Analisis Jalur Model Trimming Definisi Operasional Variabel

43 digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan kata lain variabel indepanden secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel depanden signifikan Riduwan dan Engkos, 2008:117. 2. Hipotesis Secara Parsial Untuk melihat hubungan variabel X 1 , X 2 , X 3 , dan X 4 secara indivu atau parsial terhadap Y 1 dan dampaknya Y 2 digunakan Uji t, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka Beta atau Standardized Coefficient. Uji t dilakukan untuk mengetahui besarnya pengaruh msaing- masing variabel indepanden secara individual terhadap variabel dependen. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coefficients. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel indepanden secara individual terhadap variabel dependen maka digunakan tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel indepanden terhadap dependen koefisien regresi tidak signifikan. Sedangkan Jika nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka ada pengaruh dari variabel indepanden terhadap dependen koefisien regresi signifikan Riduwan dan Engkos, 2007:118.

E. Analisis Jalur Model Trimming

Dalam buku Riduwan dan Engkos, 2008: 127-128, Model trimming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur 44 analisis jalur dengan cara mengeluarkan dari model variabel eksogen yang koefisiennya jalurnya tidak signifikan Heise, 1969:58; Al-Rasyad Sitepu, 1994:12; Kusnaedi, 2005:12. Jadi, model trimming terjadi ketika koefisien jalur yang di uji secara keseluruhan ternyata ada variabel yang tidak signifikan. Walaupun ada satu, dua, atau lebih dari variabel yang tidak signifika, peneliti perlu memperbaiki model struktur analisis jalur yang telah dihipotesiskan. Cara menggunakan model trimming yaitu menghitung ulang koefisien jalur tanpa menyertakan variabel eksogen yang koefisien jalurnya tidak signifikan.

F. Definisi Operasional Variabel

Masing-masing variabel dalam penelitian ini secara operasional dapat didefinisikan sebagai berikut: 1. Tingkat Suku Bunga Riil Menurut N. Gregory Mankiw 2003:86 tingkat suku bunga dapat dibedakan secara makro yakni suku bunga nominal nominal interest rate dan suku bunga riil real interest rate. Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat bunga yang dapat diamati dipasar yakni tingkat bunga yang dibayar oleh bank dengan tidak memperhitungkan inflasi. Sedangkan, tingkat suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat suku bunga dengan mengukur tingkat pengembalian yang telah dikurangi inflasi yang menunjukan kenaikan daya beli masyarakat yang didalamnya sudah memperhitungkan inflasi. 45 Dalam bukunya Fabozzi, Modigliani dan Ferri 1999:204 menjelaskan suku bunga riil adalah suku bunga yang akan berlaku dalam perekonomian jika rata-rata harga barang dan jasa diperkirakan akan tetap konstan selama usia pinjaman. 2. Nilai Kurs Nilai tukar atau kurs exchange rate adalah tingkat dimana mata uang domestik dikonversikan menjadi mata uang asing Bodie, 2006: 175. Kurs exchange rate dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan Mankiw, 2003:123. Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga- harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama Krugman, 2000:40. Menurut Mankiw 2003:123 dalam literatur ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. ��� � � � � � = �� � �� � � � � − ��� Kurs Riil = Kurs Nominal × Rasio Tingkat Harga ε = e × PP 46 3. Produk Domestik Bruto PDB Produk domestik bruto adalah ukuran prooduksi toatal barang dan jasa dalam suatu perekonomian. PDB yang tumbuh dengan cepat menunjukan perekonomian yang berkembang dengan peluang yang berlimpah bagi perudsahaan untuk meningkatkan penjualan Bodie, 2006:177. Gross domestic product is the total market value of all final goods and services produced in a given year. GDP incclides all goods and services produced by either citizen-supplied or foreign-supplied resources employed within the country Mc Connel Brue, : 2005:112. Produk domestik bruto GDP mengukur pendapatan setiap orang dalam perekonomian dan pengeluaran total terhadap output barang dan jasa perekonomian Mankiw, 2003:16. 4. Uang Beredar M2 Dalam literatur ekonomi moneter, kajian mengenai mekanisme transmisikebijakan moneter pada awalnya mengacu pada peranan uang dalam perekonomian yang pertama kali dijelaskan oleh Teori Kuantitas Uang Quantity Theory of Money. Teori ini pada dasarnya menganalisis perubahan dalam penawaran uang akan menimbulkan perubahan yang sama persentasinya dengan tingkat harga. Kenaikan penawaran uang akan menaikan harga pada tingkat yang sama dan penurunan penawaran akan menurunkan harga juga pada tingkat yang 47 sama Sukirno, 2011:296. Teori kuantitas uang biasanya diterangkan dengan menggunakan persamaan pertukaran. Persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut: Dimana : M adalah penawaran uang, V adalah laju perdagangan, P adalah tingkat harga dan T adalah jumlah barang-barang dan jasa yang diperjual belikan dalam perekonomian. MV = PT 48

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan bukanlah merupakan barang baru di Indonesia. Sejarah pasar modal di Indonesia sebenarnya telah di mulai sejak pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Bursa Efek di Batavia pada tanggal 14 Desember 1912 yang diselenggarakan oleh Vereniging Voor Effect enhandel. Dengan mendasarkan pada pengalaman Belanda, pendirian bursa efek Stock Exchange di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besar- besaran di Indonesia. Efek yang diperjual belikan merupakan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda, serta efek- efek belanda lainnya. Dengan perkembangan Bursa Efek di Bataavia, pada tanggal 11 Januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemudian disusul dengan pembukaan bursa efek di Semerang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti akibat terjadi perang dunia kedua. Sejak tahun 1965 pemerintah telah mencoba mengaktifkan kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi. Pada awalnya, pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui