1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Partai politik berangkat dari anggapan bahwa dengan membentuk wadah organisasi mereka bisa menyatukan orang- orang yang mempunyai pikiran serupa
sehingga pikiran dan orientasi mereka bisa dikonsolidasikan. Dengan begitu pengaruh mereka bisa lebih besar dalam pembuatan dan pelaksanaan keputusan.
Partai politik didirikan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, baik di level lokal maupun nasional.
1
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota- anggotanya mempunyai orientasi, nilai- nilai dan cita-
cita yang sama.
2
Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik biasanya dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan programnya.
3
Dalam negara demokratis, partai politik menyelenggarakan beberapa fungsi ; salah satu fungsi ialah sebagai sarana komunikasi politik. Arus informasi
dalam suatu negara bersifat dua arah, artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam arus ini adalah sebagai jembatan antara
1
MiriamBudiardjo, Dasar- dasar Ilmu Politik Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2009, h. 403.
2
Ibid., h. 404.
3
Ibid., h. 404.
“mereka yang memerintah” the rulers dengan “mereka yang diperintah” the ruled.
4
Di dalam suatu masyarakat yang modern, apa lagi yang luas wilayahnya, pendapat dan aspirasi seseorang atau suatu kelompok akan hilang tak berbekas,
apabila tidak ditampung dan disalurkan sedemikian rupa sehingga kesimpang- siuran pendapat dalam masyarakat menjadi lebih teratur. Pendapat dan sikap yang
bermacam-macam itu perlu diolah dan dirumus sehingga dapat disampaikan kepada pemerintah dan pembuat keputusan lainnya dalam bentuk tuntutan atau
usul kebijakan umum public policy. Dengan demikian tuntutan- tuntutan dan kepentingan- kepentingan anggota masyarakat disampaikan kepada pemerintah
melalui suatu arus dari bawah ke atas. Proses merumuskan kepentingan- kepentingan ini dinamakan “perumusan kepentingan” atau “artikulasi
kepentingan” interest articulation.
5
Menurut Rush dan Althoff, komunikasi politik sebuah transmisi informasi yang relevan secara politis dari satu bagian sistem politik kepada sistem politik
yang lain, dan antara sistem sosial dengan sistem politik merupakan unsur dinamis dari suatu sistem politik, dan proses sosialisasi, partisipasi, serta rekrutmen politik
tergantung pada komunikasi.
6
Sedangkan dalam konteks sosialisasi politik, Graber memandang komunikasi politik sebagai proses pembelajaran, penerimaan dan
4
Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai Politik Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 1982, h. 14.
5
Ibid., h. 15.
6
Asep Saeful Muhtadi. Komunikasi Politik Indonesia. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008 h. 27.
persetujuan atas kebiasaan- kebiasaan atau aturan- aturan, struktur, dan faktor- faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kehidupan politik.
7
Strategi komunikasi pada hakekatnya adalah perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu, strategi
komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan seperti bagaimana bentuk pesannya, siapa komunikatornya serta
media apa yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut dan efek apa yang diinginkannya. Dalam arti kata bahwa pendekatan yang dilakukan kepada
khalayak bisa berbeda-beda tergantung dari situasi dan kondisi. Demikian juga hubungannya dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh suatu partai
politik, berhasil atau tidaknya sangat ditentukan oleh strategi komunikasi yang dilakukan pada saat kampanye politik.
Roger dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada pada
sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan para kurun waktu tertentu.
8
Dengan demikian, kampanye komunikasi merupakan tindakan komunikasi yang terorganisir yang diarahkan pada khalayak tertentu, dan pada
periode waktu tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Merujuk pada pernyataan diatas maka, masing-masing partai politik akan
saling berlomba-lomba untuk membentuk citra positif kepada masyarakat. Kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata.
Kampanye humas yang dimaksudkan untuk membangun citra positif lembaga
7
Ibid., h. 27.
8
Gun GunHeryanto dan Irwa Zarkasyi, Public Relations Politik. Bogor : Ghalia Indonesia, 2012 h. 83.
dimata publik sehingga muncul kepercayaan, penerimaan dan kesediaan publik untuk bekerjasama dengan lembaga tersebut. Kampanye sebuah upaya yang
diorganisasi oleh suatu kelompok agen perubahan yang ditujukan untuk memersuasi target sasaran agar bisa menerima, memodifikasi atau membuang ide,
sikap dan perilaku tertentu. Kampanye politik adalah sebuah peristiwa yang bisa didramatisasi.
9
Rogers dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangakaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu
pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
10
Merujuk pada definisi ini maka setiap kampanye partai politik setidaknya harus mengandung empat hal yakni ; 1 tindakan kampanye yang
ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu 2 jumlah khalayak sasaran yang besar 3 biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu 4
melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
11
Untuk pelaksanaannya, sebuah partai politik tidak begitu saja melepaskan kendali. Setidaknya mereka akan mempercayakan kepada humas yang lebih
mengerti akan pembentukan citra baik untuk khalayak. Tujuannya tidak jauh agar lebih terkonsep dan lebih efektif efisien menarik kontitusiensinya. Strategi
kehumasan yang baik diharap dapat menjembatani komunikasi politik antara partai politik dengan pendukung. Peran humas dalam politik bukan sekedar
dirasakan oleh partai politik namun juga beberapa Negara yang demokrasinya
9
HafiedCangara, Komunikasi Politik Konsep, Teori, dan Strategi. Jakarta: PT RakaGrafindo Persada, 2011 h.229.
10
Antar Venus, Manajemen Kampanye Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2009 h. 7.
11
Ibid., h. 7.
sudah mapan. Dengan melakukan konsultasi dengan kehumasan, partai politik juga dapat merancang strategi yang baik dalam tunjuk aksi kepada public dalam
kegiatan kampanyenya. Dengan memahami hal-hal tersebut maka bisa digambarkan bagaimana pentingnya humas bagi suatu organisasi terutama partai
politik yang merupakan organisasi yang membutuhkan dukungan massa. Hal ini menjadi penting, karena kehidupan suatu partai politik sangat
tergantung dari massa pendukungnya. Dukungan ini hanya dapat diperoleh bilamana parpol mampu menjaga harmoniasasi dengan khalayaknya. Dalam partai
politik yang dinamakan stakeholders adalah pihak-pihak yang yang harus dipuaskan dan diperhatikan kepentingannya, antara lain pendiri partai, pengurus,
pendukunganggota, simpatisan cendikiawan, pengusaha dan pemerintah. Tetapi
realitas menunjukkan
bahwa masih
banyak ditemukan
permasalahan yang terkait dengan pengelolaan hubungan antara partai politik dengan khalayaknya. Ketika fungsi partai politik tidak berjalan maksimal, maka
implikasinya adalah menurunnya elektabilitas parpol. Sepertinya hal itu inheren dengan apa yang terjadi pada elektabilitas parpol islam saat ini.
Dalam demokrasi yang tidak dipoles-poles untuk sekedar menjadi hiasan bibir, peralihan dan pergantian kekuasaan dilakukan memalui suatu mekanisme
yang disebut sebagai pemilihan umum. Persaingan politik menjadi suatu konsep yang sangat penting sekarang ini. Indonesia yang menganut sistem multipartai
membuat satu partai harus bersaing dengan partai lain. Pemilu 2014 tidak lama lagi. Partai politik sudah mempersiapkan diri
untuk bersaing. Yang menarik adalah bagaimana nasib partai politik Islam. Survei
terbaru dari Lingkaran Survei Indonesia tentang nasib dan masa depan partai Islam menarik untuk dicermati. Popularitas dan elektabilitas mereka berada di
bawah partai politik yang berhaluan nasionalis. Hasil survei tersebut menjadi peringatan bagi partai Islam untuk berbenah.
Sejumlah partai politik Islam dan berbasis massa Islam dinilai perlu kerja keras menghadapi Pemilu 2014. Survei-survei yang dilansir belakangan ini masih
menempatkan partai-partai Islam di bawah partai nasionalis. Sebagaimana diketahui, Survei LSI itu dilakukan pada 1-8 Oktober 2012, melibatkan 1.200
responden di 33 provinsi, dengan tingkat kesalahan sekitar 2,9 persen. Dari bukti- bukti empiris, memang terjadi trend penurunan perolehan suara Partai Islam. Pada
Pemilu pertama tahun 1955, Partai Islam menjadi kampium di Indonesia dengan perolehan suara sebesar 43,7 persen, kemudian menurun pada Pemilu 1999
menjadi 36,8 persen, naik sedikit menjadi 38,1 persen pada Pemilu 2004, dan Pemilu 2009 kembali menurun menjadi 25,1 persen.
12
Penurunan suara yang terus merosot yang dialami PPP dan PKB mengharuskan partai berbasis massa islam ini berbenah dan terus meningkatkan
elektabilitasnya untuk menghadapi Pemilu 2014 mendatang. Dalam hal merebut hati pemilih dengan komposisi peserta pemilu seperti saat ini, ditambah lagi,
berdasarkan hasil survei yang banyak dirilis, sekitar 40 persen masyarakat belum menentukan pilihan. Karena itu, partai-partai Islam perlu kerja keras untuk
meyakinkan kelompok pemilih ini.
12
MuhammadRidwan, Elektabititas Partai Islam dan Kompatibilitas Demokrasi. 2013. Diakses
tanggal 18
Maret 2013
dari file:C:UsersElfira20HannumDocumentsSemester208APartai20IslamElektabititas20
Partai20Islam20dan20Kompatibilitas20Demokrasi.htm
Tabel 1 Hasil perolehan suara Pemilu 2004 2009
13
Partai 2004
2009 PPP
9.248.764 suara 8,14
5.533.214 5,32
PKB 11.989.564 suara
10,57 5.146.122 suara
4,9
Dalam hal ini bagaimana membangun basis dukungan politik masyarakat luas perlu dicermati partai politik dalam komunikasi ideologinya. Tentunya hal ini
tidak akan dapat dilakukan tanpa adanya kesesuaian antara aspirasi dan harapan masyarakat dengan apa yang ditawarkan partai politik. Ketika masyarakat luas
dihadapkan pada permasalahan korupsi, maka diharapkan partai politik islam dapat mengangkat permasalahan ini menjadi isu politik. Namun, jika yang terjadi
adalah banyak elit parpol islam yang korupsi, tidak konsisten dan committed pada ideologi partai maka hal ini jelas akan mengurangi ketertarikan masyarakat.
Ketidaksesuaian ini terjadi, kredibilitas partai politik islam ini akan merosot, dan tentunya akan menurunkan dukungan terhadapnya.
Sebagai suatu bidang yang dianggap selalu berhubungan dengan masyarakat sebagian besar partai menyadari akan pentingnya humas dalam suatu
organisasi. Dengan adanya fenomena tersebut, menunjukkan humas sudah
13
ChozinChumaid, Partai Persatuan Pembangunan dan Pemilu 2009. 2009. Diunduh tanggal 18
Maret2013 dari
file:G:PARTAI20PERSATUAN20PEMBANGUNAN20dan20PEMILU20200920_ 20Ainulcentre999s20Blog.htm
dianggap bagian yang cukup membantu terhadap kelangsungan hidup partai politik. Penduduk Indonesia mayoritas Islam, tetapi tidak menjadikan partai Islam
sebagai pilihan. Beberapa alasan mendasar yang menyebabkan turunnya partai Islam,
seperti menyangkut keinginan masyarakat yang tidak menginginkan politik nasional beraroma agama. Penegasan ini didasarkan atas angka sebesar 67,8
persen pemilih muslim yang lebih memilih partai nasionalis. Budaya politik Indonesia yang bersifat parokial kaula, yaitu masyarakat
indonesia yang sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya, tetapi masih bersifat pasif di satu pihak dan budaya partisipan di lain pihak. Di satu segi massa
masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggung jawab politiknya yang mungkin di sebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh
penjajahan, feodalisme, ikatan primordial. Sedangkan di lain pihak kaum elitnya sungguh-sungguh merupakan partisipan yang aktif, yang kira-kiranya disebabkan
oleh pengaruh pendidikan modern Barat, kadang-kadang bersifat sekuler dalam arti relatif dapat membedakan faktor-faktor penyebab disintegrasi seperti: agama,
kesukuan, dan lain-lain.
14
Fenomena diatas bukti akan penting sosok seorang humas dibalik keberlangsungan sebuah partai politik. Segala bentuk aktivitas partai politik yang
berusaha keras untuk mendongkrak perolehan suara atau hanya sekedar mendapatkan citra baik. Seorang humas yang baik dalam partai politik akan
mengerti bagaimana cara mengambil simpati dari simpatisan yang baik dengan
14
Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia: Pemahaman Secara Teoritik dan Empirik. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011, h. 78
menyusun langkah dan strategi kampanye humas guna mensukseskan dan memenangkan menjelang pemilu 2014.
B. Batasan dan Rumusan Masalah