Peletakkan tampah dalam tradisi puako ini melambangkan makna pelepasan sesaji yang disiapkan tersebut kealam bebas, peletakkan tampah yang
berisi sesaji-saji tersebut memaknakan bahwa berakhirnya tradisi puako yang ada didarat tersebut. Dalam peletakkan tersebut dilakukan diwaktu senja karena ada
sebuah keyakinan dalam hal ini bahwa setiap puako akan berkumpul pada waktu itu untuk mengkonsumsi sesaji-saji tesebut.
Dalam hal ini tempat pelepasan dari sesaji-sesaji tersebut tepat dipebatasan desa dan dipersimpangan atau pertigaan jalan melambangkan makna bahwa dalam
tempat-tempat tersebut dianggap sakral bagi masyarakat etnis Melayu yang menggunakan tradisi puako ini, karena sudah dilakukan juga oleh pendahulu-
pendahulu mereka yang juga menggemban tradisi ini sebelum mereka. Dan tempat ini juga dianggap juga ada penjaga puako mereka dan tempat
bekumpulnya puako-puako ditempat-tempat seperti ini.
4.2.2 Jenis Dan Makna Dalam Tradisi Puako Laut Pada Masyrakat Melayu Kabupaten Batubara
Adapun jenis dan makna dalam tradisi puako laut ini adalah sebagai berikut :
4.2.2.1 Ancak
Gambar 9 Ancak
Universitas Sumatera Utara
Makna yang melambangkan dalam ancak adalah bagaimana kesatuan dan keberagaman yang saling melengkapi, dalam setiap sudut-sudut berisi beberapa
bahan-bahan sesaji atau sajen yang terdiri atas dua buah ayam bakar, darah ayam yang diletakkan dalam tempurung kelapa, bunga pialang, sekepal nasi putih dan
kuning yang diletakkan dalam takir, rokok daun, kemenyan dan lilin.
Gambar : 10 kue kering dan kue basah Makna yang melambangkan kue-kue kering dan basah ini adalah pada
keberagaman baik sifat, watak dan prilaku namun memiliki tujuan tetap satu untuk kebaikan bersama dan untuk selalu dalam penjagaan puako tersebut.
Makanan juga memiliki makna bahwa sebagai wujud penghargaan, rasa hormat dan apresiasi pada puako sebagai penjaga dan melindungi sipemilik puako
tersebut. Dalam hal ini kue-kue yang disuguhkan kepada puako tersebut harus satu-satu perjenisnya yang melambangkan sebuah kesatuan yang bertujuan sama
Universitas Sumatera Utara
yang melindungi dan menjaga sipemilik puako tersebut dari segala sesuatu yang tidak diinginkan seperti bahaya, penyakit dan gangguan-gangguan yang lain.
Gambar 11 nasi kuning dan nasi putih Dalam hal ini makna yang melambangkan nasi kuning dan putih adalah
sebuah simbol dari kebersihan, maksudnya adalah kebersihan dari segala sesuatu yang dianggap tidak baik bagi diri sipemilik puako seperti keegoisan dan sifat
individualis sebagai sifat dasar manusia, namun dengan nasi kuning dan putih ini adalah bentuk dari makna bahwa setiap orang itu sama dan makananpun sama
sehingga tidak ada yang membedakan setiap manusia. Nasi putih dan kuning juga memiliki makna dua warna yang saling
membutuhkan, seperti manusia yang memiliki dua hal yaitu kehidupan dan kematian. Beras dan pulut yang dari alam sebagai lambang dari kehidupan
manusia yang memang membutuhkan alam untuk hidup bahkan setelah meninggalpun akan dikembalikan kepada alam.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 12 tulang ayam dan ayam bakar Dalam tradisi puako ayam yang sudah dibakar dan sisa-sisa ayam yang
sudah dimakan itu adalah lambang yang makna sebuah proses ketangkasan dan kekuatan namun pada akhirnya tak bisa melawan takdir dan harus menerima
takdir tersebut, sama seperti tradisi ini sekuat dan sehebat apapun sipemilik puako tersebut maka harus tetap harus diterima sebagai warisan dari orang tua dan
pendahulu-pendahulu mereka. Dalam hal ini ayam tersebut juga melambangkan bentuk penghormatan
pada puako tersebut sebagai suguhan atas apa yang telah dilakukan dalam menjaga, melindungi serta menyembuhkan penyakit sehingga menjadi bentuk
balas budi karena jasa-jasa dari puako tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 12 pembakaran kemenyan Makna dari kemenyan dan pembakaran kemenyan pada tradisi ini adalah
sebagai cara memanggil puako tersebut, dan kemenyan ini digunakan untuk menciptakan penghubungan antara puako dan sipemilik puako tersebut sehingga
terjadi proses komunikasi yang tidak disadari oleh para pemilik komunikasi yang dikenal sebagai sako-sako oleh masyrakat etnis melayu dikabupaten batubara.
4.2.2.2 Penghanyutan ancak
Makna dalam penghanyutan ancak kesungai atau kemuara dan laut adalah sebagai wujud pengembalian hak dari puako tersebut, yang memang tradisi ini
dibuat untuk puako itu, sehingga harus dihanyutkan agar dapat diterima oleh puako tersebut. Dan proses ini juga melambangkan diterima atau tidak sesaji atau
sajen yang dihanyutkan tersebut dapat dilihat apabila ancak tersebut lama tenggelam dan hanyut jauh maka sesaji tersebut diterima namun jikalau
sebaliknya berarti ancak tersebut belum diterima dan harus dibuat lebih baik ketika selanjutnya tradisi ini dilakukan yang normalnya dilakukan setahun
sekali.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Fungsi Tradisi Puako Pada Masyarakat Melayu di Kabupaten Batubara
Setiap tradisi sejatinya memiliki fungsi-fungsi disetiap pelaksanaannya, adapun fungsi-gungsi dari tradisi puako pada masyarakat melayu di kabupaten
batubara adalah sebagai berikut :
4.3.1 Fungsi Tradisi Puako Darat 4.3.1.1 Pemotongan Ayam
Dalam hal ini fungsi pemotongan ayam adalah untuk mengumpulkan darah yang diletakkan dalam wadah yang berupa tempurung kelapa. darah ayam yang
sudah ditampung tersebut berfungsi sebagai syarat wajib untuk puako-puako tau jin yang akan dipersembahkan untuk mereka.
4.3.1.2 Pemcabutan Bulu Ayam
Pencabutan bulu ayam ini dilakukan untuk melengkapi syarat dalam tradisi ini yang diletakkan dalam tampah nantinya yang diletakkan dalam daun pisang dalam
tradisi ini. Bulu ayam dianggap sakral pada tradisi ini sehingga diharuskan diletakkan bersama sesaji-sesaji atau sajen yang lain sehingga menjadi keharusan
untuk mengumpulkan bulu-bulu ayam sebagai fungsinya.
4.3.1.3 Memasak
Fungsi masak itu sendiri dalam tradisi puako ini adalah sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam tradisi ini, memasak yang tentunya untuk dimakan adalah
fungsinya sebagai menyiapkan makanan untuk sesaji tersebut juga untuk makanan sipemilik puako tersebut, setelah selelsai dimakan makan sisa-sisa ayam yang
Universitas Sumatera Utara