BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia penuh dengan ketidakpastian. Ketidakpastian tersebut biasanya berhubungan dengan takdir dan nasib manusia itu sendiri yang telah
ditentukan oleh Tuhan. Dalam ilmu hukum ketentuan tersebut disebut sebagai peristiwa hukum. Peristiwa hukum tersebut memiliki potensi adanya risiko yang
mungkin akan terjadi seperti peristiwa meninggalnya seseorang yang mungkin akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki
masa depan yang panjang. Manusia selain sebagai makhluk individu juga disebut sebagai makhluk
sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari manusia lainnya. Kebutuhan hidup manusia merupakan bagian yang sangat penting. Manusia
membutuhkan orang lain dalam hidupnya untuk berinteraksi dan manusia juga mempunyai kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya. Terdapat perkembangan
yang pesat mengenai hal bahwa dahulu manusia memerlukan manusia lain untuk melakukan barter tetapi pada zaman sekarang ini telah berkembang alat tukar
menukar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang adalah alat penukar atau
standar pengukur nilai kesatuan hitungan yang sah, yang dikeluarkan oleh pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak atau logam lain yang dicetak
dengan bentuk dan gambar tertentu. Uang merupakan suatu benda yang diterima
Universitas Sumatera Utara
secara umum sebagai alat perantara untuk mempermudah tukar menukar dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
1
Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan,
badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara bahkan lembaga- lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan
perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor
perekonomian. Pada umumnya sistem keuangan merupakan suatu kesatuan sistem yang
dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada. Kegiatan utama di bidang keuangan adalah menarik dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat. Lembaga keuagan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam suatu sistem perekonomian modern yang melayani masyarakat. Lembaga
keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank.
2
Dari pengertian di atas, jelas bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana
Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bahwa yang dimaksud dengan Bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 1232
2
Hermansyah , Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2014, hal. 7
Universitas Sumatera Utara
masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya yang lazim dilakukan bank dalam lalu lintas pembayaran. Kedua fungsi itu tidak bisa dipisahkan. Sebagai badan
usaha, bank akan selalu berusaha mendapatkan keuntungan yang sebesar- besarnya.dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan,
bank mempunyai kewajiban untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi, dan perluasan kesempatan kerja.
3
Pemberian kredit oleh pihak bank kepada pihak debitur tidak terjadi begitu saja, tetapi harus melakukan informasi mengenai calon debiturnya. Tujuannya
Pengertian kredit diatur dalam pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yaitu kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam- meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan pengertian tersebut debitur berkewajiban untuk melunasi utangnya
dan juga membayar bunga sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati sebelumnya.
Seperti yang tertulis dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan bahwa dalam memberikan kredit atau pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi hutangnya atau mengembalikan pembiayaan yang dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan .
3
Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hal. 136
Universitas Sumatera Utara
adalah untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah dikemudian hari, penilaian suatu bank untuk memberikan persetujuan terhadap suatu permohonan kredit
dilakukan dengan berpedoman kepada Formula 4P dan Formula 5C, yaitu : Formula 4P dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Personality, maksudnya mencari data lengkap dari kepribadian debitur.
b. Purpose, maksudnya tujuan penggunaan kredit apakah digunakan untuk
kegiatan yang bersifat konsumtif atau produktif. c.
Prospect, yaitu bank melakukan analisis yang cermat menyangkut masa depan dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh debitur.
d. Payment, yaitu mengenai cara pembayaran atau pelunasan kredit dalam jangka
waktu yang telah ditentukan.
4
Formula 5C dapat diuraikan sebagai berikut : a.
Character watak Bahwa calon debitur memiliki watak, moral, dan sifat-sifat pribadi yang baik.
Penilaian terhadap karakter ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kejujuran, integritas, dan kemauan dari calon nasabah debitur untuk memenuhi
kewajiban dan menjalankan usahanya. Informasi ini dapat diperoleh oleh bank melalui riwayat hidup, riwayat usaha, dan informasi dari usaha-usaha yang
sejenis.
b. Capacity kemampuan
Maksudnya adalah kemampuan calon nasabah debitur untuk mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospektif masa depan, sehingga
usahanya akan dapat berjalan dengan baik dan memberikan keuntungan.
c. Capital modal
Dalam hal ini bank harus terlebih dahulu melakukan penelitian terhadap modal yang dimiliki oleh pemohon kredit. Penyelidikan ini tidaklah semata-
mata didasarkan pada besar kecilnya modal, akan tetapi lebih difokuskan kepada bagaimana distribusi modal ditempatkan oleh penguasa tersebut,
sehingga segala sumber yang telah ada dapat berjalan secara efektif.
d. Collateral jaminan
Merupakan jaminan untuk persetujuan pemberian kredit yang merupakan sarana pengamanan atas risiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya
nasabah debitur dikemudian hari. Jaminan ini diharapkan mampu melunasi sisa utang kredit baik utang pokok maupun bunganya.
e. Condition of economy kondisi ekonomi
Dalam pemberian kredit oleh bank, kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha permohonan kredit perlu memperoleh perhatian dari bank untuk
4
Hermansyah, Op. Cit., hal 63
Universitas Sumatera Utara
memperkecil risiko yang mungkin terjadi yang diakibatkan oleh kondisi ekonomi tersebut.
5
Bank sebagai badan usaha yang memberikan kredit kepada debitur wajib melakukan upaya pengamanan agar kredit tersebut dapat dilunasi oleh debitur
yang bersangkutan. Kredit yang tidak dilunasi oleh debitur baik seluruhnya maupun sebahagian akan merupakan kerugian bagi bank. Kerugian yang
menunjukkan jumlah yang relatif besar akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank
6
Pemberian kredit oleh bank kepada debitur tentu mempunyai risiko. Risiko disini adalah kemungkinan ketidakmampuan dari pihak debitur untuk membayar
atau melunasi kreditnya karena sesuatu hal tertentu yang tidak dikehendaki.
7
Dalam hal ini pihak bank dan pihak debitur telah mengikatkan diri pada perjanjian yang telah disepakati dan pihak bank telah melakukan penilaian
terhadap kredit yang diberikan namun bisa saja terjadi kejadian yang diluar kemampuan kita sebagai manusia, seperti pihak debitur meninggal dunia.
Meninggalnya seseorang adalah suatu hal fakta yang akan terjadi karena Ketentuan dalam menghindari risiko yang tidak diinginkan telah dijelaskan dalam
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang kewajiban bank untuk memiliki keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur dalam melunasi
kreditnya. Ketentuan ini akan membuat bank untuk berhati-hati dalam hal pemberian kredit untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan.
5
Ibid, hal 64
6
M.Bahsan. Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan di Indonesia, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 103
7
Hermansyah, Op.Cit., hal. 60
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh berbagai hal karena sakit, kecelakaan dan lainnya tetapi pada intinya bahwa suatu hari nanti setiap manusia pasti akan meninggalkan dunia ini.
Bank harus mempunyai suatu langkah yang tepat dalam menyelesaikan masalah kredit yang disebabkan oleh debitur meninggal dunia. Untuk menghadapi
masalah kredit yang disebabkan oleh meninggalnya debitur maka PT. Bank Sumut telah melakukan perjanjian kerja sama dengan salah satu perusahaan
asuransi. Asuransi ini disebut dengan asuransi jiwa, dengan adanya asuransi ini PT. Bank Sumut merasa aman dalam memberikan pembiayaan kredit.
Sehingga apabila dalam perjalanan perjanjian kredit terjadi risiko yaitu meninggalnya debitur maka kredit tersebut tetap dapat dilunasi karena akan
diambil alih dan ditanggung oleh pihak asuransi. Namun di sisi lain pihak bank juga mempunyai kewajiban untuk membayar premi sesuai dengan yang
diperjanjikan dan biasanya besarnya premi sudah ditentukan oleh pihak asuransi. Sehingga apabila debitur meninggal dunia, pihak bank dapat mengajukan klaim
pada perusahaan asuransi yang bersangkutan, kemudian pembayaran klaim atau uang pertanggungan tersebut digunakan untuk membayar sisa kredit yang
belum dibayar oleh debitur yang meninggal dunia. Sehubungan dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
penulis terdorong untuk menulis skripsi dengan judul : “Tinjauan Yuridis Terhadap Penyelesaian Kredit Dari Debitur Yang Meninggal Dunia Dengan
Klaim Asuransi Jiwa” Studi Pada PT. Bank Sumut Cabang Sibolga.
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah