BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Syarat dan prosedur pemberian kredit pada PT. Bank Sumut Cabang
Sibolga dimulai dari permohonan debitur,dengan adanya permohonan debitur tersebut maka pihak bank selaku kreditur memberikan syarat-
syarat permohonan kredit sesuai dengan ketentuan dan selanjutnya berkas pemohon tersebut diverifikasi dan dianalisa secara seksama oleh bank
untuk selanjutnya merealisasikan kredit atau menolaknya. 2.
Proses penyelesaian kredit dari debitur yang meninggal dunia dengan klaim asuransi jiwa pada PT. Bank Sumut Cabang Sibolga dimulai dari
adanya pemberitahuan dari ahli waris debitur dengan melampirkan dokumen sesuai syarat yang telah ditentukan, selanjutnya pihak bank akan
memproses dan menindaklanjuti kepadapihak asuransi terkait. Pihak asuransi akan memverifikasi kebenaran data dan kelengkapan berkas dari
pihak bank untuk memproses pembayaran klaim. 3.
Pelaksanaan klaim asuransi jiwa sebagai penyelesaian kredit akibat debitur meninggal dunia di PT. Bank Sumut Cabang Sibolga dilakukan apabila
persyaratan yang telah ditentukan sesuai perjanjian telah dipenuhi oleh ahli waris debitur dan pihak bank. Jika persyaratan pengajuan klaim belum
lengkap diterima maka pihak asuransi berhak menunda pelaksanaan
Universitas Sumatera Utara
pembayaran klaim tersebut sampai dengan kelengkapan persyaratan pengajuan klaim terpenuhi.
B. Saran
1. Kepada PT. Bank Sumut Cabang Sibolga perlu mensosialisasikantentang
ketentuan yang mewajibkan setiap debitur yang menikmati fasilitas kredit pada Bank Sumut untuk ikut program asuransi jiwa agar debitur dilindungi
oleh pihak asuransi jika debitur meninggal dunia, untuk menghindari risiko kredit macet pada sisi bank dan risiko kesulitan pembayaran kredit
oleh ahli waris dari debitur yang meninggal dunia. 2.
Kepada calon debitur yang memohon kredit seharusnya memahami pentingnya perlindungan asuransi jiwa terhadap kredit yang akan
dinikmatinya dari Bank meskipun menjadi tambahan biaya premi yang harus dikeluarkannya, namun jika dibandingkan dengan manfaat yang
akan diperolehnya jika debitur meninggal dunia maka biaya premi asuransi jiwa relatif lebih murah.
3. Pemerintah melalui Menteri terkait sebaiknya mengeluarkan regulasi atau
peraturan yang mewajibkan setiap calon debitur yang akan memperoleh fasilitas kredit pada Bank agar diwajibkan mengikuti program asuransi
jiwa.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA I.
Buku
Adonara, Floranta, Firman, 2014, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, Cv Mandar Maju, Bandung
Az, Santoso, Lukman, 2011, Hak dan Kewajiban Hukum Nasabah Bank, Pustaka Yustisia, Yogyakarta
Badrulzaman, Mariam, dkk, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung
Bahsan. 2010. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Rajagrafindo Persada, Jakarta
Darmawi, Herman. 2004. Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta Djumhana, Muhammad. 2000. Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung Fuady, Munir . 2002. Pengantar Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bhakti,
Bandung Ganie, Junaedy. 2013. Hukum Asuransi Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta
Gazali, Djoni dan Usman, Rachmadi. 2012. Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta
Hasibuan, Malayu. 2008. Dasar-Dasar Perbankan, PT Bumi Aksara, Jakarta Hermansyah. 2014. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta
Kasmir. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Muhammad, Abdulkadir. 2006. Hukum Asuransi Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung
Muljadi, Kartini dan Widjaja, Gunawan. 2005. Perikatan yang lahir dari Undang-Undang, RajaGrafindo Perkasa, Jakarta
Naja, Daeng. 2005. Hukum Kredit dan Bank Garansi The Bankers Hand Book, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Universitas Sumatera Utara
__________, 2006. Legal Audit Operasional Bank, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung
Pramukti, Sigit, Angger dan Panjaitan, Budiman, Andre. 2016. Pokok-Pokok Hukum Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta
Rastuti, Tuti. 2011. Aspek Hukum Perjanjian Asuransi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta
Salim, Abbas. 2012. Asuransi dan Manajemen Risiko, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta
Sastrawidjaja, Suparman, Man. 2003. Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, PT Alumni, Bandung
Sembiring, Sentosa. 2000. Hukum Perbankan, Mandar Maju, Bandung Sunggono, Bambang. 2013. Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta
Sutarno. 2003. Aspek-Aspek Hukum Perkreditan, Alfabeta, Bandung Untung, Budi. 2000. Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta
Widiyono, Try. 2006. Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta
II. Peraturan Perundang-Undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
III. Kamus
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan III Edisi ketiga, Balai pustaka, Jakarta
Universitas Sumatera Utara
IV. Internet
Bank Sumut, www.banksumut.com, diakses pada tanggal 22 Maret 2017 Rosadi, Asep “Jenis-jenis asuransi bank”, http:www.kreditkonsumer.comjenis-
jenis-asuransi-bankdiakses pada tanggal 22 Maret 2017
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT
A. Pengertian Perjanjian Kredit dan Unsur-Unsur Kredit
Perjanjian adalah suatu hal yang sangat penting karena menyangkut kepentingan para pihak yang membuatnya, oleh sebab itu hendaknya setiap
perjanjian dibuat secara tertulis agar diperoleh suatu kekuatan hukum sehingga tujuan kepastian hukum dapat terwujud. Menurut Pasal 1313 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan orang atau lebih mengikat dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh
dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.
Di dalam Pasal 1 angka 11 Undang - Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan mendefinisikan kredit sebagai berikut : “ Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga “. Setiap kredit yang disetujui dan disepakati antara pihak kreditur dan debitur
maka wajib dituangkan dalam perjanjian kredit akad kredit secara tertulis. Berkenaan dengan praktek perbankan bentuk dan format perjanjan kredit
Universitas Sumatera Utara
diserahkan sepenuhnya pada bank yang bersangkutan. Namun ada hal-hal yang tetap harus dipedomani, yaitu bahwa perjanjian tersebut rumusannya tidak boleh
kabur atau tidak jelas, selain itu juga perjanjian tersebut sekurang-kurangnya harus memperhatikan keabsahan dan persyaratan secara hukum , sekaligus juga
harus memuat secara jelas mengenai jumlah besarnya kredit, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali kredit serta persyaratan lainnya yang lazim dalam
perjanjian kredit.
9
Pembuatan perjanjan kredit terdapat beberapa judul dalam praktek perbankan tidak sama satu sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian
kredit , akad kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit, dan lain sebagainya. Meskipun judul dari perjanjian tersebut berbeda-beda tetapi
secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman berbentuk uang.
10
bank kepada nasabah debitur. Perjanjian kredit adalah perjanjian pokok prinsipil yang bersifat riil.
Sebagaimana perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti
riil ialah bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh
11
Perjanjian kredit merupakan perjanjian yang sangat penting dalam rangka penyaluran kredit dari bank sebagai kreditur kepada para debiturnya. Perjanjian
kredit merupakan perjanjian pokok yang keberadaannya tidak tergantung pada
9
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 385.
10
Sutarno, “Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank”, Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 97.
11
Hermansyah.,Op.cit, hal. 71.
Universitas Sumatera Utara
perjanjian – perjanjian lainnya, jadi perjanjian kredit merupakan perjanjian utama apalagi jika dikaitkan dengan keberadaan perjanjian pemberian jaminan.
Perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan pactum de contrahendo. Perjanjian kredit mendahului perjanjian hutang-piutang perjanjian
pinjam-mengganti sedangkan perjanjian hutang-piutang merupakan pelaksanaan dari perjanjian pendahuluan atau perjanjian kredit.
12
a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku Ketiga Bab XIII, mengenai
perjanjian pinjam meminjam uang Perjanjian kredit bersifat
konsensuil sedangkan perjanjian hutang piutang bersifat riil yang berarti bahwa perjanjian baru ada setelah uang yang dipinjamkan dalam perjanjian kredit secara
nyata pada debitur. Dasar Hukum Perjanjian Kredit.
Adapun ruang lingkup yang menjadi dasar hukum perjanjian kredit adalah sebagai berikut:
b. Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yaitu: 1.
Pasal 1 ayat 12 tentang perjanjian kredit 2.
Perjanjian anjak piutang yaitu perjanjian pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan-tagihan jangka
pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan atau luar negeri
3. Perjanjian kartu kredit, yaitu perjanjian dagang dengan mempergunakan kartu
kredit yang kemudian diperhitungkan untuk melakukan pembayaran melalui penerbit kartu kredit
4. Perjanjian sewa guna usaha yaitu perjanjian sewa menyewa barang yang
berakhir dengan opsi untuk meneruskan perjanjian itu atau melakukan jual beli
c. Perjanjian sewa beli, yaitu perjanjian yang pembayarannya dilakukan secara
angsuran dan hak milik atas barang itu beralih kepada pembeli setelah angsurannya lunas dibayar Keputusan Menteri Perdagangan No. 34KPII80
d. Perjanjian meminjam dalam undang-undang melepas uang
12
H. Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2000, hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
e. Perjanjian pinjam uang dalam undang-undang riba
13
Secara yuridis ada 2 dua jenis perjanjian atau pengikatan kredit yang digunakan bank dalam memberikan kreditnya, yaitu:
a. Perjanjian pengikatan kredit dibawah tangan atau akta dibawah tangan.
Akta perjanjian kredit dibawah tangan adalah perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya yang dibuat hanya di antara mereka
kreditur dan debitur tanpa notaris. Lazimnya dalam penandatanganan akta perjanjian kredit, saksi turut serta membubuhkan tanda tangannya
karena menurut Pasal 284 Rbg 164 HIR, saksi merupakan salah satu alat pembuktian dalam perkara perdata.
14
b. Perjanjianpengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris
notariil atau akta otentik. Berdasarkan Pasal 1 ayat 1 Undang-undang No 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris menyatakan, notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang tersebut. Akta notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut
bentuk dan tat acara yang ditetapkan dalam undang-undang ini.
15
Dilihat dari bentuknya, umumnya perjanjian kredit perbankan menggunakan bentuk perjanjian baku standard contract yang telah disediakan oleh pihak
bank sebagai kreditur sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik. Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku
standard contract, dimana dalam perjanjian tersebut pihak debitur hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada kemungkinan untuk melakukan
negosiasi atau tawar-menawar. Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk
13
Ibid
14
Ibid, hal. 31
15
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan Di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2006, hal. 61
Universitas Sumatera Utara
menandatangani perjanjian kredit tersebut, tetapi jika debitur menolak ia tidak perlu menandatangani perjanjian kredit tersebut.
Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian khusus baik oleh bank sebagai kreditur maupun oleh nasabah sebagai debitur, karena perjanjian
berfungsi penting dalam pemberian, pengolalaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut. Berkaitan dengan itu, perjanjian kredit mempunyai fungsi-fungsi sebagai
berikut :
a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok.
b. Perjanjian kredt berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak
dan kewajiban diantara kreditur dan debitur. c.
Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.
16
Pada Pasal 1381 KUHPerdata mengatur cara hapusnya perikatan dapat diberlakukan pula pada perjanjian kredit bank. Namun pada prakteknya hapusnya
atau berakhirnya perjanjian kredit lebih banyak disebabkan: 1.
Karena pembayaran lunas Pembayaran dalam hal ini adalah terpenuhinya prestasi atau lunasnya utang
dalam hal mengembalikan kredit kepada pihak bank. 2.
Karena penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
Hal ini dilakukan apabila seorang kreditur tidak mau menerima pembayaran dari debitur sehingga debitur melakukan penawaran pembayaran tunai diikuti
dengan penitipan. 3.
Novasi atau pembaharuan utang Yaitu dibuatnya perjanjian utang yang baru untuk menggantikan perjanjian
yang lama. Dengan begitu perjanjian yang lama berkahir.
17
16
Hermansyah, Op.Cit., hal. 72.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 1413 KUHPerdata menyebutkan ada tiga macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan utang:
1 Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna
orang yang mengutangkan kepadanya, yang menggantikan utang yang lama, yang dihapuskan karenanya;
2 Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya; 3
Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang berpiutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang berpiutang berpiutang lama,
terhadap siapa si berpiutang dibebaskan dari perikatannya. 4.
Perjumpaan Utang atau Kompensasi Padal pasal 1425 dan 1246 KUHPerdata mengatur tentang penjumpaan utang,
dimana jika dua orang saling berhutang maka terjadilah suatu perjumpaan utang, dengan mana utang-utang antara kedua orang tersebut dihapuskan
untuk suatu jumlah yang sama. 5.
Percampuran Utang Pencampuran utang ini terjadi jika debitur dan kreditur berkedudukan pada
satu orang, maka demi hukum dan secara otomatis suatu pencampuran utang telah terjadi dan perjanjian ini menjadi hapus atau berakhir.
6. Pembebasan Utang
Pembebasan utang ini pihak kreditur harus secara tegas mengatakan secara lisan maupun tertulis bahwa kreditur tidak lagi menuntut pembayaran terhadap
debitur.
17
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 279
Universitas Sumatera Utara
7. Musnahnya Barang yang Terutang
Musnahnya barang yang terutang ialah apabila hilangnya, musnahnya atau tidak dapat diperdagangkan lagi barang tersebut, maka hapuslah perikatannya,
dengan syarat barang tersebut musnah atau hilang bukan karena salahnya si berutang atau lalainya si berutang.
8. Pembatalan
Dengan terjadinya pembatalan, makanya dengan sendirinya berakhir dan hapus perjanjian tersebut.
9. Berlakunya Suatu Syarat Batal
Yaitu tidak terpenuhinya syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, maka dari itu perjanjian tersebut berakhir.
10. Lewat Waktu Daluarsa
Pada pasal 1946 KUHPerdata menyatakan bahwa daluarsa adalah suatu alat untuk memperoleh atau dibebaskannya dari suatu perikatan dengan lewatnya
batas waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang- undang.
Unsur kredit yang yang paling penting adalah “kepercayaan” dari bank atau kreditur terhadap nasabah peminjam atau debitur. Kepercayaan tersebut timbul
karena dipenuhinya segala ketentuan dan persyaratan untuk memperoleh kredit bank oleh debitur, yaitu jelasnya tujuan peruntukan kredit, adanya benda jaminan
atau agunan, dan lain-lain. Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit adalah :
1. Kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit yang diberikan berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.
Kepercayaan ini diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan tentang nasabah baik secara intern maupun
ekstern. Penelitan dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.
2. Kesepakatan
Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini
dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.
3. Jangka waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka menengah dan jangka panjang.
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko tidak tertagihnyamacet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit
semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun
oleh risiko yang tidak disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bagi bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi
hasil.
18
a. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikannya baik dalam bentuk uang, barang dan jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang. Dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Perkreditan, Thomas
mengemukakan bahwa unsur-unsur kredit terdiri atas :
b. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian
prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang,
yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang.
c. Tingkat Risiko Degree of Risk, yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi
sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara
18
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, hal. 86.
Universitas Sumatera Utara
pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Semakin lama kredit diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya,
karena sejauh-jauhnya kemampuan manusia untuk menerobos masa depan itu, masih selalu terdapat unsur ketidaktentuan yang tidak dapat
diperhitungkan. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya unsur risiko. Dengan adanya unsur risiko inilah maka timbul jaminan dalam pemberian
kredit.
d. Prestasi atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi
kredit yang menyangkut uanglah yang kita jumpai dalam praktik perkreditan.
19
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998, Pasal 1 butir 11, unsur-unsur kredit di dalam perbankan terdiri dari beberapa unsur yaitu :
a. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang. Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
penyediaan uang tersebut dilakukan oleh bank. Bank adalah pihak penyedia dana dengan menyetujui pemberian sejumlah dana yang
kemudian disebut sebagai jumlah kredit atau plafon kredit. Sedangkan tagihan yang dapat dipersamakan dengan penyediaan uang dalam praktik
perbankan misalnya pemberian penerbitan garansi bank dan penyediaan fasilitas dana untuk pembukaan letter of credit.
b. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank
dengan pihak lain. Persetujuan atau kesepakatan merupakan dasar dari penyediaan uang atau
tagihan. Persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam dibuat oleh bank dengan pihak debitur yang diwujudkan dalam bentuk perjanjian kredit.
Perjanjian kredit sebagai salah satu jenis perjanjian, tunduk kepada ketentuan hukum perikatan. Perjanjian uang antara bank dengan debitur
lazim disebut perjanjian kredit, surat perjanjian kredit, akad kredit atau sebutan lain yang hampir sejenis.
c. Adanya kewajiban melunasi utang
Pinjam meminjam uang adalah suatu utang bagi peminjam, peminjam wajib melunasinya sesuai dengan yang diperjanjikan. Pemberian kredit
oleh bank kepada debitur adalah suatu pinjaman uang dan debitur wajib melakukan pembayaran pelunasan kredit sesuai dengan jadwal
pembayaran yang telah disepakatinya.
d. Adanya jangka waktu tertentu
Pemberian kredit terkait dengan suatu jangka waktu tertentu, jangka waktu tersebut ditetapkan pada perjanjian kredit yang dibuat bank dengan
19
Hermansyah, Op.cit, hal. 58
Universitas Sumatera Utara
debitur. Jangka waktu yang ditetapkan merupakan batas waktu kewajiban bank untuk menyediakan dana pinjaman dan menunjukkan kesempatan
dilunasinya kredit. Berdasarkan jangka waktu tertentu, maka jangka waktu dalam perbankan dibedakan atas kredit jangka pendek, jangka menengah
dan jangka panjang. e.
Adanya pemberian bunga kredit Terhadap suatu kredit sebagai salah satu bentuk pinjaman uang
ditetapkannya adanya pemberian bunga. Bank menetapkan suku bunga atas pinjaman uang yang diberikan. Suku bunga merupakan harga atas
uang yang dipinjamkan dan disetujui bank kepada debitur.
20
Kelima unsur yang terdapat dalam pengertian kredit diatas harus dipenuhi bagi suatu pinjaman uang untuk dapat disebut sebagai kredit didalam perbankan.
Unsur-unsur tersebut di atas dapat selalu berkembang dan menjadi lebih luas terutama dalam perkembangan pelaksanaan perkreditan, maka unsur-unsurnya
dapat berkembang diantaranya penatalaksanaan manajemen kredit, agunan dan cara penyelesaian sengketa.
21
B. Jenis – Jenis Kredit