Jarak Sumur Gali dengan Kandang Ternak di Desa Sialang Buah
terdapat sumber pencemaran lainnya seperti jarak sumur gali dari septic tank dan jamban. Jarak jamban yang berdekatan mempunyai pengaruh terhadap kandungan
bakteri di dalam air sumur. Kontruksi jamban juga mempengaruhi kualitas air dimana jamban berbentuk lubang tempat penampungan kotoran manusia dibuat tidak
memakai septik tank, yaitu dibuat dengan lubang penampungan biasa dan sebagian lagi dibuat dengan penampungan permanen dengan bagian dasar atau lantainya
belum diplester. Hal ini menimbulkan resiko pencemaran air sumur, karena bak penampungan tinja dan lantai tidak kedap air. Jarak yang berdekatan disebabkan
karena keterbatasan lahan yang membuat masyarakat membangun kandang ternak berada pada jarak kurang dari 10 meter dari sumber air bersih, sehingga
memudahkan terjadinya pencemaran melalui tanah yang meresap ke dalam sumur gali. Kotoran ternak terutama hewan yang berdarah panas serta yang sering
ditemukan pada manusia sebagai organisme patogen, terdapat mikroorganisme yang salah satunya adalah bakteri coliform dalam jumlah yang besar rata-rata sekitar 50
juta per gram Soeparman, 2002. Selain jarak , hal ini terjadi karena faktor lain seperti konstruksi sumur dan perilaku pengguna sumur gali. Dengan demikian jarak
sumur dengan kandang ternak yang jauh sekalipun tidak menjamin kualitas bakteriologis air memenuhi syarat.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Gotaas, dkk dalam soeparman 2002, sumber kontaminasi yang berupa tinja yang ditempatkan dalam lubang yang
menembus permukaan air tanah. Sampel positif organisme coliform didapatkan pada jarak 4 meter sampai 6 meter dari sumber kontaminasi. Daerah kontaminasi melebar
keluar sampai kira-kira 2 meter pada titik yang berjarak sekitar 5 meter dari jamban dan menyempit pada kira-kira 11 meter. kontaminasi tidak bergerak melawan arah
aliran air tanah. Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban atau tempat pencemaran akan mengalami penyumbatan, dan sampel yang positif dapat diperoleh
hanya pada jarak 2-3 meter dari lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah menyempit. Pola pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan
pencemaran bakteriologis, hanya jarak jangkaunya lebih jauh. Menurut penelitian yang dilakukan Gotaas, dkk 2002 menemukan bahwa
bakteri dapat dipindahkan sampai jarak 30 meter dari titik pembuangannya dalam waktu 33 jam. Selain itu terdapat penurunan cepat jumlah bakteri sepanjang jarak
karena terjadi filtrasi yang selektif dan kematian bakteri. Penelitian Chairunnisa 2012, yang menyatakan jarak sumber pencemar
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas bekteriologis air sumur gali. Hal ini mungkin disebabkan karena lapisan tanah yang akan menyaring semua
material yang melewatinya termasuk bakteri. Bakteri yang terdapat dalam tanah dapat mencapai air tanah dengan proses infiltrasi. Proses infiltrasi dipengaruhi oleh
gaya gravitasi maupun gaya kapiler. Gaya gravitasi bersifat mengalirkan air secara vertikal kedalam tanah sedangkan kapiler bersifat mengalirkan air secara tegak lurus,
keatas, kebawah dan arah horizontal. Sehingga semakin jauh semakin sedikit jumlah bakteri karena mengalami penyaringan oleh tanah atau material penyusun tanah
Asdak, 2007
Penelitian yang dilakukan Chiroma et al 2007 menyatakan bahwa sumur yang dibangun dekat dengan sumber pencemaran seperti limbah domestik, jamban
dan genangan air memiliki kandungan total coliform yang tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Prajawati 2008 yang
menyatakan bahwa adanya hubungan antara jarak lokasi sumur dengan sumber pencemar terhadap kualitas mikrobiologi air sumur.
5.4Konstruksi Sumur Gali terhadap Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali di Desa Sialang Buah
Kondisi sumur gali ada yang memenuhi syarat dan ada yang tidak memenuhi syarat, hal ini dapat dilihat dari lokasinya seperti jarak terhadap sumber pencemar
dan konstruksinya Prajawati, 2008. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 20 sumur yang
konstruksinya tidak memenuhi syarat, 20 sumur 100 memiliki kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat dan dari 12 sumur yang konstruksinya
memenuhi syarat, 7 sumur 58,3 diantaranya memiliki kualitas bakteriologis yang tidak memenuhi syarat. Hasil analisis bivariat dengan uji chi square didapat nilai p =
0,002 p 0,05, artinya ada hubungan yang signifikan antara konstruksi sumur gali dengan kualitas bakteriologis pada air sumur gali.
Konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat dilihat dari keadaan lantai sumur gali dominan memiliki lantai kurang dari 1 meter dan tidak kedap air dan
keadaan dinding sumur sebagian memiliki tinggi yang kurang dari 3 meter dan tidak kedap air. Hal ini mengakibatkan air sumur gali dapat tercemar melalui rembesan
yang masuk kedalam lewat pori-pori tanah dan meresap kedalam dinding yang tidak kedap air sehingga akan mempengaruhi kualitas bakteriologis air. Sebagian sumur
memiliki ketinggian air didalam sumur tidak mencapai 3 meter yang nantinya akan membuat bakteri dapat bertahan hidup di kedalaman kurang dari 3 meter. Menurut
Depkes 1990 dalam Entjang 2001 menyatakan syarat fisik sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan seperti kondisi lantai harus kedap air dengan lebar
minimal 1 meter dari tepi bibir sumur, tidak retakbocor, mudah dibersihkan,tidak tergenang air, dan kemiringan 1-5 kearah saluran pembuangan air limbah agar air
bekas dapat mudah mengalir ke saluran air limbah. Dinding sumur minimal sedalam 3 meter dari permukaan lantai atau tanah, dibuat dari bahan kedap air dan kuat tidak
mudah retaklongsor untuk mencegah merembesnya air ke dalam sumur. Dinding sumur yang kedap air dan lantai kedap air akan mencegah bakteri masuk kedalam
sumur gali dan akan mempengaruhi kualitas air sumur. Meskipun keadaan bibir sumur gali responden dominan memiliki tinggi lebih
dari 70 cm dan kedap air dan keadaan tutup sumur sebagian memiliki tutup. Namun pencemaran air sumur dapat saja terjadi karena keadaan konstruksi yang lain tidak
memenuhi syarat seperti letak timba dilantai, seharusnya pengambilan air dengan timba sebaiknya harus selalu digantung dan tidak diletakkan di lantai sumur. Hal ini
untuk mencegah pencemaran air melalui timba Entjang, 2001. Berdasarkan hasil observasi sebagian responden tidak memiliki saluran
pembuangan limbah sumur gali dan tidak kedap air. Hal ini dapat mengakibatkan air akan tergenang disekitar sumur gali dan membuat air yang berada disekitar sumur
meresap melalui pori-pori tanah dan dapat mencapai air sumur bila konstruksi dinding sumur tidak kedap air. Sumur gali masyarakat tidak memenuhi syarat karena
masih memiliki sumber pencemar lain seperti jarak sumur dengan septik tank dan tempat pembuangan sampah karena akan mempengaruhi kualitas bakteriologis air
sumur Entjang, 2001. Kondisi fisik atau konstruksi sumber air bersih yang tidak memenuhi standar
kesehatan juga dapat menjadi sumber pencemar karena air yang sudah tercampur dengan bakteri atau sumber pencemaran lain dapat merembes melalui pori-pori
dinding, bibir dan lantai sumber air bersih yang tidak kedap air dan masuk kedalam sumber air bersih sehingga menyebabkan pencemaran Radjak, 2013.
Konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah aspek pengetahuan yang dimiliki si pemilik sumur
terhadap dampak konstruksi sumur gali yang tidak memenuhi syarat. Selain itu, aspek pengetahuan yang lain mencakup ketidaktahuan pemilik sumur gali tentang
konstruksi sumur yang memenuhi syarat. Masyarakat mengetahui syarat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat tetapi tindakan berupa memperbaiki konstruksi
sumur gali tidak nyata karena aspek seperti keadaan perekonomian masyarakat yang menggunakan sumur sebagai sumber air bersih dimana untuk membuat sumur
dengan konstruksi sumur yang memenuhi syarat membutuhkan dana yang lebih besar seperti penyediaan bahan bangunan seperti semen dalam pembuatan dinding
dan lantai yang kedap air. Aspek lain yang mempengaruhi adalah jumlah pemakai sumur dan umur sumur, makin banyak jumlah pemakai sumur berarti semakin
banyak air diambil dari sumur yang berarti berpengaruh juga terhadap merembesnya bakteri koliform ke dalam sumur. Banyaknya jumlah pemakai sumur juga
mempengaruhi kemungkinan terjadinya pencemaran sumur secara kontak langsung antara sumber pencemar dengan air sumur, misalnya saat melalui ember atau tali
yang digunakan. Sumur yang digunakan cukup lama dan volume air yang diambil relatif banyak, menyebabkan aliran air tanah disekitar sumur semakin mendominasi.
Selain itu sumber pencemar yang ada disekitar sumur juga semakin banyak sejalan dengan perkembangan aktivitas manusia seperti mencuci dan mandi. Hal ini
memberi peluang lebih besar terhadap merembesnya bakteri koliform dari sumber pencemar kedalam sumur gali. Sumur yang digunakan dalam waktu yang relatif
lama kemungkinan mengalami pencemaran, selain bertambahnya sumber pencemar juga lebih mudahnya sumber pencemar merembes kedalam sumur mengikuti aliran
air tanah yang berbentuk memusat kearah sumur. Hasil penelitian Nining 2007 yang menyatakan bahwa konstruksi sumur gali
paling memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kandungan bakteriologis air sumur gali. Penelitian Idhamsyah 2008 menyatakan bahwa konstruksi sumur
memberikan pengaruh bermakna terhadap kualitas bakteriologis air sumur gali. Penelitian Irianti 2001 menyatakan bahwa dinding sumur, genangan air
dalam jarak 2 meter dan letak sumur merupakan variabel yang bermakna terhadap kandungan bakteriologis air sumur gali. Kondisi sumur gali mudah mengalami
pencemaran karena sumber pencemar dapat merembes melalui pori-pori lantai, bibir
sumur, dinding sumur yang tidak kedap air dan tidak adanya saluran pembuangan air limbah.