lingkungan hidup, dan sebaliknya bila tidak dikelola dengan baik akan mencemari atau memperburuk lingkungan.Dolok Sihombing, 1997
Sifat-sifat limbah ternak babi dibagi menjadi 2 yaitu fisik dan biologis:
a. Sifat Fisik Limbah : Limbah babi dapat dianggap sebagai bahan padat kurang
dari 85 air, cairan, tergantung dari konsistensinya dan kadar airnya. Limbah padat tak mengalir dan ditangani dengan alat biasa, seperti lantai berbilah dan
dengan alat seperti sekop. b.
Sifat Biologis Limbah : Limbah ternak babi terutama terdiri dari bahan organik. Setelah feses dikeluarkan ternak terjadi dekomposisi atau perombakan bahan
tersebut oleh mikroorganisme. Bahan – bahan organik dipecah menjadi bahan yang lebih sederhana dan terbentuklah beberapa gas. Bila proses dekomposisi
terjadi dengan hadirnya oksigen disebut dengan aerob dan bila proses dekomposisi terjadi tanpa oksigen disebut dengan proses anaerob.
Merencanakan tempat penampungan atau pengolahan limbah ternak babi perlu disediakan tempat yang terjamin untuk menampung volume limbah yang
dihasilkan dan dalam waktu berapa lama limbah ditahan didalam penampungan. Limbah ternak babi ditampung ditempat penampungan sementara. Lagun adalah
kolam dengan sistem manajemen limbah yang praktis mengurangi tenaga kerja dan cukup waktu menampung sebelum digunakan untuk beberapa tujuan seperti
tanaman pertanian. Tempat penampungan harus memenuhi syarat: a.
Volume penampungan cukup agar tidak tercecer dan berserak. b.
Tempat penampungan harus cukup menampung untuk jangka waktu tertentu.
c. Struktur penampungan harus menjamin limbah agar jangan mencemari air
permukaan ataupun permukaan air dalam tanah. d.
Dari lokasi penampungan limbah harus mudah diangkut.
2.8 Jarak Kandang Ternak dengan Sumur Gali
Jarak kandang ternak adalah panjang meter antara sumur gali dengan kandang ternak yang diukur dengan meter gulung dan diukur dari dinding kandang
ternak yang terdekat dengan sumur gali. Jarak yang berdekatan akan memberikan dampak terhadap sumber air bersih karena limbah hewan yang berupa feses dan
urine dapat bertindak sebagai media pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Sumber kontaminasi yang berupa tinja manusia yang ditempatkan dalam
lubang yang menembus permukaan air tanah. Sampel positif organisme coliform didapatkan pada jarak 4 m sampai 6 m dari sumber kontaminasi. Daerah kontaminasi
melebar keluar sampai kira-kira 2 m pada titik yang berjarak sekitar 5 m dari jamban dan menyempit pada kira-kira 11 m. kontaminasi tidak bergerak melawan arah aliran
air tanah. Setelah beberapa bulan, tanah sekitar jamban akan mengalami penyumbatan, dan sampel yang positif dapat diperoleh hanya pada jarak 2-3 m dari
lubang. Dengan kata lain, daerah kontaminasi tanah telah menyempit. Pola pencemaran secara kimiawi sama bentuknya dengan pencemaran bakteriologis,
hanya jarak jangkaunya lebih jauh.Gotas, dkk 2002. Berdasarkan sudut pandang sanitasi, yang penting diperhatikan dalam jarak
perpindahan maksimum dari bahan pencemar dan kenyataan bahwa arah perpindahan selalu searah dengan arah aliran air tanah. Dalam penempatan sumur, harus diingat
bahwa air yang berada dalam lingkaran pengaruh sumur mengalir menuju sumur tersebut. Tidak boleh ada bagian daerah kontaminasi kimiawi ataupun bakteriologis
yang berada dalam jarak jangkau lingkaran pengaruh sumur Soeparman, 2002. Jarak aman antara sumber pencemar dengan sumber air dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: a.
Topografi Tanah: Topografi tanah dipengaruhi oleh kondisi permukaan tanah dan sudut kemiringan tanah.
b. Faktor Hidrologi: kedalaman air tanah, arah dan kecepatan aliran tanah,
lapisan tanah yang berbatu dan berpasir. Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan jarak yang diperlukan untuk
daerah yang lapisan tanahnya terbentuk dari tanah liat.
c. Faktor Meteorologi: daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus
lebih jauh dari sumber pencemar.
d. Jenis mikroorganisme: karakteristik mikroorganisme antara lain dapat
disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan lembab.
e. Faktor Kebudayaan: kebiasaan masyarakat yang membuat sumur tanpa
dilengkapi dengan dinding sumur.
f. Frekuensi Pemompaan: makin banyaknya air sumur yang diambil untuk
keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk mengisi
kekosongan Chandra, 2007. 2.9 Perilaku