71
Tabel 3.55 ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit malaria yang berisiko berada di atas nilai rerata Provinsi Bali 0,3 terdapat di 4 kabupaten. Prevalensi penyakit malaria
berdasarkan diagnose oleh tenaga kesehatan dan gejala tertinggi di kabupaten Bangli. Prevalensi penyakit filaria berisiko di atas nilai rata-rata nasional=0,07 terdapat di 3
kabupaten. Prevalensi penyakit filaria berdasarkan diagnose oleh tenaga kesehatan tertinggi di kabupaten Buleleng, berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten Bangli.
Prevalensi penyakit DBD berisiko di tas nilai rerata Prov.Bali=0,3 terdapat di 3 kabupaten. Prevalensi penyakit DBD berdasarkan diagnose oleh tenaga kesehatan tertinggi
di kabupaten Bangli, berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten Bangli.
72
Tabel 3.56 Prevalensi Malaria, Filariasis Dan DBD Menurut Diagnosis oleh
Tenaga Kesehatan dan atau Gejala dan Karakteristik Latar Belakang Di Provinsi Bali, Riskesdas 2007
KabupatenKota Malaria
Filariasis DBD
DG D
O DG
D DG
D Kelompok Umur
1 Tahun 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
0,0 0,0
1 - 4 Tahun 0,0
0,0 0,0
0,2 0,0
0,2 0,0
5 - 14 Tahun 0,2
0,1 50,0
0,3 0,2
0,3 0,2
15 - 24 Tahun 0,1
0,0 100,0
0,2 0,1
0,2 0,1
25 - 34 Tahun 0,4
0,1 50,0
0,4 0,3
0,4 0,3
35 - 44 Tahun 0,3
0,1 33,3
0,4 0,1
0,4 0,1
45 - 54 Tahun 0,3
0,1 50,0
0,1 0,1
0,1 0,1
55 - 64 Tahun 0,6
0,2 33,3
0,2 0,0
0,2 0,0
65 - 74 Tahun 0,9
0,3 33,3
0,3 0,3
0,3 0,3
75 Tahun 1,2
0,0 50,0
0,6 0,0
0,6 0,0
Jenis Kelamin
Laki-Laki 0,2
0,1 50,0
0,3 0,2
0,3 0,2
Perempuan 0,4
0,1 41,7
0,3 0,1
0,3 0,1
Pendidikan
Tidak Sekolah 0,7
0,1 40,0
0,4 0,1
0,4 0,1
Tidak Tamat SD 0,7
0,2 33,3
0,3 0,1
0,3 0,1
Tamat SD 0,3
0,2 50,0
0,2 0,0
0,2 0,0
Tamat SMP 0,1
0,0 50,0
0,2 0,1
0,2 0,1
Tamat SMA 0,2
0,1 50,0
0,3 0,2
0,3 0,2
Perguruan Tinggi 0,0
0,0 0,0
0,6 0,3
0,6 0,3
Pekerjaan
Tidak Kerja 0,5
0,2 33,3
0,9 0,4
0,9 0,4
Sekolah 0,1
0,0 0,0
0,2 0,1
0,2 0,1
Ibu Rumah Tangga 0,0
0,0 0,0
0,2 0,2
0,2 0,2
PNSPolriBUMNBUMD 0,0
0,0 0,0
0,4 0,3
0,4 0,3
WiraswastaSwasta 0,3
0,1 33,3
0,2 0,1
0,2 0,1
PetaniNelayanBuruh 0,7
0,2 45,5
0,2 0,1
0,2 0,1
Lainnya 1,7
0,0 50,0
0,8 0,0
0,8 0,0
Tipe Daerah
Perkotaan 0,3
0,1 50,0
0,1 0,0
0,4 0,2
Perdesaan 0,4
0,1 36,4
0,1 0,1
0,2 0,1
Tingkat Pengeluaran per Kapita
Kuintil_1 0,3
0,1 25,0
0,2 0,0
0,2 0,0
Kuintil_2 0,5
0,2 50,0
0,3 0,1
0,3 0,1
Kuintil_3 0,2
0,1 66,7
0,4 0,2
0,4 0,2
Kuintil_4 0,3
0,1 33,3
0,3 0,2
0,3 0,2
Kuintil_5 0,3
0,2 40,0
0,3 0,2
0,3 0,2
Tabel 3.56 ini menunjukkan bahwa Prevalensi penyakit malaria berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau gejala, tertinggi pada kelompok umur 75 tahun 1,2, umur
73
65-74 tahun 0,9, disusul umur 55-64 tahun 0,6. Perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, semakin tinggi tingkat pendidikan prevalensi penyakit malaria
semakin rendah. Prevalensi penyakit Malaria berdasarkan pekerjaan KK sebagai buruhNelayanpetani tertinggi dibandingkan pekerjaan lainnya.
Prevalensi penyakit Filariasis berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala kelompok umur tertinggi 75 tahun 0,9, 25-34 tahun 0,4, 35-44 tahun 0,4.
Laki-laki sama banyak dengan perempuan, Tingkat pendidikan bervariasi tertinggi prevalensi Filariasis pada pendidikan tamat perguruan tinggi 0,6. Pekerjaan KK tidak
bekerja Prevalensi Filariasis tertinggi 0,9, perkotaan samabanyak dengan pedesaan, berdasarkan tingkat pengeluaran RT perkapita prevalensi filariasis bervariasi.
Prevalensi penyakit DBD berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala kelompok umur tertinggi 75 tahun 0,9, 25-34 tahun 0,4, 35-44 tahun 0,4. Laki-
laki sama banyak dengan perempuan, Tingkat pendidikan bervariasi tertinggi prevalensi DBD pada pendidikan tamat perguruan tinggi 0,6. Pekerjaan KK tidak bekerja Prevalensi
DBD tertinggi 0,9, perkotaan sama banyak dengan pedesaan, berdasarkan tingkat pengeluaran RT perkapita prevalensi DBD bervariasi tertinggi pada Kuintil3.
3.4.2 Prevalensi ISPA, Pnemonia, Tuberkulosis TB, dan Campak
Tabel 3.57 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TBC dan Campak Menurut Diagnosis
oleh Tenaga Kesehatan dan atau Gejala dan KabupatenKota di Provinsi Bali, Riskesdas 2007
KabupatenKota ISPA
Pneumonia TBC
Campak DG
D DG
D DG
D DG
D
Jembrana 16,6
8,4 0,8
0,2 0,2
0,0 0,2
0,0 Tabanan
20,7 3,1
0,4 0,1
0,0 0,0
0,1 0,0
Badung 18,7
2,0 0,7
0,3 0,1
0,0 0,3
0,1 Gianyar
27,3 3,3
0,6 0,1
0,1 0,0
0,1 0,0
Klungkung 30,2
7,8 1,0
0,3 0,3
0,3 0,3
0,0 Bangli
26,3 2,0
3,0 0,3
1,0 0,3
1,3 0,3
Karang Asem 30,5
5,8 3,5
0,8 0,1
0,0 0,3
0,1 Buleleng
28,8 15,2
4,1 0,9
1,6 1,1
0,9 0,8
Denpasar 4,2
1,0 0,9
0,3 0,5
0,2 0,6
0,5
Provinsi Bali 21,5
5,6 1,8
0,4 0,5
0,3 0,5
0,3
Tabel 3.57 ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ISPA yang berisiko berada di atas nilai rerata Prov.Bali =21,5 terdapat di 5 kabupaten. Prevalensi penyakit ISPA
berdasarkan diagnose oleh tenaga kesehatan tertinggi di kabupaten Karang asem, disusul kabupaten Klungkung Berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten Karang Asem.
Prevalensi penyakit pneumonia berisiko di atas nilai rerata prov.Bali=1,8 terdapat di 3 kabupaten. Prevalensi penyakit Pneumonia berdasarkan diagnose oleh tenaga
kesehatan tertinggi di kabupaten Buleleng, berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten Buleleng. Prevalensi penyakit TBCberisiko di tas nilai rerata Prov.Bali=0,5 terdapat di
2 kabupaten. Prevalensi penyakit TBC berdasarkan diagnose oleh tenaga kesehatan tertinggi di kabupaten Buleleng, berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten Bangli.
Prevalensi penyakit campak berisiko di atas nilai rerata Prov.Bali=0,5 terdapat di 3
74
kabupaten. Prevalensi penyakit campak berdasarkan diagnose oleh tenaga kesehatan tertinggi di kabupaten Bangli, demikan pula berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten
Bangli.
Tabel 3.58 Prevalensi ISPA, Pneumonia, TBC dan Campak Menurut Diagnosis oleh
Tenaga Kesehatan dan atau Gejala dan Karakteristik Latar Belakang di Provinsi Bali, Riskesdas 2007
KabupatenKota ISPA
Pneumonia TBC
Campak DG
D DG
D DG
D DG
D
Umur Tahun
1 35,6
12,9 35,6
12,9 35,6
12,9 2,0
1,0 1
– 4 35,6
11,1 35,6
11,1 35,6
11,1 0,9
0,7 5
– 14 24,1
7,0 24,1
7,0 24,1
7,0 0,7
0,5 15
– 24 17,6
3,6 17,6
3,6 17,6
3,6 0,4
0,2 25
– 34 15,3
2,8 15,3
2,8 15,3
2,8 0,4
0,2 35
– 44 17,0
4,2 17,0
4,2 17,0
4,2 0,2
0,1 45
– 54 19,8
5,5 19,8
5,5 19,8
5,5 0,3
0,1 55
– 64 24,5
7,0 24,5
7,0 24,5
7,0 0,4
0,0 65
– 74 28,6
8,3 28,6
8,3 28,6
8,3 0,6
0,0 75
31,7 7,3
31,7 7,3
31,7 7,3
0,6 0,0
Jenis Kelamin
Laki-Laki 20,4
5,4 1,6
0,4 0,5
0,3 0,4
0,3 Perempuan
22,6 5,9
1,9 0,5
0,6 0,2
0,5 0,3
Pendidikan
Tidak Sekolah 31,8
8,0 4,9
0,9 1,2
0,7 0,3
0,1 Tidak Tamat SD
24,4 6,0
2,6 0,4
1,0 0,6
0,6 0,2
Tamat SD 19,5
5,3 1,4
0,4 0,8
0,4 0,5
0,2 Tamat SMP
16,0 3,7
1,0 0,2
0,2 0,0
0,2 0,1
Tamat SMA 12,7
2,7 0,6
0,2 0,2
0,2 0,3
0,2 Tamat
Perguruan Tinggi
12,6 3,2
1,7 0,9
0,6 0,3
0,3 0,3
Pekerjaan
Tidak Kerja 24,3
5,9 4,0
0,9 1,4
0,9 0,7
0,4 Sekolah
18,7 5,3
0,7 0,1
0,2 0,0
0,6 0,5
Ibu RT 18,1
3,8 1,3
0,4 0,4
0,2 0,2
0,2 PNSPolriTNIBUMN
11,8 2,9
1,2 0,4
0,3 0,1
0,1 0,0
Wiraswasta 15,6
3,8 1,0
0,2 0,4
0,4 0,2
0,2 PetaniNelayan
Buruh 23,9
5,9 2,6
0,5 0,8
0,4 0,2
0,1 Lainnya
17,1 2,6
2,5 0,0
0,9 0,8
0,9 0,0
Tipe Daerah
Perkotaan 17,5
4,1 1,3
0,4 0,6
0,3 0,4
0,3 Perdesaan
25,9 7,4
2,2 0,5
0,5 0,3
0,5 0,3
Tingkat Pengeluaran per Kapita
Kuintil_1 23,1
5,1 1,5
0,3 0,4
0,2 0,5
0,3 Kuintil_2
20,5 4,7
1,6 0,3
0,3 0,2
0,7 0,4
Kuintil_3 22,1
6,0 1,9
0,5 0,8
0,3 0,5
0,3 Kuintil_4
20,8 6,0
1,9 0,4
0,3 0,2
0,2 0,2
Kuintil_5 21,0
6,5 1,9
0,6 0,8
0,6 0,3
0,2
Tabel 3.58 ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit ISPA berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala, tertinggi pada kelompok umur 1tahun
35,6, umur 1-4 tahun 35,6, disusul umur 75 tahun 31,7. Perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, semakin rendah tingkat pendidikan prevalensi penyakit
75
ISPA semakin besar. Prevalensi penyakit ISPA berdasarkan pekerjaan KK Tidak bekerja 24,3 tertinggi dibandingkan pekerjaan lainnya.
Prevalensi penyakit Pneumonia berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala kelompok umur tertinggi 1 tahun 35,6, 1-4 tahun 35,6, 75 tahun
31,7. Perempuani lebih banyak dibandingkan laki-laki. Tingkat pendidikan bervariasi tertinggi prevalensi Pneumonia pada pendidikan tidak sekolah 4,9.
Pekerjaan KK tidak bekerja Prevalensi Pneumonia tertinggi 4,0, perkotaan prevalensi lebih besar dibandingkan pedesaan, berdasarkan tingkat pengeluaran RT
perkapita prevalensi ISPA bervariasi.
Prevalensi penyakit TBC berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala kelompok umur tertinggi 1 tahun 35,6, 1-4 tahun 35,6, 75 tahun
31,7. Perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, Tingkat pendidikan bervariasi tertinggi prevalensi TBC pada pendidikan tidak sekolah 1,2. Pekerjaan
KK tidak bekerja Prevalensi TBC tertinggi 1,4, perkotaan prevalensi lebih besar dibandingkan pedesaan, berdasarkan tingkat pengeluaran RT perkapita prevalensi
TBC bervariasi.
Prevalensi penyakit Campak berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala kelompok umur tertinggi 1-4 tahun 0,9, 5-14 tahun 0,7, 65-74 tahun
0,6. perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, Tingkat pendidikan bervariasi tertinggi prevalensi Campak pada pendidikan tidak tamat SD 0,6, tamat SD 0,5.
Pekerjaan KK sekolah Prevalensi Campak tertinggi 0,5, perdesaan lebihbanyak dibandingkan perkotaan, berdasarkan tingkat pengeluaran RT perkapita prevalensi
Campak bervariasi tertinggi pada Kuintil2.
3.4.3
Prevalensi Tifoid, Hepatitis, Diare Tabel 3.59
Prevalensi Tifoid, Hepatitis dan Diare Menurut Diagnosis oleh Tenaga Kesehatan dan atau Gejala dan KabupatenKota
di Provinsi Bali, Riskesdas 2007
KabupatenKota Tifoid
Hepatitis Diare
DG D
DG D
DG D
O
Jembrana 0,8
0,6 0,2
0,0 4,2
3,4 57,9
Tabanan 0,4
0,4 0,1
0,1 4,6
3,4 52,8
Badung 0,9
0,5 0,1
0,0 6,8
5,9 67,9
Gianyar 0,5
0,2 0,2
0,1 7,0
3,2 71,9
Klungkung 0,3
0,3 0,0
0,0 7,8
5,2 62,5
Bangli 1,5
0,3 1,8
0,5 8,8
6,5 57,1
Karang Asem 1,4
0,4 0,1
0,0 7,4
5,3 75,5
Buleleng 1,6
1,2 0,2
0,2 12,7
10,6 36,1
Denpasar 0,5
0,4 0,5
0,0 4,2
2,0 48,9
Provinsi Bali 0,9
0,5 0,3
0,1 7,2
5,2 54,8
Tabel 3.59 ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit Typhoid yang berisiko berada di atas nilai rerata Prov.Bali =0,9 terdapat di 4 kabupaten. Prevalensi
penyakit Typhoid berdasarkan diagnose oleh tenaga kesehatan tertinggi di kabupaten Buleleng, berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten Bangli. Prevalensi
penyakit hepatitis berisiko di atas nilai rata-rata nasional=0,3 terdapat di 2 kabupaten. Prevalensi penyakit hepatitis berdasarkan diagnose oleh tenaga
kesehatan tertinggi di kabupaten Bangli, berdasarkan gejala tertinggi juga di
76
kabupaten Bangli. Prevalensi penyakit Diare berisiko di tas nilai rerata Prov.Bali=7,2 terdapat di 5 kabupaten. Prevalensi penyakit Diaqre berdasarkan
diagnose oleh tenaga kesehatan tertinggi di kabupaten Buleleng, berdasarkan gejala tertinggi di kabupaten Gianyar.
Tabel 3.60 menunjukkan bahwa Prevalensi penyakit Tifoid berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala, tertinggi pada kelompok umur 75 tahun
2,4, umur 65-74 tahun 1,2, disusul umur 1 tahun 1,0. Perempuan sama banyak dengan laki-laki, semakin rendah tingkat pendidikan prevalensi penyakit
Tifoid semakin besar. Prevalensi penyakit Tifoid berdasarkan pekerjaan KK Tidak bekerja 1,3 tertinggi dibandingkan pekerjaan lainnya. Perdesaan lebih banyak
dibandingkan perkotaan, Tingkat pengeluaran perkapita bervariasi.
Prevalensi penyakit Hepatitis berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala kelompok umur tertinggi 75 tahun 0,6, 65-74 tahun 0,6, 55-64
tahun 0,4. Laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Tingkat pendidikan bervariasi tertinggi prevalensi Hepatitis pada pendidikan Tamat Perguruan tinggi
0,9. Pekerjaan KK tidak bekerja Prevalensi Hepatitis tertinggi 4,0, perdesaan prevalensi lebih besar dibandingkan perkotaan, berdasarkan tingkat pengeluaran RT
perkapita prevalensi Hepatitis bervariasi.
Prevalensi penyakit Diare berdasarkan diagnoses oleh tenaga kesehatan dan atau gejala kelompok umur tertinggi 1 tahun 16,8, 1-4 tahun 15,7, 75 tahun
9,8. Laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, Tingkat pendidikan bervariasi tertinggi prevalensi Diare pada pendidikan tidak sekolah 9,8.
Pekerjaan KK tidak bekerja Prevalensi Diare tertinggi 1,4, perdesaan prevalensi lebih besar dibandingkan perkotaan, berdasarkan tingkat pengeluaran RT perkapita
prevalensi Diare bervariasi.
77
Tabel 3.60 Prevalensi Tifoid, Hepatitis, dan Diare Menurut Diagnosis oleh
Tenaga Kesehatan dan atau Gejala dan Karakteristik Latar Belakang di Provinsi Bali, Riskesdas 2007
KabupatenKota Tifoid
Hepatitis Diare
DG D
DG D
DG D
O
Umur Tahun
1 1,0
0,0 0,0
0,0 16,8
12,9 61,1
1 – 4
0,9 0,7
0,2 0,2
15,7 12,5
69,6 5
– 14 1,0
0,7 0,1
0,0 6,8
5,1 51,9
15 – 24
0,7 0,5
0,2 0,1
6,1 3,7
44,2 25
– 34 0,7
0,5 0,4
0,1 6,2
4,0 56,7
35 – 44
0,8 0,5
0,2 0,0
5,3 3,6
51,7 45
– 54 0,9
0,7 0,4
0,3 6,0
4,5 56,8
55 – 64
0,8 0,2
0,4 0,0
7,6 5,3
45,9 65
– 74 1,2
0,6 0,6
0,3 8,9
7,4 51,7
75 2,4
0,6 0,6
0,6 9,8
6,1 53,3
Jenis Kelamin
Laki-Laki 0,9
0,6 0,3
0,1 7,3
5,3 54,4
Perempuan 0,9
0,5 0,2
0,1 7,2
5,1 54,9
Pendidikan
Tidak Sekolah 1,6
0,6 0,6
0,3 9,8
7,0 50,0
Tidak Tamat SD 1,2
0,9 0,2
0,1 7,9
5,8 47,2
Tamat SD 1,0
0,6 0,5
0,1 6,4
4,5 50,0
Tamat SMP 0,5
0,4 0,1
0,1 5,9
4,0 55,1
Tamat SMA 0,6
0,3 0,2
0,0 3,8
2,2 50,0
Tamat Perguruan
Tinggi 0,3
0,3 0,9
0,3 5,2
3,7 61,1
Pekerjaan
Tidak Kerja 1,3
0,6 0,7
0,4 8,8
6,5 46,0
Sekolah 0,8
0,4 0,1
0,0 6,1
4,2 45,1
Ibu RT 0,6
0,3 0,2
0,0 5,7
3,8 46,7
PNSPolriTNIBUMN 0,5
0,3 0,3
0,1 4,0
2,5 65,5
Wiraswasta 0,6
0,4 0,2
0,1 4,4
3,2 56,1
PetaniNelayan Buruh
1,2 0,6
0,3 0,1
7,7 5,5
50,4 Lainnya
1,7 0,5
0,9 0,0
7,7 3,4
66,7
Tipe Daerah
Perkotaan 0,7
0,5 0,3
0,1 6,3
4,2 56,3
Perdesaan 1,1
0,6 0,3
0,1 8,3
6,3 53,5
Tingkat Pengeluaran per Kapita
Kuintil_1 0,8
0,4 0,3
0,2 8,1
6,1 57,1
Kuintil_2 1,1
0,7 0,4
0,1 6,9
4,8 53,8
Kuintil_3 0,9
0,5 0,4
0,1 6,8
5,0 56,8
Kuintil_4 0.7
0.3 0.2
0.1 7.5
5.5 54.1
Kuintil_5 1.0
0.8 0.2
0.1 6.9
4.5 52.2
78
3.5 Penyakit Tidak Menular
3.5.1 Penyakit Tidak Menular Utama, Penyakit Sendi, dan Penyakit Keturunan
Kasus PTM pada Riskesdas 2007 seperti, penyakit sendi, asma, stroke, jantung, diabetes, tumorkanker, gangguan jiwa berat, buta warna, glaukoma, bibir sumbing, dermatitis,
rhinitis, talasemia, dan hemofili ditetapkan ber dasarkan jawaban responden ―pernah
didiagnosis oleh tenaga kesehatan‖ atau ―mengalami gejala klnis PTM‖. Responden untuk penyakit sendi, hipertensi dan stroke berusia 15 tahun ke atas, dan untuk kasus PTM
lainnya responden adalah semua umur. Riwayat penyakit sendi, hipertensi, stroke dan asma ditanyakan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir, dan untuk jenis PTM lainnya kurun
waktu riwayat PTM adalah selama hidupnya. Dalam penulisan dan pembahasan hasil, kasus PTM berdasarkan kriteria pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan diberi istilah
‗diagnosis Nakes‘ dan menggunakan inisial D pada Tabel 3.59 Sedangkan gabungan kasus PTM yang pernah diagnosis Nakes dengan kasus yang mempunyai riwayat gejala PTM
adalah besarnya kasus PTM di masyarakat. Gabungan ini diber i istilah ‗diagnosisgejala‘
dan menggunakan inisial DG pada Tabel 3.60 Untuk kasus penyakit jantung, riwayat pernah mengalami gejala penyakit jantung dinilai
dari 5 pertanyaan dan disimpulkan menjadi 4 gejala yang mengarah ke penyakit jantung yaitu penyakit jantung kongenital, angina, aritmia, dan dekompensasi kordis. Responden
dikatakan pernah mengalami gejala jantung jika pernah mengalami salah satu dari 4 gejala tersebut.
Kasus hipertensi ditetapkan berdasarkan hasil pengukuranpemeriksaan tekanan darah, dengan alat pengukur tensimeter digital yang sebelumnya telah divalidasi dengan
menggunakan standar baku pengukuran dengan spigmomanometer. Pengukuran dilakukan pada responden yang berusia 15 tahun ke atas. Setiap responden dilakukan pengukuran
minimal 2 kali, jika hasil pengukuran ke dua berbeda lebih dari 10 mmHg dari pengukuran pertama, maka dilakukan pengukuran ke tiga. Kriteria hipertensi yang digunakan pada
penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik = 140 mmHg atau tekanan darah diastolik = 90 mmHg.
Kriteria JNC VII 2003 hanya berlaku untuk usia 18 tahun keatas, maka prevalensi hipertensi pada Riskesdas 2007 dihitung pada penduduk yang berusia 18 tahun ke atas. Mengingat
pengukuran tekanan darah dilakukan pada penduduk 15 tahun ke atas maka temuan kasus hipertensi pada usia 15-17 tahun sesuai kriteria JNC VII 2003 akan dilaporkan secara garis
besar sebagai tambahan informasi. Selain pengukuran tekanan darah, pada Riskesdas 2007 responden juga ditanyakan tentang riwayat minum obat hipertensi dan riwayat
diagnosis hipertensi oleh Nakes. Dalam penulisan pada Tabel 3.59 kasus hipertensi berdasarkan hasil pengukuran diberi inisial U, kasus hipertensi berdasarkan diagnosis
Nakes diberi inisial D, dan gabungan kasus hipertensi berdasarkan diagnosis Nakes dengan kasus hipertensi berdasarkan riwayat minum obat hipertensi diberi istilah diagnosisminum
obat dengan inisial DO.
79
Tabel 3.61 Prevalensi Penyakit Persendian, Hipertensi, dan Stroke Menurut
KabupatenKota Di Provinsi Bali, Riskesdas 2007
KabupatenKota Sendi
Hipertensi Stroke
D DG
D DO
U D
DG
Jembrana 20.2
28.9 5.2
5.3 25.0
0.3 0.4
Tabanan 18.2
32.2 8.0
8.4 32.0
0.5 0.7
Badung 19.2
24.4 3.9
4.3 25.0
0.6 0.6
Gianyar 10.4
32.7 3.4
3.4 29.5
0.3 0.4
Klungkung 27.6
43.7 6.3
6.5 28.5
0.3 0.3
Bangli 34.0
43.4 7.8
8.0 32.7
0.2 0.8
Karang Asem 26.8
43.5 5.5
5.6 24.4
0.5 0.8
Buleleng 32.5
41.9 8.8
8.9 36.2
0.7 1.3
Denpasar 6.7
16.1 3.9
3.9 25.8
0.3 0.4
Provinsi Bali 20.4
32.6 5.8
6.0 29.1
0.4 0.7
Catatan : D = Diagnosa oleh Nakes DG= Didiagnosis oleh nakes atau dengan gejala
DO = Kasus minum obat atau didiagnosis oleh nakes U = Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah
Penyakit Hipertensi dinilai pada penduduk berumur =18 tahun
Sebagian besar kasus PTM pada Riskesdas 2007, ditetapkan berdasarkan jawaban
responden ―pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan‖ atau ―mengalami gejala PTM‖. Pengukuranpemeriksaan fisik hanya dilakukan pada penetapan kasus hipertensi yaitu
melalui pengukuran tekanan darah. Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah
sistolik = 140 mmHg atau tekanan darah diastolik = 90 mmHg.
Tabel 3.61 menunjukkan, 32,6 penduduk provinsi Bali mengalami gangguan persendian, dan angka ini lebih tinggi dari prevalensi Nasional yaitu 22,6. Sementara prevalensi
penyakit persendian berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 20,4, lebih tinggi dengan angka Nasioanal yaitu 15,02. prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten
Bangli 34, sebaliknya prevalensi terendah di kota Denpasar 6,7.
Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau minum obat hipertensi berkisar antara 3,4 - 8,4. Memperhatikan angka prevalensi
hipertensi berdasarkan diagnosis atau minum obat dengan prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah di setiap KabupatenKota di provinsi Bali,
pada umumnya nampak perbedaan prevalensi yang cukup besar. Perbedaan prevalensi paling besar ditemukan di kabupaten Tabanan. Data ini menunjukkan banyak kasus
hipertensi di kabuapen Tabanan maupun di wilayah lainnya belum ditanggulangi dengan baik.
Berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan atau gejala yang menyerupai stroke, prevalensi stroke di provinsi Bali adalah 0,7 per 1000 penduduk. Menurut KabupatenKota
prevalensi stroke berkisar antara 0,3 -0,7 , dan kabupaten Buleleng mempunyai prevalensi lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya, baik berdasarkan diagnosis maupun
gejala.