2.2. Pendapatan Asli Daerah PAD
Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa “Pendapatan asli daerah adalah
pendapatan yang diperoleh yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Menurut Halim 2007:96, PAD
merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.
2.3. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah PAD 2.3.1. Pajak Daerah
Menurut UU No. 28 Tahun 2009, pajak daerah yang disebut pajak adalah “kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Terkait dengan pendapatan pajak yang berbeda bagi provinsi dan kabupatenkota
sesuai dengan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah. Menurut UU tersebut,
jenis pendapatan pajak untuk provinsi meliputi objek pendapatan berikut: 1.
Pajak kendaraan bermotor. 2.
Bea balik nama kendaraan bermotor. 3.
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor. 4.
Pajak kendaraan di atas air. 5.
Pajak air di bawah tanah.
Universitas Sumatera Utara
6. Pajak air permukaan.
Selanjutnya, jenis pajak kabupatenkota tersusun atas: 1.
Pajak hotel. 2.
Pajak restoran. 3.
Pajak hiburan. 4.
Pajak reklame. 5.
Pajak penerangan jalan. 6.
Pajak pengambilan bahan galian golongan C. 7.
Pajak parkir.
2.3.2. Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Pendapatan retribusi juga berbeda untuk provinsi dan
kabupatenkota, terkait dengan UU No. 34 Tahun 2000. Untuk provinsi,
jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:
1. Retribusi pelayanan kesehatan.
2. Retribusi pemakaian kekayaan daerah.
3. Retribusi penggantian biaya cetak peta.
4. Retribusi pengujian kapal perikanan.
Selanjutnya, jenis pendapatan retribusi untuk kabupatenkota meliputi objek pendapatan berikut:
1. Retribusi pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2. Retribusi pelayanan persampahankebersihan.
3. Retribusi penggantian biaya cetak KTP.
4. Retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil.
5. Retribusi pelayanan pemakaman.
6. Retribusi pelayanan pengabuan mayat.
7. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum.
8. Retribusi pelayanan pasar.
9. Retribusi pengujian kendaraan bermotor.
10. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran.
11. Retribusi penggantian biaya cetak peta.
12. Retribusi pengujian kapal perikanan.
13. Retribusi pemakaian kekayaan daerah.
14. Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan.
15. Retribusi jasa usaha tempat pelelangan.
16. Retribusi jasa usaha terminal.
17. Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir.
18. Retribusi jasa usaha tempat penginapanpesanggrahanvilla.
19. Retribusi jasa usaha penyedotan kakus.
20. Retribusi jasa usaha rumah potong hewan.
21. Retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal.
22. Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga.
23. Retribusi jasa usaha penyeberangan di atas air.
24. Retribusi jasa usaha pengelolaan limbah cair.
Universitas Sumatera Utara
25. Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah.
26. Retribusi izin mendirikan bagunan.
27. Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol.
28. Retribusi izin gangguan.
29. Retribusi izin trayek.
2.3.3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah.
2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara.
3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
2.3.4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemda. Undang-undang No. 33 Tahun 2004 menjelaskan
PAD yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: 1.
Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan. 2.
Jasa giro. 3.
Pendapatan bunga.
Universitas Sumatera Utara
4. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah.
5. Penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan, pengadaan barang, dan jasa oleh daerah 6.
Penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.
8. Pendapatan denda pajak.
9. Pendapatan denda retribusi.
10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan.
11. Pendapatan dari pengembalian.
12. Fasilitas sosial dan umum.
13. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.
14. Pendapatan dari angsurancicilan penjualan.
2.4. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Berdasarkan Pasal 64 ayat 2 UU Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Pemerintahan Daerah, maka:
Pada orde baru, APBD dapat didefenisikan “Sebagai rencana operasional keuangan pemda, di mana pada satu pihak menggambarkan perkiraan
pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain
menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.” Pada orde lama,
definisi APBD adalah “Rencana pekerjaan keuangan financial workplan yang dibuat untuk suatu jangka waktu ketika badan legislatif DPRD
memberikan kredit kepada badan eksekutif kepala daerah untuk melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai dengan rancangan
yang menjadi dasar grondslag penetapan anggaran dan yang menunjukkan semua penghasilan untuk menutup pengeluaran tadi”. Halim, 2007:20
Universitas Sumatera Utara
Menurut UU No. 17 Tahun 2003, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah “Suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD”. Dalam UU tersebut, ditetapkan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBNAPBD
disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri atas: a.
Laporan Realisasi Anggaran LRA b.
Neraca c.
Laporan Arus Kas LAK d.
Catatan atas Laporan Keuangan CaLK
2.5. Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 3 ayat 4 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, fungsi APBD adalah:
1. Fungsi Otorisasi
Anggaran daerah merupakan dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi Perencanaan
Anggaran daerah merupakan pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi Pengawasan
Anggaran daerah menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Anggaran daerah diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi
Anggaran daerah harus mengandung arti memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilisasi
Anggaran daerah harus mengandung arti harus menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Struktur APBD