B SDN 6 Cibogo.
D.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta kontribusi yang luas baik secara teoritis maupun praktis terhadap pembelajaran bermain drama. Adapun manfaat penelitian diantaranya sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi baru mengenai implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) terhadap pembelajaran bermain drama, sehingga dapat menambah kekayaan kepustakaan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu dapat dijadikan acuan dalam pengembangan penelitian tindakan kelas selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian sebagai berikut. a. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama.
2) Dapat mengurangi kesulitan belajar siswa dalam bermain drama terutama dalam mengungkapkan dialog dengan lafal dan intonasi yang tepat, menunjukkan ekspresi serta gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama.
3) Mengaktifkan seluruh indera siswa yang melibatkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual dalam pembelajaran bermain drama.
4) Siswa dapat lebih antusias, senang, aktif dan disiplin dalam pembelajaran bermain drama.
5) Siswa dapat menyebutkan unsur intrinsik drama dan menceritakan kembali isi cerita drama yang sudah ditonton untuk memenuhi unsur intelektual sesuai model SAVI.
(18)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6) Siswa menjadi lebih kreatif dan percaya diri menggunakan hasil karya masing-masing berupa kostum dan perlengkapan bermain drama. b. Bagi Guru
1) Memotivasi guru agar mampu menciptakan suasana belajar yang aktif, variatif, menyenangkan dengan cara menggunakan media pembelajaran yang canggih serta sarana dan prasarana yang lengkap. Hal tersebut, dapat mengaktifkan seluruh indra dan cocok untuk semua gaya belajar siswa agar pembelajaran bermain drama lebih optimal. 2) Dapat memberikan wawasan kepada guru untuk meningkatkan
kemampuan bermain drama melalui model SAVI dengan menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual sehingga pembelajaran dapat optimal.
3) Dapat menjadi rekomendasi untuk mengimplementasikan model pembelajaran yang memiliki tahap-tahap sangat sesuai dan cocok dengan pembelajaran bermain drama yaitu persiapan, penyampaian, pelatihan dan penampilan hasil.
4) Guru dapat mengetahui penilaian kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
5) Mendorong guru agar lebih kreatif dalam mengembangkan media dan mengajak siswa memanfaatkan barang bekas agar ikut serta dalam melestarikan lingkungan.
c. Bagi sekolah, diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan program pembelajaran selanjutnya terutama dalam pembelajaran bermain drama yang mengimplementasikan model SAVI. d. Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan manfaat
sebagai berikut.
1) Peneliti dapat mengetahui perencanaan, proses pelaksanaan pembelajaran, kendala yang dihadapi, serta manfaat dari implementasi
(19)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
model SAVI pada pembelajaran bermain drama bagi siswa SD. Diharapkan model pembelajaran SAVI dapat diimplementasikan pula pada pembelajaran lain selain bermain drama.
2) Peneliti dapat mengetahui keefektifan model SAVI dalam meningkatkan kemampuan bermain drama siswa.
3) Menambah wawasan dan pengalaman dalam implementasi model SAVI dalam kegiatan pembelajaran bermain drama.
e. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian dapat memberikan wawasan baru mengenai model SAVI dan implementasinya dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan serta minat siswa terhadap pembelajaran bermain drama.
E.Hipotesis Tindakan
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama pada siswa yaitu dengan mengimplementasikan model SAVI. Hal ini dikarenakan partisipasi siswa dalam model SAVI terlihat dalam kegiatan pembelajaran yang mengaktifkan seluruh indera yaitu somatis, auditori, visual dan intelektual sehingga pembelajaran dapat lebih aktif dan bermakna.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan, “apabila guru mengimplementasikan model SAVI dalam pembelajaran bermain drama, maka kemampuan bermain drama pada siswa kelas V SDN 6 Cibogo akan meningkat, kesulitan dalam pelafalan, intonasi dan ekspresi sesuai tokoh yang ada dalam drama pun dapat teratasi, selain itu dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran bermain drama”.
F. Penjelasan Istilah
Variabel utama penelitian ini adalah implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa kelas V SD. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami
(20)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masalah penelitian, maka istilah-istilah dalam judul penelitian ini dijelaskan masing-masing batasannya secara operasional dalam uraian berikut.
1. Model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual)
Model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) adalah model pembelajaran yang dilakukan dengan mengaktifkan seluruh indera yaitu somatis belajar dengan bergerak seperti pada saat siswa bergerak menirukan kegiatan sesuai tokoh. Auditori yaitu belajar dengan mendengarkan dialog drama dan berbicara berupa mengungkapkan dialog dengan lafal jelas serta intonasi sesuai emosi tokoh melalui video dan demonstrasi. Visual dengan melihat ekspresi wajah dan gestur tubuh melalui video, demonstrasi serta mengamati penampilan drama. Intelektual dengan menjelaskan pengertian drama, menyebutkan unsur-unsur intrinsik drama dan menceritakan kembali isi cerita drama yang sudah ditonton.
2. Kemampuan Bermain Drama
Kemampuan bermain drama merupakan salah satu bentuk kecakapan dalam kesusastraan mengenai naskah yang dipentaskan. Kemampuan bermain drama dapat dilihat apabila siswa dapat melafalkan dialog drama dengan lancar dan jelas, mengungkapkan dialog dengan intonasi sesuai emosi tokoh dalam teks drama, ekspresi wajah sesuai watak tokoh dalam teks drama, serta gestur tubuh sesuai aktivitas tokoh yang diperankan.
(21)
41
A. Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan sebagai refleksi diri serta tindakan-tindakan praktis terhadap proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kemampuan bermain drama siswa kelas V SDN 6 Cibogo. Pendekatan penelitian deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Menurut Mills (dalam Hopkins, 2011, hlm. 88) mengenai penelitian tindakan bahwa
Penelitian tindakan merupakan penyelidikan sistematis yang dilaksanakan oleh guru-peneliti dengan mengumpulkan informasi tentang bagaimana sekolah mereka bekerja, bagaimana mereka mengajar, dan bagaimana siswa belajar. Informasi ini dikumpulkan dengan tujuan untuk memperoleh pemahaman, mengembangkan praktik reflektif, mempengaruhi perubahan-perubahan positif dalam lingkungan sekolah dan praktik-praktik pendidikan secara umum, dan untuk meningkatkan hasil-hasil pembelajaran siswa.
Menurut Arikunto dkk. (2010, hlm. 3) “Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,
yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.” Sedangkan “Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat.” (Aqib dkk., 2011, hlm. 3)
Dari beberapa pengertian para ahli, disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu salah satu penelitian yang menjadi upaya untuk mengamati dan mengumpulkan informasi dalam kegiatan pembelajaran, melalui sebuah tindakan (treatment) secara sengaja dimunculkan guru sebagai refleksi diri dalam rangka perbaikan serta meningkatkan hasil pembelajaran siswa kearah yang positif. Dilaksanakan demi meningkatkan kualitas tindakan di dalam kelas yang terdiri dari beberapa siklus dan tahapan dilaksanakan oleh guru atau peneliti untuk
(22)
kepentingan peningkatan kualitas guru ataupun manajemen pembelajaran di dalam kelas.
Di dalam penelitian tindakan kelas terdapat beberapa proses sebagai berikut menurut Kemmis dan Taggart (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 66) yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Melalui proses tersebut permasalahan yang dihadapi selama ini dalam pembelajaran dapat diselesaikan serta merupakan cara yang strategis untuk meningkatkan kinerja bagi guru melalui pengalaman yang didapatkan secara reflektif.
B.Desain Penelitian
Di dalam penelitian tindakan kelas ada beberapa desain penelitian menurut para ahli yang dapat digunakan sebagai pedoman serta gambaran dalam merancang dan melaksanakan penelitian tindakan. Model penelitian tindakan kelas diantaranya model Kurt Lewin, model Ebbut, model Elliot, model Hopkins, model Kemmis dan Mc. Taggart, model Kurt Lewin, dan model McKernan. Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada saat penelitian dilaksanakan.
Dari beberapa desain penelitian menurut para ahli, desain yang dikembangkan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu model spiral dari Kemmis dan Mc. Taggart. Di dalam model ini memiliki beberapa tahapan yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe) serta refleksi (reflect). Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Kunandar, 2012, hlm. 70)
mengemukakan bahwa “penelitian tindakan kelas dilakukan melalui proses yang dinamis dan komplementari yang terdiri dari empat “momentum” esensial yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi”. Dengan pernyataan yang dikemukakan, penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis dan Mc. Taggart merupakan model yang cukup sederhana sehingga mudah untuk dilaksanakan.
(23)
Langkah-langkah penelitian dilaksanakan dalam setiap siklus menurut model Kemmis dan Mc. Taggart sebagai berikut.
1. Perencanaan (Planning)
Tahap pertama dalam pelaksanaan tindakan kelas yang dilakukan yaitu membuat perencanaan tindakan. Rencana tindakan dikembangkan secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi (Kunandar, 2012, hlm. 71). Rencana tindakan dilaksanakan dengan menentukan langkah-langkah yang akan dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung. Perencanaan dalam hal ini menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan komponen kolom identitas pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar (materi pokok), metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat bahan/ sumber belajar, dan penilaian (Mendiknas, 2011, hlm. 20). Selain itu mempersiapkan media, alat dan bahan, instrumen observasi, evaluasi, dan refleksi.
2. Pelaksanaan (Acting)
Rencana yang telah disusun, selanjutnya diujicobakan secara sadar dan terkendali dalam tahap pelaksanaan sesuai dengan langkah yang telah dibuat sebelumnya, yaitu langkah-langkah pembelajaran dengan mengimplementasikan model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) sebagai model pembelajaran bagi siswa dalam di dalam kelas.
3. Observasi (Observing)
Tahap selanjutnya yaitu observasi terhadap tindakan yang sedang dan sudah dilaksanakan. Observasi dapat dilakukan oleh pihak lain yang telah diberi tugas oleh peneliti untuk hal itu disebut observer. Observasi ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan tindakan yang sebenarnya terjadi di lapangan khususnya dalam proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan. dengan perencanaan yang telah disusun sehingga dapat terlihat pengaruh dari model yang diimplementasikan.
(24)
4. Refleksi (Reflecting)
Tahap yang terakhir dalam penelitian tindakan kelas adalah refleksi dengan kegiatan yang meliputi analisis dan interpretasi data, serta evaluasi yang diperoleh melalui observasi. Data-data yang sudah terkumpul pada saat observasi dianalisis, dikaji dan diinterpretasi sehingga dapat dicari solusi yang lebih efektif agar terjadi peningkatan. Hasil refleksi kemudian dibuat perencanaan untuk tindakan pada siklus selanjutnya.
Alur penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari satu tindakan yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan.
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Adaptasi Model Kemmis dan Taggart yang dikembangkan Riani (2013, hlm. 30) Perencanaan
SIKLUS
1
1.1 Pelaksanaan tindakan
Observasi 1.2 Pelaksanaan tindakan
Refleksi I
Perencanaan
Refleksi II
SIKLUS
2
2.1 Pelaksanaan tindakan
Observasi 2.2 Pelaksanaan tindakan
Perencanaan
SIKLUS
3
3.1 Pelaksanaan tindakan
Observasi 3.2 Pelaksanaan tindakan
(25)
Pengembangan alur berdasarkan pertimbangan yang rasional karena pada setiap siklus tetap memiliki empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam 2 pertemuan bersamaan dengan observasi, serta yang terakhir tahap refleksi.
C.Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Cibogo, yang terletak di Kampung Cibedug Desa Cikole Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian di SDN 6 Cibogo karena sekolah tersebut merupakan tempat peneliti melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP) hingga peneliti menemukan permasalahan dalam pembelajaran bermain drama. Selain itu terlihat sebagian besar siswa kurang percaya diri dan kurang antusias dalam pembelajaran bermain drama. Permasalahan pembelajaran bermain drama harus diteliti lebih lanjut agar permasalahan tersebut dapat ditemukan solusi serta pemecahannya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Februari hingga bulan Juni pada tahun pelajaran 2013/2014 semester II. Adapun rincian pelaksanaan penelitian sebagai berikut.
a. Februari 2014 merupakan waktu ketika peneliti sedang melakukan PLP dengan mengobservasi pembelajaran dalam kelas serta memberikan tes kepada siswa agar mengetahui kemampuan bermain drama siswa. Kemudian peneliti menemukan permasalahan dalam kemampuan bermain drama siswa pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
b. Maret 2014, peneliti menemukan faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan bermain drama siswa melalui wawancara dengan guru dan siswa lalu mencari solusi dari permasalahan tersebut. Peneliti mengambil permasalahan yang ditemukan di lapangan untuk diteliti lebih lanjut.
(26)
c. April 2014, setelah menemukan solusi permasalahan peneliti melaksanakan perencanaan tindakan siklus dengan membuat RPP, instrumen penelitian, dan membuat media yang digunakan dalam penelitian. Selain itu, peneliti mempersiapkan perizinan kepada fakultas, universitas serta KESBANGPOL Kabupaten Bandung Barat.
d. Mei hingga Juni 2014, peneliti melakukan pelaksanaan tindakan yang terdiri dari tiga siklus setiap satu tindakan terdiri dari dua kali pertemuan yang disesuaikan dengan jadwal dari pihak sekolah. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP yang telah disusun pada perencanaan. Pada bulan Juni 2014, peneliti menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Dengan begitu, peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VB SD Negeri 6 Cibogo. Subjek penelitian yang ditetapkan hanya satu kelas, sebanyak 34 orang siswa. Jumlah siswa laki-laki 14 orang dan perempuan 20 orang. Siswa kelas V SDN 6 Cibogo, memiliki latar belakang keluarga sebagian besar memiliki mata pencarian sebagai petani. Alasan pemilihan subjek penelitian ini karena di kelas VB ditemukan permasalahan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terutama pada materi bermain drama, selain itu pada pelaksanaan pembelajaran bermain drama guru masih menggunakan metode konvensional sehingga siswa kelas VB masih terlihat bingung dalam memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi sesuai tokoh dalam teks drama. Selain itu, sebagian besar siswa di kelas VB belum mencapai nilai ketuntasan di SDN 6 Cibogo yaitu 65 dengan rata-rata nilai 49,85.
(27)
E.Prosedur Penelitian
Terdapat tiga siklus di dalam prosedur penelitian tindakan kelas ini. Hasil dari siklus pertama akan direfleksikan untuk perbaikan pelaksanaan pada siklus kedua dan begitupun pada siklus selanjutnya. Pada setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu, perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Prosedur penelitian ini akan diperinci sebagai berikut.
Siklus I
1. Perencanaan (Planning)
Dalam tahap perencanaan peneliti akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Menentukan pokok bahasan dengan mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mengenai pembelajaran bermain drama di kelas V. b. Menyusun perencanaan pembelajaran berupa RPP sesuai KTSP yang
menggunakan model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual).
c. Menyusun instrumen penelitian sebagai pengumpul data berupa lembar observasi aktivitas guru dan siswa, lembar angket mengenai pembelajaran bermain drama, catatan lapangan, lembar penilaian proses, lembar evaluasi dan format penilaian tes performance.
d. Konsultasi instrumen dengan dosen pembimbing dan guru supaya instrumen memiliki kualitas yang baik.
e. Merevisi instrumen jika perlu.
f. Menyebarkan angket mengenai minat dan kesulitan siswa dalam pembelajaran bermain drama.
g. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran seperti video mengenai bermain drama di SD, kostum, serta perlengkapan bermain drama seperti cangkul dan tanaman tomat.
h. Mempersiapkan peralatan yang menunjang untuk pembelajaran dengan menyediakan LCD, speaker, kain hitam dan kain putih.
(28)
i. Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang perlu dipersiapakan dan dikembangkan seperti lembar evaluasi, kriteria penilaian dan kunci jawaban.
j. Mempersiapkan peralatan dokumentasi seperti handycam dan camera
digital.
2. Pelaksanaan (Action)
Dalam tahap pelaksanaan, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran dengan menggunakan model SAVI sebagai berikut.
a. Guru menjelaskan mengenai pengertian drama dan unsur intrinsik drama. b. Guru memberikan stimulus berupa pertanyaan mengenai kebun tomat di
lingkungan sekitar siswa.
c. Siswa menirukan gerakan seorang petani yang sedang mencangkul, menanam dan mengambil tomat (Somatis).
d. Guru menayangkan video mengenai contoh drama siswa SD sehingga siswa dapat mendengarkan intonasi serta lafal yang tepat dari tokoh yang diperankan (Auditori).
e. Guru menayangkan video contoh drama sehingga siswa dapat melihat ekspresi dan gestur tubuh yang tepat dari tokoh yang diperankan (Visual). f. Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai video drama yang sudah
ditonton (Intelektual).
g. Siswa membaca teks drama dalam hati.
h. Guru mendemonstrasikan cara untuk menunjukkan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama.
i. Siswa menirukan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama
(Somatis).
j. Guru mendemonstrasikan cara mengungkapkan dialog dengan lafal dan intonasi sesuai tokoh dalam teks drama.
k. Siswa membaca teks drama secara nyaring dengan lafal dan intonasi sesuai tokoh dalam teks drama (Auditori).
(29)
l. Guru mendemonstrasikan cara menggabungkan dialog dengan ekspresi wajah dan gestur tubuh yang tepat.
m.Siswa membaca teks drama secara nyaring dengan ekspresi wajah dan gestur tubuh yang tepat (Visual).
n. Siswa dikelompokkan menjadi 6 kelompok.
o. Siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik drama dan pembagian peran tokoh drama (Intelektual).
p. Siswa melaksanakan pelatihan bermain drama dengan kelompok masing-masing.
q. Siswa menggabungkan dialog dengan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama di depan kelas sedangkan kelompok lain menonton serta mengapresiasi (SAVI).
r. Perwakilan siswa menceritakan kembali isi cerita drama yang sudah ditonton.
s. Siswa diberi lembar evaluasi.
3. Observasi (Observation)
Observasi dilaksanakan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sehingga dapat mengetahui aktivitas guru dan respon siswa selama proses pembelajaran dengan implementasi model SAVI berlangsung. Selain itu, observer membuat catatan lapangan.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilaksanakan dengan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran sehingga dapat diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Semua data yang diperoleh dari lembar observasi, catatan lapangan dan lembar angket dapat dianalisis sehingga dapat lebih mengenal karakteristik siswa dan disesuaikan kembali dalam siklus II.
(30)
Siklus II
1.Perencanaan (Planning)
Setelah mengkaji hasil refleksi dari siklus I, maka perencanaan di siklus II sebagai berikut.
a. Berdiskusi dengan observer (guru dan teman sejawat) tentang langkah- langkah, metode serta media pembelajaran yang akan digunakan untuk memperbaiki kesalahan di siklus I dan meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan hasil diskusi perbaikan dari dosen pembimbing dan guru.
c. Mempersiapkan media pembelajaran, teks drama, kostum dan perlengkapan bermain drama yang berbeda.
d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang perlu dipersiapakan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi, kriteria penilaian dan kunci jawaban.
e. Merevisi instrumen jika diperlukan.
f. Mempersiapkan peralatan yang menunjang untuk pembelajaran dengan menyediakan LCD, speaker, kain hitam dan kain putih.
g. Mempersiapkan peralatan dokumentasi seperti handycam, tripod dan
camera digital.
2. Pelaksanaan (Action)
Dalam tahap pelaksanaan, langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model SAVI sebagai berikut.
a. Guru memberikan stimulus berupa cerita sejarah mengenai proklamasi. b. Siswa menirukan gerakan menembak, tertembak dan menjadi seorang
(31)
c. Guru menayangkan video dokumenter „Pertempuran 10 November 1945‟ dan drama sehingga siswa dapat mendengarkan intonasi serta lafal yang tepat dari tokoh yang diperankan (Auditori).
d. Guru menayangkan video sehingga siswa dapat melihat ekspresi dan gestur tubuh yang tepat dari tokoh yang diperankan (Visual).
e. Siswa dan guru melaksanakan tanya jawab mengenai drama yang sudah ditonton (Intelektual).
f. Guru menjelaskan mengenai lafal, intonasi, ekspresi wajah dan gestur tubuh.
g. Siswa membaca teks drama dalam hati.
h. Guru mendemonstrasikan cara untuk menunjukkan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama.
i. Siswa menirukan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama
(Somatis).
j. Guru mendemonstrasikan cara mengungkapkan dialog dengan lafal dan intonasi sesuai tokoh dalam teks drama.
k. Siswa membaca teks drama secara nyaring dengan lafal dan intonasi sesuai tokoh dalam teks drama (Auditori)
l. Guru mendemonstrasikan cara menggabungkan dialog dengan ekspresi dan gestur tubuh yang tepat.
m.Siswa membaca teks drama secara nyaring dengan ekspresi dan gestur tubuh yang tepat (Visual).
n. Siswa dikelompokkan dalam 6 kelompok.
o. Siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik drama dan pembagian peran tokoh drama (Intelektual).
p. Siswa melaksanakan pelatihan bermain drama dengan kelompok masing-masing.
q. Siswa menggabungkan dialog dengan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama di depan kelas sedangkan kelompok lain menonton serta mengapresiasi (SAVI).
(32)
r. Perwakilan siswa menceritakan kembali isi cerita drama yang ditonton. s. Siswa mengerjakan lembar evaluasi.
3. Observasi (Observation)
Observasi dilaksanakan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan sehingga dapat mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan implementasi model SAVI berlangsung. Selain itu, observer membuat catatan lapangan.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilaksanakan dengan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran dalam siklus II sehingga dapat diperbaiki pada siklus III. Semua data yang diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan dapat dianalisis sehingga dapat memperbaiki kesalahan serta lebih mengenal karakteristik siswa dan disesuaikan kembali dalam siklus III.
Siklus III
1. Perencanaan (Planning)
Setelah mengkaji hasil refleksi dari siklus II, maka perencanaan di siklus III sebagai berikut.
a. Berdiskusi dengan observer (guru dan teman sejawat) tentang langkah- langkah, metode serta media pembelajaran yang akan digunakan untuk memperbaiki kesalahan di siklus II dan meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan hasil diskusi perbaikan dari guru dan dosen pembimbing.
c. Mempersiapkan media pembelajaran berupa video bermain drama mengenai cerita rakyat dan teks drama yang berbeda.
(33)
d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang perlu dipersiapakan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-lembaran evaluasi, kriteria penilaian dan kunci jawaban.
e. Merevisi instrumen jika diperlukan.
f. Membimbing siswa dalam pembuatan kostum, perlengkapan drama seperti perahu dari kardus, dan gladi resik.
g. Mempersiapkan peralatan dokumentasi seperti handycam, tripod dan
camera digital.
h. Mempersiapkan alat penunjang untuk penampilan bermain drama seperti speaker aktif, kain hitam dan kain putih.
2. Pelaksanaan (Action)
a. Guru memberikan stimulus berupa pertanyaan mengenai Gunung Tangkuban Perahu.
b. Siswa menirukan gerakan menendang, berburu dan menjadi jin (Somatis). c. Guru menayangkan video mengenai drama tentang cerita rakyat sehingga siswa dapat mendengarkan intonasi serta lafal yang tepat dari tokoh yang diperankan (Auditori).
d. Guru menayangkan video mengenai drama tentang cerita rakyat sehingga siswa dapat melihat ekspresi dan gestur tubuh yang tepat dari tokoh yang diperankan (Visual).
e. Siswa dan guru melaksanakan tanya jawab mengenai drama yang sudah ditonton (Intelektual).
f. Guru menjelaskan mengenai ekspresi wajah. g. Siswa membaca teks drama dalam hati.
h. Guru mendemonstrasikan cara untuk menunjukkan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama.
i. Siswa menirukan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama
(34)
j. Guru mendemonstrasikan cara mengungkapkan dialog dengan lafal dan intonasi sesuai tokoh dalam teks drama.
k. Siswa membaca teks drama secara nyaring dengan lafal dan intonasi sesuai tokoh dalam teks drama (Auditori).
l. Guru mendemonstrasikan cara menggabungkan dialog dengan ekspresi dan gestur tubuh yang tepat.
m.Siswa membaca teks drama secara nyaring dengan ekspresi dan gestur tubuh yang tepat (Visual).
n. Siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik drama dan pembagian peran tokoh drama di dalam kelompok (Intelektual).
o. Siswa melaksanakan pelatihan bermain drama dengan kelompok masing-masing.
p. Siswa menggabungkan dialog dengan ekspresi dan gestur tubuh sesuai
tokoh dalam teks drama berjudul „Legenda Gunung Tangkuban Perahu‟ di depan kelas sedangkan kelompok lain mengapresiasi (SAVI).
q. Perwakilan siswa menceritakan kembali isi cerita drama yang berjudul
“Legenda Gunung Tangkuban Perahu” .
r. Siswa mengerjakan lembar evaluasi.
3. Observasi (Observation)
Observasi dilaksanakan oleh observer dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dipersiapkan sehingga dapat mengetahui aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan implementasi model SAVI berlangsung. Selain itu, observer membuat catatan lapangan.
4. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilaksanakan dengan mengevaluasi kelebihan dan kekurangan
selama proses pembelajaran dalam siklus III. “Apabila perubahan yang bertujuan
meningkatkan kualitas pembelajaran telah tercapai, atau apa pun yang diteliti telah
(35)
F. Instrumen Penelitian
Agar memperoleh kebenaran dalam pengumpulan data secara objektif diperlukan adanya instrumen yang tepat agar masalah yang diteliti dapat terefleksikan dengan baik serta dapat mengalami perbaikan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai tes performance pada saat penampilan bermain drama siswa serta nilai hasil lembar evaluasi sedangkan data kualitatif berupa informasi tentang penerapan model SAVI dalam pembelajaran serta sikap dan respon siswa dalam kegiatan belajar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu instrumen tes berupa format penilaian performance dan lembar evaluasi serta instrumen nontes berupa angket, lembar observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, serta dokumentasi. Adapun instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga perlu dibuat secara tepat. RPP yang dibuat disesuaikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Menurut Mendiknas (2011, hlm. 20) “RPP memuat identitas mata pelajaran, SK, KD, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi pokok, metoda pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat dan sumber belajar dan penilaian”. Instrumen penilaian untuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada lampiran tabel B.1.
2. Instrumen Tes
Pengertian tes menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 1456), yaitu “ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seseorang”.
Sedangkan menurut Arifin (2011, hlm. 118), mengenai tes bahwa
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pertanyaan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik.
(36)
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tes merupakan cara yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, kemampuan, bakat dan kepribadian siswa.
Instrumen tes dalam penelitian ini berupa tes performance. Tes
performance/ tes praktik/ perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil belajar dalam bentuk unjuk kerja (Mendiknas, 2011, hlm. 13). Tes
performance ini bertujuan untuk menilai penampilan drama yang termasuk tes
kesastraan ranah psikomotor. Ranah psikomotor adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas otot, fisik, atau gerakan-gerakan anggota badan (Nurgiyantoro, 2001, hlm. 330). Selain itu, menggunakan lembar evaluasi untuk menilai kemampuan siswa mengenai pemahaman siswa mengenai drama. Lembar evaluasi menggunakan tes esai. Menurut Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2001, hlm. 71) “Tes bentuk esai memberi kebebasan kepada siswa untuk menyusun dan
mengemukakan jawabannya sendiri dalam lingkup yang secara relatif dibatasi”.
Menyebutkan unsur intrinsik drama termasuk ke dalam tes kesastraan tingkat ingatan (C1), menceritakan kembali isi cerita drama (C1), serta menjelaskan
pengertian drama termasuk pemahaman (C2).
3. Instrumen Nontes
Selain menggunakan teknik tes, penelitian ini pun menggunakan teknik nontes. Instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
Instrumen nontes salah satunya adalah observasi. Menurut Sanjaya (2011, hlm. 86) “Observasi merupakan teknik mengumpulan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat obseervasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti”. Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran bermain drama. Observasi dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi terbuka aktivitas guru dan respon siswa dapat dilihat pada lampiran tabel B.2. dan tabel B.3. serta instrumen penilaian proses terlampir pada tabel B.4.
(37)
4. Catatan lapangan
Catatan lapangan menurut Sukardi (2013, hlm. 44) “Mencatat situasi kelas dan macam-macam fenomena yang muncul selama proses penelitian
berlangsung”. Sedangkan menurut Hopkins (2011, hlm. 181) “Catatan lapangan (field notes) merupakan salah satu cara melaporkan hasil observasi, refleksi, dan reaksi terhadap masalah-masalah kelas”. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa catatan lapangan adalah salah satu cara melaporkan hasil observasi, refleksi, dan reaksi berupa masalah dan fenomena selama penelitian di kelas berlangsung. Instrumen catatan lapangan dapat dilihat pada lampiran tabel B.5.
5. Angket (Kuesioner)
Di dalam pengumpulan data digunakan instrumen berupa angket. Angket diberikan kepada siswa pada saat sebelum siklus untuk melihat minat dan kesulitan siswa terhadap pembelajaran bermain drama dan setelah siklus selesai untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran bermain drama setelah menggunakan model SAVI. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 142) “Angket (kuesioner) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”. “Kuesioner atau angket memang mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data” (Arikunto dkk., 2010, hlm. 268). Bentuk angket yang digunakan sebelum siklus adalah bentuk jawaban tertutup, tetapi pada alternatif jawaban terakhir diberikan secara terbuka. “Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab secara bebas” (Arifin, 2011, hlm. 166). Sedangkan angket yang digunakan setelah siklus yaitu angket terbuka supaya siswa lebih bebas mengungkapkan apa yang sudah dilaksanakan.
(38)
Sebelum Siklus
A. Petunjuk pengisian
1. Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat, dengan cara memberi tanda centang ( ) pada huruf a, b atau c.
2. Apabila dari pilihan a, b atau c tidak ada yang sesuai, atau masih memerlukan tambahan jawaban dapat menuliskan jawaban yang sesuai pada huruf d.
3. Isilah dengan jujur dan sebenar-benarnya
Selamat mengerjakan
B. Identitas Siswa
1. Nama Lengkap :
2. Kelas :
3. Sekolah :
C.Pertanyaan
1. Menurutmu, apakah yang kamu rasakan dalam pembelajaran bermain drama?
a. Menyenangkan b. Biasa saja c. Membosankan d. ...
2. Bagaimana pembelajaran bermain drama menurutmu? a. Mudah
b. Biasa saja c. Sulit
d. ...
3. Menurutmu, apakah yang menyebabkan pembelajaran bermain drama sulit?
a. Merasa kurang percaya diri b. Sulit menghafalkan teks drama
c. Pembelajaran drama yang kurang menarik d. ...
4. Menurutmu, bagaimana agar pembelajaran bermain drama menjadi menyenangkan?
a. Melihat video bermain drama
b. Bermain drama dilengkapi perlengkapan drama dan musik c. Diberikan waktu latihan agar dapat menghafal teks drama d. ...
(39)
5. Menurutmu, cerita drama seperti apa yang kamu sukai? a. Tentang kehidupan sehari-hari
b. Tentang binatang
c. Tentang cerita rakyat (seperti Sangkuriang) d. ...
Setelah Pelaksanaan Siklus A.Petunjuk pengisian
Jawablah pertanyaan dengan jujur dan sebenar-benarnya
Selamat mengerjakan
B.Identitas Siswa
1. Nama Lengkap :
2. Kelas :
3. Sekolah :
C. Pertanyaan
1. Apakah perasaanmu senang setelah belajar bermain drama?Berikan alasanmu!
2. Setelah belajar bermain drama, apakah ada peningkatan memerankan tokoh drama dalam dirimu?Berikan alasanmu!
3. Apakah kamu tertarik jika dalam pembelajaran bermain drama terdapat langkah-langkah menirukan gerakan tokoh, mendengarkan dialog tokoh melalui video, mengamati tokoh melalui video dan melakukan tanya jawab?Berikan alasanmu!
4. Ketika belajar dengan menirukan, mendengarkan dan melihat guru memerankan tokoh drama, apakah memudahkan kamu untuk bermain drama?Berikan alasanmu!
5. Manakah yang akan kamu pilih, bermain drama dengan langkah menirukan gerakan tokoh, mendengarkan dialog tokoh, menggabungkan dialog dengan ekspresi serta gestur tubuh dan melakukan diskusi dengan teman atau tanpa diberi contoh memerankan tokoh drama?Berikan alasanmu!
(40)
G. Analisis dan Interpretasi Data
Dalam penelitian diperoleh data yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Menurut Kunandar (2012, hlm. 124) “Data kuantitatif dapat dianalisis dengan deskripsi persentase,
sedangkan data kualitatif dapat dianalisis secara kualitatif”. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif yang digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan proses interaksi yang terjadi selama pembelajaran yaitu respon siswa terhadap implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) dalam pembelajaran bermain drama. Data untuk dianalisis berasal dari angket, observasi, serta catatan lapangan. Selain itu, analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan bermain drama siswa serta hasil lembar evaluasi untuk mengetahui pemahaman siswa berupa pengertian drama, unsur intrinsik drama dan menceritakan kembali isi cerita drama.
Data kualitatif yang telah didapatkan, dianalisis lalu dilanjutkan dengan pengolahan data yang kemudian dideskripsikan. Lain halnya dengan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes performance dan lembar evaluasi, data dianalisis terlebih dahulu lalu diolah selanjutnya persentase dan nilai rata-ratanya dihitung. Hasil tes siswa yang disajikan berbentuk tabel, sehingga dapat terlihat lebih jelas skor yang diperoleh siswa.
Berikut ini merupakan rambu-rambu dalam tes performance untuk penampilan bermain drama.
Tabel 3.1.
Format Penilaian Tes Performance Penampilan Bermain Drama
No. Aspek yang Dinilai Skala Bobot Skor
1 2 3 4 5
1. Lafal 5
2. Intonasi 5
3. Ekspresi wajah 5
(41)
Setiap penilaian aspek seperti lafal, intonasi, ekspresi wajah dan gestur tubuh dikalikan dengan bobot yang telah ditentukan yaitu lima kemudian dijumlahkan keseluruhannya, maka didapatkan nilai untuk hasil penampilan bermain drama dengan skor maksimal 100.
Tabel 3.2. Arti Skala
No Kategori Arti
1 SB Sangat Baik
2 B Baik
3 C Cukup
4 K Kurang
5 SK Sangat Kurang
Tabel 3.3.
Deskripsi Skala Nilai Aspek Bermain Drama
1. Lafal 5 Vokal sangat jelas terdengar dengan sangat baik
4 Vokal terdengar jelas dan baik 3 Vokal terdengar cukup jelas dan baik 2 Vokal kurang terdengar jelas dan baik 1 Vokal tidak terdengar jelas dan baik
2. Intonasi 5 Tinggi rendah suara dan penekanan sangat sesuai dengan refleksi watak tokoh
4 Tinggi rendah suara dan penekanan sesuai dengan refleksi watak tokoh
3 Tinggi rendah suara dan penekanan cukup sesuai dengan refleksi watak tokoh
2 Tinggi rendah suara dan penekanan kurang sesuai dengan refleksi watak tokoh
(42)
dengan refleksi watak tokoh 3. Ekpresi
wajah
5 Mimik (wajah) sangat tepat sesuai tokoh yang diperankan
4 Mimik (wajah) sangat sesuai tokoh yang diperankan
3 Mimik (wajah) cukup sesuai tokoh yang diperankan
2 Mimik (wajah) kurang sesuai tokoh yang diperankan
1 Mimik (wajah) tidak sesuai tokoh yang diperankan
4.Gestur Tubuh
5 Gerakan tubuh sangat sesuai dengan aktivitas tokoh
4 Gerakan tubuh sesuai dengan aktivitas tokoh 3 Gerakan tubuh cukup sesuai dengan aktivitas
tokoh
2 Gerakan tubuh kurang sesuai dengan aktivitas tokoh
1 Gerakan tubuh tidak sesuai dengan aktivitas tokoh
Tabel 3.4.
Kategori Nilai Penampilan Bermain Drama
NILAI KATEGORI
91≤ A ≤ 100 Sangat Baik
76 ≤ B ≤ 90 Baik
56 ≤ C ≤ 75 Cukup
41 ≤ D ≤ 55 Kurang
0 ≤ E ≤ 40 Sangat Kurang Diadaptasi dari Sukmawati (2013, hlm. 56)
(43)
Rumus perhitungan persentase yang digunakan yaitu menurut Santoso (dalam Sukmawati, 2013, hlm. 56) serta dianalisis menggunakan rambu-rambu sebagai berikut.
P = Keterangan:
P = persentase,
F = jumlah siswa yang memenuhi kategori, N = jumlah keseluruhan siswa,
100 = bilangan konstanta
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus menurut Aqib dkk. (2011, hlm. 41)
p = ∑
∑
Sedangkan rumus menghitung rata-rata menggunakan menurut Sudjana (2013, hlm. 109)sebagai berikut.
∑
X = rata-rata
∑ = jumlah seluruh skor N = banyaknya subjek
(44)
Tabel 3.5.
Pedoman Tafsiran Data dalam % Kualitatif
Persentase Tafsiran
0 % Tak seorang pun
1% s.d. 24% Sebagian kecil
25% s.d. 49% Hampir Setengahnya
50% Setengahnya
51% s.d. 74% Sebagian besar
75% s.d. 99% Hampir semuanya
100% Semuanya
(45)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Berdasarkan hasil penelitian, analisis, refleksi, dan pembahasan mengenai penerapan model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama, maka dapat dikemukakan simpulan dan rekomendasi yang terkait dengan penelitian ini.
A. Simpulan
Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan bermain drama di kelas VB SD Negeri 6 Cibogo dapat meningkat dengan mengimplementasikan model SAVI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa simpulan yang diperoleh sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran bermain drama dengan mengimplementasikan model SAVI dilaksanakan selama tiga siklus setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama yaitu penyampaian materi dan pertemuan kedua merupakan penampilan hasil. Perencanaan pembelajaran diawali dengan membuat RPP serta instrumen penilaian. Sistematika yang tertulis pada RPP sesuai dengan KTSP. RPP dalam penelitian ini meliputi Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, sumber belajar, serta penilaian/evaluasi. RPP dalam penelitian tindakan ini merupakan implementasi model SAVI yang melibatkan aktivitas fisik dan intelektual. Di dalam RPP terdapat unsur-unsur SAVI yaitu somatis artinya bergerak (menirukan aktivitas tokoh), auditori artinya mendengarkan dan berbicara (melalui demonstrasi atau video), visual artinya melihat (melalui demonstrasi atau video), dan intelektual artinya berpikir (menyebutkan unsur intrinsik drama dan menceritakan kembali). Tahap-tahap dalam RPP sama seperti
(46)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tahap-tahap pada model pembelajaran SAVI yang terdiri dari persiapan, penyampaian, pelatihan dan penampilan hasil. Selain RPP, dalam perencanaan dipersiapkan media, sarana dan prasarana untuk pembelajaran bermain drama.
2. Pada dasarnya pelaksanaan pembelajaran bermain drama dengan menggunakan model SAVI berjalan lancar. Langkah pembelajaran dengan menggunakan SAVI yaitu (1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2) guru menyajikan materi, (3) siswa menirukan gerakan tokoh (somatis), (4) siswa mendengarkan dialog melalui video (auditori), (5) siswa mengamati video (visual), (6) siswa melakukan tanya jawab dengan guru (intelektual), (7) guru mendemonstrasikan lafal, intonasi dan ekspresi, (8) siswa menirukan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama (somatis), (9) siswa membaca teks drama secara nyaring dengan lafal dan intonasi sesuai tokoh dalam teks drama (auditori), (10) siswa membaca teks drama secara nyaring dengan ekspresi dan gestur tubuh yang tepat (visual), (11) siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik drama (intelektual), (12) siswa menggabungkan dialog dengan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh dalam teks drama, (13) perwakilan siswa menceritakan kembali isi cerita. Siswa terlihat antusias dalam pembelajaran bermain drama. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran drama menjadi teratasi oleh model SAVI. Model SAVI sangat cocok dengan pembelajaran bermain drama karena terdapat langkah persiapan, penyampaian, pelatihan dan penampilan hasil yang sangat sesuai ketika diimplementasikan.
3. Kemampuan bermain drama mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan mengimplementasikan model SAVI. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan kemampuan siswa dalam bermain drama yang mengalami peningkatan pada setiap siklus. Peningkatan kemampuan bermain drama dapat dilihat dari rata-rata siklus I hanya 55,73 dengan persentase 50%,
(47)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
rata-rata siklus II meningkat menjadi 60,88 dengan persentase 64,70% dan rata-rata siklus III yaitu 78,82 dengan persentase 94,11%. Selain kemampuan psikomotor, terdapat peningkatan dari setiap siklus terhadap kemampuan kognitif dengan menyebutkan unsur intrinsik drama dan menceritakan kembali isi cerita drama serta kemampuan afektif berupa keaktifan dan kedisiplinan pada siswa.
B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan mengenai kemampuan bermain drama dengan menggunakan implementasi model SAVI, maka rekomendasi yang peneliti berikan sebagai berikut.
1. Bagi sekolah, mengingat model SAVI mengaktifkan seluruh indera yang melibatkan aktivitas fisik dan pikiran. Maka, pihak sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap serta menunjang agar pembelajaran dapat optimal.
2. Bagi guru SD, implementasi model SAVI perlu dijadikan model dalam pelaksanaan pembelajaran sebagai upaya meningkatkan kemampuan bermain drama. Dengan implementasi model SAVI, guru dapat meningkatkan kemampuan siswa secara optimal, menumbuhkan minat dan motivasi terhadap pembelajaran bermain drama yang selama ini dianggap sulit. Sebaiknya perlu diperhatikan persiapan dengan matang apabila akan melaksanakan penelitian mengenai implementasi model SAVI terhadap bermain drama karena kendala yang ditemukan dalam pembuatan RPP, proses belajar, media, sarana dan prasarana harus lengkap serta perlu mempertimbangkan dana untuk penelitian agar dapat diantisipasi.
3. Bagi siswa, dapat menggunakan model SAVI dengan mengaktifkan seluruh tubuh siswa. Hal ini dapat memudahkan siswa dalam mengungkapkan dialog, menunjukkan ekspresi dan gestur tubuh sesuai tokoh drama dengan tepat karena dalam drama sebenarnya mengandung unsur SAVI. Namun perlu
(48)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
diperhatikan pula kondisi kesiapan siswa dalam pelaksanaan tindakan agar belajar dapat optimal karena apabila kondisi siswa kurang siap tidak dapat memenuhi keempat unsur SAVI secara optimal.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menggunakan penelitian untuk penelitian pendahuluan sehingga dapat dilanjutkan kepada penelitian yang lebih luas, mendalam dan terukur dengan statistik, serta lebih lama (longitudinal). Dengan begitu, hasilnya lebih terukur. Selain itu, diharapkan melakukan perencanaan dengan matang dan memperhatikan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tindakan. Peneliti juga merekomendasikan agar membuat penelitian implementasi model SAVI pada kelas dan mata pelajaran yang berbeda agar dapat dijadikan perbandingan untuk meminimalisir kendala yang terjadi.
(49)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Aminuddin. (2013). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2010). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aqib, Z. dkk. (2011). Penelitian tindakan kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus besar bahasa indonesia pusat
bahasa (edisi keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Desmita. (2010). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman penilaian hasil belajar
dan kalender pendidikan di sekolah dasar. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional.
Djuanda, D. & Iswara, P.D. (2006). Apresiasi sastra indonesia. Bandung: UPI PRESS.
Gunawan, A. (2006). Genius learning strategy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(50)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Harymawan. (1986). Dramaturgi. Yogyakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Hopkins, D. (2011). Panduan guru penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Pedoman penyusunan kurikulum
tingkat satuan pendidikan di sekolah dasar. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Standar kompetensi dan kompetensi
dasar sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah kelas V. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional.
Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar keterampilan bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Kunandar. (2012). Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai
pengembangan profesi guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kurniawan, H. (2013). Sastra anak dalam kajian strukturalisme, sosiologi,
semiotika, hingga penulisan kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lyesmaya, D. (2013). Pendekatan proyek dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan sebagai upaya menumbuhkembangkan nilai (karakter). Jurnal
Pedagogik Pendidikan Dasar, 1 (1), hlm. 39-58.
Meier, D. (2004). The accelerated learning handbook: Panduan kreatif dan efektif
merancang program pendidikan dan pelatihan. Bandung: Kaifa, PT Mizan
Pustaka.
Milawati, T. (2011). Peningkatan kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama melalui model pembelajaran somatis suditori visual intelektual (SAVI). Jurnal Edisi Khusus No. 2, hlm. 70-78.
(1)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran bahasa berbasis pendidikan karakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Aminuddin. (2013). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2010). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Aqib, Z. dkk. (2011). Penelitian tindakan kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus besar bahasa indonesia pusat
bahasa (edisi keempat). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Desmita. (2010). Psikologi perkembangan peserta didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. (2011). Pedoman penilaian hasil belajar
dan kalender pendidikan di sekolah dasar. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional.
Djuanda, D. & Iswara, P.D. (2006). Apresiasi sastra indonesia. Bandung: UPI PRESS.
Gunawan, A. (2006). Genius learning strategy. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(2)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Harymawan. (1986). Dramaturgi. Yogyakarta: PT. Remaja Rosdakarya.
Hopkins, D. (2011). Panduan guru penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Pedoman penyusunan kurikulum
tingkat satuan pendidikan di sekolah dasar. Jakarta: Kementerian
Pendidikan Nasional.
Kementerian Pendidikan Nasional. (2011). Standar kompetensi dan kompetensi
dasar sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah kelas V. Jakarta: Kementrian
Pendidikan Nasional.
Kosasih, E. (2012). Dasar-dasar keterampilan bersastra. Bandung: Yrama Widya.
Kunandar. (2012). Langkah mudah penelitian tindakan kelas sebagai
pengembangan profesi guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kurniawan, H. (2013). Sastra anak dalam kajian strukturalisme, sosiologi,
semiotika, hingga penulisan kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Lyesmaya, D. (2013). Pendekatan proyek dalam pembelajaran menulis laporan pengamatan sebagai upaya menumbuhkembangkan nilai (karakter). Jurnal
Pedagogik Pendidikan Dasar, 1 (1), hlm. 39-58.
Meier, D. (2004). The accelerated learning handbook: Panduan kreatif dan efektif
merancang program pendidikan dan pelatihan. Bandung: Kaifa, PT Mizan
Pustaka.
Milawati, T. (2011). Peningkatan kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama melalui model pembelajaran somatis suditori visual intelektual (SAVI). Jurnal Edisi Khusus No. 2, hlm. 70-78.
(3)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Mulyani, S. dkk. (2010). Pembelajaran apresiasi drama di sekolah dasar. [Online]. Tersedia di: http://www.scribd.com/doc/113656244/Makalah-Pengajaran-Drama Diakses 20 Juli 2014.
Ngalimun. (2013). Strategi dan model pembelajaran. Kalimantan Selatan: Scripta Cendekia.
Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nurgiyantoro, B. (2013). Sastra anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rahmanto, B. (1988). Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rendra. (1989). Tentang bermain drama. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Rendra. (2013). Seni drama untuk remaja. Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Riani, I. (2013). Penggunaan alat peraga akuarium bilbul untuk meningkatkan
pemahaman konsep bilangan bulat pada mata pelajaran matematika kelas IV sekolah dasar (penelitian tindakan kelas di SD negeri bukanagara kelas IV semester 2 tahun ajaran 2012/2013 kecamatan lembang kabupaten bandung barat). (Skripsi). Program Studi PGSD Bumi Siliwangi FIP,
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Rose, C. & Nicholl, M.J. (2002). Cara belajar cepat abad XXI. Bandung: Nuansa.
Rusman. (2011). Model-model pembelajaran mengembangkan profesionalisme
guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan sastra dalam gamitan pendidikan. Bandung: CV. Diponegoro.
(4)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sanjaya, W. (2011). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sekarningsih, F. & Rohayani, H. (2006). Pendidikan seni tari dan drama. Bandung: UPI PRESS.
Semi, A. (2012). Metode penelitian sastra. Bandung: CV Angkasa.
Sudjana, N. (2013). Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sufanti, M. (2010). Strategi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka.
Sugiyono. (2010). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2013). Metode penelitian pendidikan tindakan kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sukmawati, D. (2013). Penerapan model concept sentence untuk meningkatkan
hasil belajar menulis karangan narasi siswa kelas IV sekolah dasar negeri 2 cibodas kabupaten bandung barat. (Skripsi). Program Studi PGSD Bumi
(5)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tanpa nama (2011). Kelebihan dan kelemahan model savi. [Online]. Tersedia di: http://goez17.wordpress.com/2011/11/23/pendekatan-savi/ Diakses 24 September 2013.
Tarigan, H.G. (2011). Dasar-dasar psikosastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. (2011). Prinsip-prinsip dasar sastra. Bandung: Angkasa.
Teeuw, A. (2013). Sastra dan ilmu sastra. Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya.
Toha, R.K. & Sarumpaet (2010). Pedoman penelitian sastra anak. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Waluyo, H.J. (2002). Drama teori dan pengajarannya. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widya.
Wiriaatmadja, R. (2012). Metode penelitian tindakan kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
WS., H. (1996). Drama karya dalam dua dimensi kajian teori, sejarah dan
analisis. Bandung: Angkasa.
Wulandari, R.T. (2013). Efektivitas model somatis, auditori, visual, dan
intelektual (SAVI) dalam pembelajaran menulis karangan narasi: penelitian eksperimen semu pada siswa kelas X SMA negeri 3 cimahi tahun ajaran 2012/2013. (Skripsi). FPBS, Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung.
Zulela. (2012). Pembelajaran bahasa indonesia apresiasi sastra di sekolah dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
(6)
Ajeng Haryatisari, 2014
Implementasi model SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk meningkatkan kemampuan bermain drama siswa sekolah dasar