2.2.6.2 Hipertrofi Otot
Ukuran sebenarnya otot dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan resistensi anaerob berintensitas tinggi dan berdurasi singkat, misalnya angkat
beban. Pembesaran otot yang terjadi terutama disebabkan oleh meningkatnya garis tengah hipertrofi serat-serat glikolitik cepat yang diaktifkan selama
kontraksi-kontraksi kuat tersebut. Sebagian besar penebalan serat disebabkan oleh meningkatnya sintesis filamen aktin dan miosin, yang memungkinkan
peningkatan kesempatan interaksi jembatan silang dan selanjutnya terjadi peningkatan kekuatan kontraktil otot. Stres mekanis yang ditimbulkan latihan
resistensi pada serat-serat otot memicu protein-protein penyalur sinyal, yang mengaktifkan gen-gen yang mengarahkan sintesis lebih kontraktil ini banyak
protein. Latihan beban yang intensif dapat meningkatkan ukuran otot dua atau tiga kali lipat. Otot-otot yang menonjol beradaptasi baik untuk aktivitas yang
memerlukan kekuatan intens untuk waktu singkat, tetapi daya tahan tidak berubah.
11
2.2.6.3 Pengaruh Testosteron
Serat otot pria lebih tebal, dan karenanya, otot-otot mereka lebih besar dan kuat dari otot wanita, bahkan tanpa latihan beban, karena efek testosteron, suatu
hormon steroid yang terutama dikeluarkan oleh pria. Testosteron mendorong sintesis dan penyusunan miosin dan aktin. Kenyataan ini mendorong sebagian
atlet, baik pria maupun wanita, menggunakan secara berbahaya bahan ini atau steroid terkait untuk meningkatkan prrestasi atletik mereka.
11
2.3 Indeks Massa Tubuh
2.3.1 Definisi Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obese pada
orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT, yaitu berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat m
2
. Indeks massa tubuh dapat memperkirakan jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai dengan
Universitas Sumatera Utara
menimbang di bawah air r
2
= 79 dengan kemudian melakukan koreksi terhadap umur dan jenis kelamin.
16
2.3.2 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh
Berdasarkan metode pengukuran IMT menurut WHO, untuk menentukan indeks massa tubuh subjeksampel maka dilakukan dengan cara: sampelsubjek
diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan yang telah distandarisasi, kemudian diukur tinggi badannya dengan alat yang juga telah distandarisasi dan
dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:
Berat Badan kg IMT=
Tinggi Badan m
2
Kemudian interpretasi hasil IMT yang didapat ke dalam tabel klasifikasi IMT menurut Asia Pasifik di atas.
Berat badan diukur dengan alat timbangan yang telah distandarisasi . Penimbangan dilakukan dengan melepas sepatu namun masih menggunakan baju
olahraga. Pembacaan berat badan dalam kilogram dengan kepekaan 0,1 kg. Tinggi badan diukur dengan microtoise yang sudah distandarisasi.
Pengukuran dilakukan dengan posisi tegak, muka menghadap lurus kedepan tanpa memakai alas kaki. Pembacaan tinggi badan dalam meter dengan kepekaan 0,1
cm.
17
2.3.3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh adalah indeks yang mudah digunakan antara berat badan dan tinggi badan yang sering dipakai untuk mengelompokkan underweight,
overweight dan obese pada dewasa. Indeks massa tubuh didefinisikan sebagai
hasil dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter kgm
2
. Sebagai contoh, dewasa yang memiliki berat badan 70 kg dan tinggi badan 1,75 m akan mempunyai IMT 22,9.
18
Universitas Sumatera Utara
IMT = 70 kg 1,75 m
2
= 70 3,06 = 22,9
Nilai IMT tidak bergantung pada umur dan juga jenis kelamin. Akan tetapi, IMT mungkin tidak cocok untuk tingkat kegemukan yang sama pada populasi
yang berbeda dan sebagian lagi pada perbedaan proporsi tubuh. Risiko kesehatan behubungan dengan peningkatan IMT masih berlanjut dan interpretasi dari kelas
IMT berisiko berbeda untuk populasi yang berbeda.
18
Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika kulit hitam
memiliki nilai IMT lebih tinggi dari etnik Polinesia dan etnik Polinesia memiliki nilai IMT lebih tinggi daripada etnik Kaukasia, sedangkan untuk Indonesia
memiliki nilai IMT berbeda 3,2 kgm
2
dibandingkan etnik Kaukasia.
16
Tabel 2.2 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik Klasifikasi
IMT
Berat badan kurang Kisaran normal
Berat badan lebih Berisiko
Obesitas I
Obesitas II
18.5 18.5-22,9
23 23-24.9
25-29.9 30
Sumber: Ilmu Penyakit Dalam Ed. V Jilid III.
2.3.4 Hubungan Indeks Massa Tubuh IMT dengan Ketahanan Otot