4 akan diukur sejauh mana kemampuannya berkaitan dengan praktik kejuruan
melalui kegiatan penilaian prakerin. Tahap ini dilakukan sepenuhnya oleh pihak industri sehingga hasil yang didapat seutuhnya hasil belajar siswa saat prakerin.
Prakerin diharapkan dapat membekali siswa yang berhubungan dengan keahlian di bidangnya yaitu bangunan. Akan tetapi pada tahap pelaksanaan
ketika siswa berada di DUDI untuk melaksanakan pembelajaran dan pelatihan dalam pencapaian standar kompetensi yang diharapkan tidak dapat dikendalikan
sepenuhnya oleh sekolah. Hal ini disebabkan keberadaan siswa tersebar di berbagai DUDI dengan tempat dan jenis pekerjaan yang beragam. Dengan
demikian pengalaman dan kemampuan yang diperoleh siswa melalui prakerin tidak bisa disamakan antara satu siswa dengan siswa yang lain. Kelengkapan
sarana prasarana yang dimiliki DUDI dan bimbingan yang didapat ketika melaksanakan prakerin dapat menimbulkan perbedaan tingkat kemampuan dan
pengalaman yang diperoleh siswa melalui kegiatan prakerin. Berdasarkan uraian di atas maka terdorong untuk melakukan penelitian
yang berjudul
“Hubungan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Produktif dan Bimbingan di Industri dengan Prestasi Praktik Kerja Industri Siswa
Program Keahlian Teknik Bangunan SMKN 1 Kota Magelang. ”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut.
1. Kurangnya link and match antara pendidikan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah dengan kebutuhan di DUDI.
2. Belum diketahui apakah pembelajaran prakerin mampu memberikan pengaruh terhadap tumbuhnya ide-ide kreatif yang bisa diterapkan di sekolah.
5 3. Kelengkapan sarana dan prasarana kejuruan yang kurang sesuai dengan
tuntutan DUDI. 4. Adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan SMK
dengan keterampilan yang dibutuhkan di DUDI. 5. Kurang intensifnya bimbingan di industri yang menyebabkan rendahnya
pencapaian prestasi prakerin siswa. 6. Kurang sesuainya kompetensi mata pelajaran produktif yang diberikan di SMK
dengan kompetensi yang diterapkan di industri. 7. Ketrampilankeahlian guru yang menyampaikan materi di sekolah bersifat
text book, sehingga kurang mengikuti perkembangan DUDI. 8. Perbedaan tempat prakerin yang menimbulkan perbedaan tingkat
kemampuan dan pengalaman yang diperoleh siswa melalui kegiatan prakerin. 9. Ketika diadakan kegiatan prakerin di DUDI sering siswa melaksanakannya
tidak sungguh-sungguh. 10. Belum adanya rapat evaluasi antara sekolah dan industri dalam peningkatan
program pelatihan yang dilaksanakan ketika siswa melaksanakan prakerin.
C. Batasan Masalah
Mengingat terbatasnya waktu, tenaga dan biaya maka perlu adanya pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, peneliti hanya akan memberikan pembatasan sebagai berikut.
1. Hubungan antara prestasi mata pelajaran produktif dengan prestasi prakerin siswa.
2. Hubungan antara bimbingan di industri dengan prestasi prakerin siswa. 3. Hubungan antara prestasi mata pelajaran produktif dan bimbingan di industri
dengan prestasi prakeri siswa.
6 4. Kelengkapan sarana prasarana sekolah menurut peraturan perundangan.
D. Rumusan Masalah