91
Nama – Nama Struktur Pekerjaan
Bagian Akomodasi
1. Hendri S.pd : Kepala Bagian Umum 2. Dra. Naimah Mardiah Matondang : Kepala Bagian Akomodasi
3. Khader Nasution : Kepala Seksi Akomodasi 4. Mhd. Darwin : Staf Akomodasi
5. Wanera Syafitri : Staf Akomodasi
Universitas Sumatera Utara
92
LAMPIRAN
DATA HOTEL
NON BINTANG
KOTA MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
93
LAMPIRAN SOP
Standar Operasional
Prosedur
Universitas Sumatera Utara
94
LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KOTA
MEDAN NOMOR 4 TAHUN
2014
Universitas Sumatera Utara
83
Daftar Pustaka
Anderson, james, L., 1979, Publik Policy Making Holt, Rinehart and Winston; New York
Dunn, William N.2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, ed. 2. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Grindle, Merilee S., ed, 1980, Politics and Apolicy Implementation in the Third Word, New Jersey: Princetown University Press
Kerlinger, 2000:11, Asas-asas Penelitian behavioral, Edisi 3, Cetakan 7 Gajah Mada University Press, Yokyakarta
Meleong, Lexy J. 2006 Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Miles, Mattew B dan A Michael Huberman 2007. Analisis Data Kualitatif, Buku sumber tentang Metode-metode baru. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Singaribuan, Masri dan Sofian Efendi, 2006, Metode Penelitian Survei Editor, LP3ES, Jakarta
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: ANDI Tangkilisan, Hessel Nogi. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi. Yogyakarta.
Lukman Offset. Van Meter dan Van Horn, 1975. The Policy Implementation Process:A
Conceptual Framework. New York: Harvester-Wheatsheft Wahab, Solichin Abdul, DR, MA, Analisis Kebijaksanaan, Bumi Aksara, Jakarta,
1997 Yoeti, Oka A. 1985, Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: An
Universitas Sumatera Utara
84
Sumber Perundang-Undangan :
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor :PM.17HK.001MKP- 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja DepartemenKebudayaan dan Pariwisata.
Peraturan Menteri kebudayaan dan pariwisata NomorPM.105UM.001MKP2010 Tentang Perubahan Pertama Atas RencanaStrategis Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Tahun 2010-2014.
Sumber Internet :
http:repository.usu.ac.idbitstream123456789341604Chapter20II.pdf diakses pada tangal 15 Desember 2014 pada pukul 15:20 WIB
http:pussisunimed.wordpress.compage15. 2010.Pariwisata Budaya Sumatera Utara Belum Mendapat Prioritas.
diakses pada tanggal 15 Desember 2014 pada pukul 19:10 WIB
http:www.pemkomedan.go.idpariwisata_list.php?category=Objek20Wisata Randika, Gusti. 2009. Objek Wisata Pantai Sebagai Aset Utama Dalam Industri
Pariwisata Di Kabupaten Serdang Bedagai. Kertas Karya. Medan : USU Repository.
diakses pada tanggal 30 februari 2015 pada pukul 16:20 WIB
Suara Usu Online. Senin, 12 Oktober 2009. Penangkaran buaya obyek wisatayang
terabaikan. http:suarausu-online
.comnew index
.php
Universitas Sumatera Utara
85
?option=com_content view=articleid=73:penangkaran-buaya-obyek-
wisatayang-terabaikan catid=43:jalan-jalan Itemid=63 | diakses pada tanggal 26 Maret 2015 pada pukul 13:30 WIB
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Yoeti, Oka. 2007. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.Wahab, Saleh. 2003.
Manajemen Kepariwisataan. Jakarta : PT PradnyaParamita. diakses pada tanggal 23 april 2015 pada pukul 17:00 WIB
http:www.Jakarta.90.jdjakv1produkhukumindex285 diakses pada tanggal 28 juni 2015 pada pukul 10:10 WIB
Universitas Sumatera Utara
59
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Disbudpar Kota Medan
Sejak tahun 1991 telah terbentuk Dinas Pariwisata Kota Medan, kemudian pada tahun 2001 ditambah urusan kebudayaan yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Perda kota Medan No. 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan jo. SK Walikota
Medan No. 202002 tentang Tujuan dan Fungsi Dinas dan Kebudayaan Kota Medan. Dan perubahan terakhir dengan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2009
tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota sebagai implementasi dari Peraturan Pemerintah RI No. 38 tahun 2007, jo. Peraturan
Pemerintah RI No. 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, yang merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang
berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Medan melalui Sekretaris Daerah. Dalam melaksanakan tugas, Dinas kebudayaan dan Pariwisata
Kota Medan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut.
a. Merumuskan keten tuan kebijakan standar teknis, pelayanan dibidang
kebudayaan dan pariwisata. b.
Melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang dibidang kebudayaan dan
pariwisata sesuai dengan ketentuan yang ada. c. Melaksanakan koordinasi kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak terkait.
Universitas Sumatera Utara
60
d. Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebudayaan dan pariwisata.
e. Menyelenggarakan pemberian perizinan dan pengawasan f. Memberikan masukan kepada walikota sesuai bidang tugas dan fungsinya.
3.2. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan
Kemajuan kebudayaan dan pariwisata merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dan pembangunan daerah dengan mewujudkan supremasi
hukum, dan pemerintah yang bersih, mengupayakan pertumbuhan dalam bidang ekonomi, pembangunan, pengentasan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan
rakyat, meningkatkan kerukunan kehidupan beragama, pelestarian budaya dan pemerataan pembangunan disegala bidang. Sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merumuskan visi yaitu “Menjadikan Kota Medan Sebagai Daerah Tujuan Wisata”.
Misi memberikan gambar untuk terwujudnya visi agar organisasi dapat terlaksana seperti apa yang diharapkan, maka diharapkan dari berbagai kalangan
terutama pihak yang berkepentingan untuk mengetahui dan mendukung program serta hasil yang akan diperoleh. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai
misi sebagai berikut: a.
Melindungi, melestarikan asset - aset kebudayaan daerah yang datangnya dari warisan leluhur dan memberikan kebebasan berekspresi dan
berkreasi dalam kesenian budaya dengan mengacu kepada nilai - nilai agama dan alat budaya yang ada.
Universitas Sumatera Utara
61
b. Meningkatkan, menampilkan atraksi budaya lokal dan kesenian daerah.
Generasi - generasi penerus dari sejak dini harus diperkenal kan dan dididik untuk mempelajari budaya dan kesenian yang ada dan
ditampilkan sesering mungkin untuk diketahui, diperkenalkan ke manca negara.
c. Meningkatkan sarana dan prasarana objek wisata Objek wisata yang telah
ada, sarana dan prasarana seperti jalan, penunjuk arah ke lokasi objek dibuat sebaik mungkin dan membangun kerjasama dengan pihak- pihak
lain untuk pembangunan objek wisata baru terutama wisata rekreasi yang masih sangat minim di kota Medan
d. Meningkatkan pelayanan kepariwisataan terutama sadar wisata masyarakat
di daerah tujuan wisata Seluruh komponen pelaku pariwisata harus menyadari bahwa kepariwisataan dapat mengangkat harkat, martabat dan
kesejahteraan rakyat, serta meningkatkan sistem informasi promosi baik dalam bentuk publikasi manual maupun elektronik dan melibatkan
stakeholder untuk saling menunjang dibidang masing - masing yang dilakukan secara profesional.
e. Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat terhadap peraturan dalam
bidang kepariwisataan. f.
Melaksanakan sosialisasi hukum dalam upaya peningkatan kesadaran hukum masyarakat terhadap kepariwisataan
Universitas Sumatera Utara
62
3.3.Struktur Organisasi
Dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan, Pasal 7, Pembangunan Kepariwisataan meliputi :
a. Industri Pariwisata, meliputi :
1. Akomodasi
2. Jasa boga dan restoran
3. Transportasi dan jasa angkutan
4. Tempat Penukaran uang money changer
5. Atraksi wisata
6. Cinderamata, dan
7. Biro perjalanan
b. Destinasi Pariwisata
c. Pemasaran Pariwisata dan
d. Kelembagaan Kepariwisataan
Dalam rangka mewujudkan Pembangunan Kepariwisataan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam melaksanakan tugas tetap
beracuan kepada Undang- Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 dengan berdasarkan Azas Otonomi dan menselaraskannya dengan kondisi dan potensi
yang ada serta dengan melakukan perbandingan sesuai dengan tugas masing- masing dilihat pada Gambar5.1 Dalam melaksanakan tugas, Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Medan menyelenggarakan fungsi : a.
Merumuskan ketentuankebijakan standar teknis, pelayanan dibidang Kebudayaan dan Pariwisata.
Universitas Sumatera Utara
63
b. Melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Pendek, Menengah dan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang dibidang Kebudayaan dan Pariwisata sesuai dengan Ketentuan yang ada.
c. Melaksanakan koordinasi kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak
terkait. d.
Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebudayaan dan pariwisata.
e. Menyelenggarakan pemberian perizinan dan pengawasan.
f. Memberikan masukan kepada Walikota dan melaksanakan tugas lain
yang diberikan oleh Walikota sesuai bidang tugas dan fungsinya.
Universitas Sumatera Utara
64
BAB IV PENYAJIAN DATA
Sudah di adakannya Penelitian dan pengumpulan data di lapangan melalui wawancara, dan pengamatan langsung maka peneliti memperoleh berbagai data
dari informan dan responden yang berkaitan dengan industri pariwisata : akomodasi perizinan hotel non bintang di dinas kebudayaan dan pariwisata kota
medan. Hasil wawancara yang diperoleh dari informan turut disajikan. Penyajian data mengenai hasil wawancara dengan informan adalah untuk
menjawab secara langsung pertanyakan - pertanyakan mengenai permasalahan sebenarnya kepada informan. Adapun penyajian yang berisian tentang penyajian
data mengenai permasalahan yang ingin di teliti tentang proses pembuatan surat perizinan usaha hotel non bintang di kota medan.
Data yang diperoleh peneliti melalui data primer akan disajikan dalam bentuk narasi atau deskriftif sesuai dengan kenyataan dilapangan dan dalam pihak
terkait yang terlibat langsung dalam industri pariwisata : akomodasi perizinan hotel non bintang dengan mengetahui proses pembuatan surat perizinan usaha
hotel non bintang.
4.1 Penyajian Data Hasil Wawancara
Dalam bab ini diuraikan hasil wawancara yang disajikan dalam bentuk wawancara tertulis. Adapun hasil wawancara tertulis ini merupakan salinan atas
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan kunci dan informan utama pada penelitian tentang industri pariwisata : akomodasi perizinan hotel non
Universitas Sumatera Utara
65
bintang dengan mengetahui proses pembuatan surat perizinan usaha hotel non bintang.
Pertanyakan yang diajukan kepada informan adalah pertanyakan yang berasal dari pedoman wawancara yang penulis susun berdasarkan indikator
penelitian yang telah disusun sebagai instrument dalam penelitian ini. a.
Hasil wawancara langsung dengan Staf Akomodasi Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medaan Bapak Mhd. Darwin
1.Pertanyakan mengenai Komunikasi : a.
TRANSMISI Apakah pengurusan surat izin hotel non bintang, harus melalui beberapa
tingkatan birokrasi aparatur pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan?
“iya, bahwasannya dalam pengurusan surat izin hotel non bintang, harus melalui beberapa tingkatan birokrasi aparatur seperti KTP Kartu Tanda
Penduduk , PBB Pajak Bumi dan bangunan , NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak, surat dari BPPT Badan Pengurusan Perizinan Terpadu yang hidup tahun
terakhir. Barulah bisa diproses di Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan” Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa dalam pengurusan surat izin
usaha hotel non bintang harus melalui beberapa tingkatan birokrasi aparatur yang sudah ada pada dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan.
b. KEJELASAN
Bagaimana cara pelaksana kebijakan memberikan informasi komunikasi yang jelas mengenai pengurusan surat izin usaha hotel non bintang pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan ?
Universitas Sumatera Utara
66
“dalam pelaksanaan kebijakan yang memberikan informasi komunikasi yang jelas mengenai pengurusan surat izin hotel non bintang, dapat di terima pada
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan untuk pengurusan surat izin usaha hotel non bintang yaitu suratnya harus lengkap agar bisa di proses, pajak harus
lengkap dari DISPENDA Dinas Pendapatan Daerah Kota Medan yang berupa : Pajak yang terakhir, HO Hak gangguan Izin Usaha, KTP Kartu tanda
Penduduk, PBB Pajak Bumi dan Banggunan, NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak, dan Pas Foto.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa dalam pengurusan surat izin usaha hotel non bintang harus mengikutin beberapa tahapan agar surat
perizinan usaha hotel tersebut dapat di proses dan melalui beberapa persyaratan. c.
KONSISTENSI Apakah informasi komunikasi yang di berikan pelaksana kepada
pengurusan surat izin hotel non bintang sesuai dengan peraturan daerah kota medan nomor 4 tahun 2014 ?
“informasi komunikasi yang diberikan pelaksana kepada pengurusan surat izin hotel non bintang sesuai dengan peraturan daerah, Iya, kalau
perizinannya Mati dan Masa berlakunya sudah habis maka surat perizinan usaha hotel non bintang Wajib di perpanjang”
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa pengurusaan surat izin hotel non bintang harus sesuai dengan tanggal jatuh tempo yang dibuat oleh
aparatur pemerintahan agar dapat diubah tanggal masa berlakunya.
Universitas Sumatera Utara
67
2. Pertanyaan mengenai Sumberdaya :
a. STAF
Apakah pelaksana kebijakan sudah memiliki keahlian atau kemampuan dalam mengimplementasikan kebijakan ?
apakah sipembuat surat izin hotel non bintang tersebut sudah mengetahui atau memahami cara pembuatan surat izin usaha tersebut
“pelaksana kebijakan wajib sudah memiliki keahlian atau kemampuan dalam mengimplementasikan kebijakan, karna sebelum membuat surat izin usaha
hotel non bintang para pelaksana terlebih dahulu harus memahami Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014”
Berdasarkan kutipan diatas dapat di lihat bahwa memang benar adanya bahwa pelaksanaan kebijakan wajib sudah memiliki keahlian dalam
mengimplementasikan kebijakan agar proses pembuatan surat izin usaha notel non bintang dapat berjalan sesuai peraturan daerah yang ada.
b. INFORMASI
Apakah informasi yang diterima oleh pengurus surat izin hotel non binang sudah sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan sudah
terlaksana dengan SOP ? “informasi yang diterima oleh pengurusan surat izin hotel non bintang
memnag sudah seharusnya wajib sesuai dengan peraturan pemerintahan yang telah di tetapkan, karna kalau dalam pengurusan surat izin usaha tidak sesuai
dengan SOP, maka Peraturan Daerah tidak berjalan dengan Lancar”
Universitas Sumatera Utara
68
Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa pengurusan surat izin hotel non bintang memang sudah seharusnya sesuai dengan peraturan pemerintahan
yang telah di tetapkan. c.
WEWENANG Apakah pelaksana kebijakan sudah menjalankan wewenangnya sesuai
dengan peraturan daerah usaha hotel non bintang pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan ?
“pelaksana kebijakan sudah memang wajib menjalankan wewenangnya sesuai dengan peraturan daerah usaha hotel non bintang, karna dia telah
melengkapi syarat-syarat yang ada, sesuai dengan Peraturan PerUndang- Undangan”
Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa dalam pelaksana kebijakan memang wajib menjalankan wewenangnta sesuai dengan peraturan daerah dan
perundang-undangan yang telah di tetapkan oleh pemerintahan. d.
FASILITAS Apa yang menjadi fasilitas yang disediakan dalam pelayanan administrasi
perizinan usaha hotel non bintang pada dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan ?
“Fasilitas yang disediakan dalam pelayanan administrasi perizinan usaha hotel non bintang yang berupa : Pelayanan Administrasi yang Baik seperti :
Pelayanan yang memudahkan bagi si pengurus surat izin usaha hotel non bintang, Brosur Pariwisata, Buklet yang ada di Kota Medan”
Universitas Sumatera Utara
69
Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa dalam proses pembuatan surat izin usaha hotel non bintang, pelayanan administrasi yang memudahkan si
pengurus surat izin usaha diberikan senyaman mungkin agar proses berjalan lancar.
3.Pertanyakan mengenai disposisi : a.
KOMITMEN Adakah komitmen dalam proses pengurusan surat izin usaha hotel non
bintang yang diberikan oleh pelaksana kebijakan ? “emang wajib adanya Komitmen dalam proses pengurusan surat izin usaha
Hotel non bintang yang diberikan oleh pelaksana kebijakan agar tidak menyimpang dari Undang-undang yang ada, seperti Contoh : didalam perizinan
usaha hotel non bintang persyaratan yang di genggam erat yaitu, tidak boleh didirikannya Hotel Non Bintang yang berjaraknya hanya 50 Meter dengan Mesjit
dan Rumah sekolah” Berdasarkan kutipan di atas dapat di lihat bahwa komitmen yang ada dalam
pengurusan surat izin usaha hotel non binang adanya persyaratan yang di gemgam erat sebelum mendirikan hotel non bintang.
b. KEJUJURAN
Apakah ada kebijakan yang diberikan kepala dinas kepada aparatur dalam menjalankan tugasnya ?
“kebijakan yang diberikan kepala dinas kepada aparatur dalam menjalankan tugasnya iya dan pasti ada, seperti SPT Surat Perintah Tugas
Contohnya : “apabila dalam surat, maka aparat diberikan kejujuran untuk
Universitas Sumatera Utara
70
mendatangi pelaksana pemilik hotel non bintang yang menyalahgunakan surat perizinan tersebut untuk menghadap ke dinas pariwisata.
” Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa dalam pengurusan surat
izin usaha hotel non bintang memang wajib adanya kejujuran atau kepercayaan satu sama lain.
4.pertanyakan mengenai Struktur birokrasi : a.
SOP standar operating procedur Apakah SOP dapat menjadi penghambat bagi implementasi kebijakan yang
baru ? “iya dalam implementasi yang baru, SOP yang sudah berlaku emank dapat
menghambat proses kebijakan, karna kalau SOP yang lama tidak sesuai maka SOP yang baru wajib di sesuaikan lagi dengan per
aturan sebelumnya.” Berdasarkan kutipan diatas dapat dilihat bahwa dalam pengurusan surat izin
usaha hotel non bintang memang ada prosedur persyaratan perizinan usaha agar proses tersebut dapat berjalan dengan lancar.
b. FRAGMANTASI
Apa akhibat dari pandangan-pandangan yang sempit terhadap birokrasi yang dapat merugikan keberhasilan implementasi ?
“akhibat dari pandangan-pandangan yang sempit terhadap birokrasi yang dapat merugikan keberhasilan implementasi yaitu timbulnya vitnah dari
organisasi-organisasi tertentu dan wartawan-wartawan tertentu untuk mendapat keuntungan masing-
masing”
Universitas Sumatera Utara
71
Berdasarkan kutipan diatas dilihat dalam proses pengurusan surat izin usaha hotel non bintang adanya pandangan sempit dari banyak kalangan
organisasi dan wartawan.
Universitas Sumatera Utara
72
BAB V ANALISIS DATA
Pada bab ini semua data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan fokus kajian penelitian. Data yang diperoleh adalah data
yang didapat dari hasil wawancara kepada inforaman kunci yaitu Bapak kepala bagian Akomodasi di bidang surat perizinan hotel non bintang pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Informan utama Bapak Staf Bagian Akomodasi Perizinan usaha Hotel non bintang dan juga dengan melakukan
penelitian dan pengamatan langsung ke lapangan.
Analisis terhadap proses perizinan usaha hotel non bintang sangat penting dilakukan karna untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan surat izin usaha
hotel non bintang dan bagaimana dampanknya bagi yang telah mendapatkan perizinan usaha hotel non bintang.
Dalam membuat Penelitian ini, ada beberapa Model Implementasi yang digunakan antara lain :
1. Komunikasi
George Edwards 2002 , menyatakan bahwa ada tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, kejelasan, dan konsistensi.
a. Transmisi
yaitu pengetahuan implementor tentang peraturan daerah tentang kepariwisataan pada dinas kebudayaan dan pariwisata. Sebelum implementor
dapat mengimplementasikan suatu keputusan, implementor harus menyadari
Universitas Sumatera Utara
73
bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Jika dianalisis secara umum dari hasil wawancara, syarat-syarat
yang dibutuhkan dan diminta oelh staf bagian akomodasi surat perizinan hotel non bintang merupakan persyaratan yang memang seharusnya dan syarat-syarat itu
sesuai dengan apa yang diminta oleh sipembuat surat perizinan. Tidak adanya keluhan tertentu dari individu yang membuat surat izin usaha tersebut. Individu
juga mengakui bahwa tidak sulit untuk melengkapi syarat-syarat yang diminta oleh pihak staf pembuatan surat izin usaha hotel non bintang.
Dan juga dalam pembuatan surat izin usaha hotel non bintang ini syarat- syaratnya harus lengkap dan harus diproses atau disahkan dulu di bagian BPPT
Badan Pengurusan Perizinan Terpadu yang hidup tahun terakhir, barulah bisa diproses di Dinas kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan.
b. Kejelasan,
yaitu pengetahuan implementor tentang tahap-tahap implementasi peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata. Jika kebijakan-kebijakan
diimplementasikan, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi harus jelas.
Ketidakjelasan komunikasi akan mendorong terjadinya interprestasi yang salah. Kejelasan yang dimaksud disini adalah bagaimana cara pelaksana
kebijakan memberikan informasi komunikasi yang jelas mengenai pengurusan surat izin usaha hotel non bintang maka kejelasan informasi komunikasi yang di
terima oleh dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan, suratnya harus lengkap agar bisa dip roses, pajak harus lengkap dari DISPENDA Dinas Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
74
Daerah Kota Medan yaitu pajak yang terakhir, HO hak Gangguan Izin Usaha, kTP Kartu Tanda Penduduk, PBB Pajak Bumi dan Banggunan, NPWP Nomor
Pokok Wajib Pajak, dan pas Foto. Analisis dalam proses pembuatan surat izin usaha hotel non bintang ini,
apabila tidak memenuhi syarat – syarat yang tidak lengkap, maka akan
mendorong terjadinya ketidakjelasan data yang sah, takutnya akan terjadi pembentrokan apabila sewaktu-waktu adanya pemeriksaan data untuk mengakui
bahwa usaha hotel tersebut telah sah dikeluarkan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan.
c. Konsistensi,
yaitu implementasi peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata harus sesuai dengan peraturan yang ada. Jika implementasi kebijakan
ingin berlangsung dengan efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas.
Konsistensi yang dimaksud disini yaitu apakah informasi komunikasi yang diberikan pelaksana kepada pengurusan surat izin usaha hotel non bintang
sesuai dengan peraturan daerah kota medan nomor 4 tahun 2014 yang berlaku maka kalau perizinan suratnya mati dan masa berlakunya sudah habis wajib
diperpanjang. Dari hasil analisis penelitian dari hasil wawancara, dapat dilihat bahwa
jangka waktu yang dibutuhkan dinilai dari konsistensi waktu penyelesaiannya. Ketepatan waktu yang sudah menjadi standar bagi penyelesaian proses pembuatan
surat izin usaha hotel non bintang.
Universitas Sumatera Utara
75
2.Sumber Daya a.
Staf, yaitu ketersediaan Sumber Daya Manusia SDM dalam proses
implementasi peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata. Staf yang dimaksud disini, apakah pelaksana kebijakan sudah memiliki
keahlian atau kemampuan dalam mengimplementasikan kebijakan. Dari hasil wawancara dengan staf yang membuat surat izin usaha hotel
non bintang tersebut yaitu pelaksana kebijakan sudah memang wajib memiliki keahlian dan kemampuan dalam mengimplementasikan kebijakan, karna sebelum
membuat surat izin usaha hotel non bintang para pelaksana terlebih dahulu harus memahami peraturan daerah kota medan nomor 4 tahun 2014.
b. Informasi,
yaitu bagaimana cara implementor dalam menyelesaikan kebijakan peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan serta
mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, artinya sesuai dengan petunjuk teknis juknis dan petunjuk pelaksana
juklak. Informasi yang dimaksud disini apakah informasi yang diterima oleh
pengurusan surat izin sudah sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan yaitu sudahkah sesuai dengan SOP yang ada. Pasti sudah sesuai denga
SOP, karna kalau dalam pengurusan surat izin usaha hotel non bintang tidak sesuai dengan SOP, maka peraturan daerah tidak berjalan dengan lancar.
c. Wewenang,
Universitas Sumatera Utara
76
yaitu hak masing-masing implementor dalam mengimplementasikan peraturan daerah tentang peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata.
Wewenang disini yaitu apakah pelaksana kebijakan sudah menjalankan wewenangnya sesuai dengan peraturan daerah usaha hotel non bintang pada dinas
kebudayaan dan pariwisata kota medan. Kewajiban pelaksana kebijakan dalam memberikan wewenangnya terhadap aparatur pelaksana kebijakan sudahmemang
ada wewenangnya karna individu tersebut sudah melengkapi syarat syarat yang ada dan sudah sesuai dengan peraturan perundang
– undangan yang berlaku. d.
Fasilitas, yaitu fasilitas yang dimiliki oleh kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Medan yang mendukung implementasi peraturan daerah kota medan. Falisitas disini apa yang menjadi pedoman dalam pelayanan proses
pembuatan surat izin usaha hotel non bintang yaitu pelayanan yang memudahkan bagi sipengurus surat izin usaha hotel non bintang, buklet yang ada di kota medan
tentang hotel non bintang, brosur pariwisata. 3.
Disposisi a.
Komitmen yaitu yang dimiliki aparatur kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
Medan dalam pelaksanaan peraturan daerah tentang peraturan daerah tentang kepariwisataan.
Adanya komitmen dalam proses pengurusan surat izin yang diberikan pleh plaksana kebijakan agar tidak menyimpang dari undang
– undang yang ada, dengan contoh dalam perizinan usaha hotel non bintang ini. Adanya sanksi bagi
Universitas Sumatera Utara
77
sipemilik hotel bahwa tidak boleh didirikan hotel non bintang tersebut kalau berjarak 50 meter dengan mesjit atau rumah sekolah.
Dari analisis yang di dapat dalam wawancara, dengan alasan yang tepat bahwa dapat mengganggu ketenangan orang yang ingin belajar dan sholat di
mesjit kalau masih didirikannya hotel tersebut. b.
Kejujuran yaitu aparatur kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota medan
terkait tugas dan Fungsinya sebagai pelaksana peraturan daerah kota medan. Kejujuran di sini yang dimaksud, adakah kebijakan yang diberikan kepala
dinas kepada aparatur dalam menjalankan tugas itu tentu ada kejujuran seperti diserahkan oleh kepala dinas kepada aparatur surat perintah tugas dengan
singkatan SPT. Analisis dari hasil wawancara kejujuran disini yaitu surat dari kepala dinas
sudah di terima atau di ketahui oleh sipemilik hotel non bintang bahwa ada panggilan untuk menghadap ke dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan
bahwa hotel tersebut ada kesalahan dan bisa di proses melalui pemanggilan surat perintah tersebut SPT
4.Struktur Birokrasi a.
Standards Operating Procedures SOP adalah prosedur-prosedur kerja ukuran dasarnya. Dengan menggunakan
SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. SOP disini apakah SOP dapat menjadi penghambat bagi implementasi
kebijakan yang baru. Tentu dalam analisis kebijakan SOP yang telah di tetapkan
Universitas Sumatera Utara
78
wajib sesuai dengan pelaksanaan, apabila ada kebijakan yang baru dalam pelaksanaan makan kegiatan kerja harus juga sesuai dengan isi SOP yang baru.
b. Fragmentasi
yaitu mengenai pandangan-pandangan yang sempit dari banyak lembaga birokrasi.
Akhibat dari pandangan – pandangan yang sempit terhadap birokrasi yang
dapat merugikan keberhasilan implementasi yaitu tibulnya vitnah dari organisasi –
organisasi tertentu dan wartawan – wartawan tertentu untuk mendapat keuntungan
masing – masing.
Analisis dari wawancara tersebut, kebanyakan dari organisasi lain adanya petentangan yang salah padahal kebijakan yang di buat oleh kepala dinas sudah di
jalankan dengan baik dan sudah sesuai dengan perundang – undangan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
79
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian – uraian yang peneliti kemuakan pada bab – bab sebelumnya,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan terkait dengan analisi Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Industri Pariwisata :
Akomodasi Perizinan Hotel Non Bintang Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
Kota Medan. Berikut adalah kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
1. Komunikasi
a. Transmisi
Dari segi transmisi tentang syarat – syarat pmbuat surat izin usaha hotel
non bintang telah berjalan dengan baik apabila syarat – syarat tersebut lengkap
dan sesuai dengan yang diminnta atau di butuhkan. b.
Kejelasan Dari segi kejelasan tentang kejelasan informasi dan komunikasi yang di
terima Dinas Pariwisata, semua syarat – syarat dan surat yang diminta harus
lengkap agar bisa di proses dengan baik. c.
Konsistensi Dari segi konsistensi tentang pembuatan surat perizinan hotel non
bintang ada masa berlakunya, kalau masa berlakunya sudah abis maka bisa di perpanjang.
2.Sumberdaya a.
Staf
Universitas Sumatera Utara
80
Dari segi staf tentang pembuatan surat izin usaha hotel non bintang, para pelaksana kebijakan sebelum membuat surat perizinan usaha, wajib memahami
peraturan daerah Kota medan Nomor 4 Tahun 2014. b.
Informasi Dari segi informasi tentang SOP dalam pembuatan surat izin usaha harus
sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah di tetapkan karna kalau tidak sesuai dengan SOP maka peraturan daerah tidak berjalan dengan lancar.
c. Wewenang
Dari segi wewenang tentang pelaksanaan kebijakan dalam pembuatan surat izin usaha hotel non bintang wajib memenuhi syarat - syarat yang ada sesuai
peraturan perundang – undangan agar dapat berjalan dengan lancar dan tanpa ad
hambatan. d.
Fasilitas Dari segi fasilitas tentang penyediaan pelayanan yang baik tentu ada di
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan Seperti penyediaan pelayanan yang memudahkan bagi si pembuat surat izin usaha non bintang dan tidak lupa
pula fasilitas yang di berikan agar mengetahui sedikit tentang pariwisata seperti brosur pariwisata dan buklet kota medan.
3.Disposisi a.
Komitmen Dari segi komitmen tentang tujuan yang tepat agar tidak menyimpang dari
undang – undang yang ada denga perjanjian yang belaku.
b. Kejujuran
Universitas Sumatera Utara
81
Dari segi kejujuran tentang kepercayaan kepala dinas kepada aparatur dengan diberlakukannya SPT Surat Perintah Tugas
4.Struktur birokrasi a.
SOP Standar Operating Prosedure Dari segi SOP tentang penghambat implementasi kebijakan yang baru,
apabila tidak sesuai dengan yang baru maka wajib peraturan tersebut harus di sesuaikan dengan yang baru agar tidak terjadi hambatan.
b. Fragmentasi
Dari segi Fragmantasi tentang Akhibat dari pandang sempit terhadap birokrasi yang dapat merugikan keberhasilan implementasi dengan timbulnya
vitnah dari organisasi dan wartawan tertentu untuk mendapatkan keuntungan masinng
– masing.
6.2. SARAN
Setelah menganalisis data dan kemudian memberikan kesimpulan terhadap penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut : Proses pembuatan surat izin usaha hotel non bintang di Dinas Kebudayaan
Dan Pariwisata Kota Medan sudah bisa dianggap sangat berhasil dan tepat, Program ini sangat baik dalam perizinan usaha hotel non bintang. Karna semua
proses dilakukan sudah terstruktur dan adanya undang – undang dalam pembuatan
surat izin tersebut. Dalam administrasi proses pembuatan tersebut pun tidak adanya pengutipan
dana yg begitu besar. Hanya dengan memberikan dana seikhlas hati para pembuat
Universitas Sumatera Utara
82
surat izin sudah memiliki surat izin yang sah. Dan dalam kebijakan sebelum mendirikan banggunanpun sudah ada perjanjian yang kalau ingin mendirikan
hotel tidak boleh 50 meter adanya rumah sekolah dan mesjid. Yang perlu di tingkatkan dalam proses pembuatan surat izin ini, hanyalah komunikasi antar
kepala bagian umum dengan staf akomodasi agar semua urusan bisa berjalan baik dan tepat waktu.
Universitas Sumatera Utara
55
BAB II METODE PENELITIAN
2.1.Bentuk Penelitian
Bentuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriftif adalah penelitian yang
memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari
objek penelitian yang sesuai dengan kenyataan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisis untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh.
Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara secara mendalam. Peneliti memilih penelitian ini
karena penelitian kualitatif bersifat menyeluruh holistic, dinamis, dan menggeneralisasi. Hal ini sejalan dengan tujuan penelitian yang melihat
bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Industri Pariwisataan Studi Tentang Akomodasi Dalam Perizinan Hotel
Non Bintang Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan merupakan sebuah fenomena sosial yang memerlukan informasi secara mendalam dan
menyeluruh dari masing-masing informan kunci maupun utama agar terlihat jelas apa yang sebenarnya terjadi di lapangan.
2.2. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data dan untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan, penelitian ini berlokasi Pada Dinas Kepariwisataan dan
Kebudayaan Kota Medan di Jl. Kapten Maulana Lubis No.2 Medan.
Universitas Sumatera Utara
56
2.3. Informan Penelitian
Adapun informan yang menjadi objek penelitian ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu informan kunci dan informan utama. Informan kunci adalah
mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat secara
langsung dalam interaksi sosial yang sedang di teliti. Adapun informan penelitian
meliputi beberapa macam, yaitu :
1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki
berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Sebagai informan kunci yaitu Kepala Bagian Umum Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata. 2.
Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Mereka adalah Kepala Bidang Industri Pariwisata
Khususnya tentang Akomodasi dan Staf didinas kebudayaan dan pariwisataan yang bertanggung jawab terkait masalah yang akan diteliti.
2.4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Teknik pemngumpulan data primer
Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-
data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dilakukan melalui :
Universitas Sumatera Utara
57
a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyakan-pertanyakan langsung kepada pihak yang terkait secara langsung dengan proses implementasi dalam Peraturan
Daerah tentang Kepariwisataan di Dinas kebudayaan dan Pariwisata kota medan.
b. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang dikemukakan dilapangan untuk melengkapi
data-data yang diperlukan sebagai acuan untuk yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan-bahan kepustakaan yang dapat
mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrument sebagai berikut :
a. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan
objek penelitian. b.
Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, dan pendapat para ahli yang
berkopetensi, serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara
58
2.5. Teknik Analisi Data
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh kemudian dikumpulkan
untuk diolah secara sistematis. Menurut Moleong 2006 , teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelah
seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu satuan yang kemudian dikatagorikan pada tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan dan menafsirkan
dengan analisis kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan
penelitian.
Menurut Miles dan Huberman Sugiyono, 2009, analisis terdiri dari 3 jalur kegiatan yang terjadi secara bersamaaan, yaitu :
a. Reduksi Data, yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, akan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. b.
Penyajian Data, yaitu mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan
sehingga akan semakin mudah dipahami, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
c. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam penelitian kualitatif, kesimpulan
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis yang apabila didukung oleh data
maka akan dapat menjadi teori.
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran
yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai salah satu penghasil devisa negara. Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor
ekonomi penting. Di samping sebagai mesin penggerak ekonomi, pariwisata adalah wahana yang menarik untuk mengurangi angka pengangguran.
Dalam perekonomian nasional, pariwisata merupakan salah satu sektor yang diharapkan mampu memberikan peningkatan pendapatan melalui penerimaan
devisa. Sektor pariwisata memberi dampak yang sangat besar bagi masyarakat, terutama masyarakat yang berada di kawasan atau lokasi yang menjadi tujuan
wisatawan. Pariwisata merupakan sektor yang terus menerus dikembangkan pemerintah sebagai pilar pembangunan nasional karena mampu menopang
perekonomian nasional pada saat dunia sedang mengalami krisis. Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 dinyatakan bahwa
pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan
kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Kegiatan pariwisata
merupakan salah satu sektor sangat berperan dalam proses pembangunan dan pengembangan suatu wilayah yaitu dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan
suatu daerah maupun bagi masyarakat. Pariwisata mempunyai peranan penting
Universitas Sumatera Utara
2
dalam pembangunan nasional, meratakan dan meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan, memperkokoh persatuan dan kesatuan, serta budaya bangsa Yoeti,
2007. Hal ini dimungkinkan karena kepariwisataan sebagai upaya ekonomi, bukan saja padat modal, tetapi juga padat karya. Sektor pariwisata mampu
meningkatkan penyerapan tenaga kerja. Penyerapan ini sangat berhubungan dengan peningkatan pariwisata sebagai andalan yang mampu menggalakkan
sektor lain yang terkait. Adapun tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia terlihat dengan jelas dalam Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun
1969, khususnya Bab II Pasal 3, yang menyebutkan bahwa usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri
pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan negara. Di samping itu, pengembangan
kepariwisataan juga bertujuan untuk memperkenalkan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia. Ini berarti, pengembangan pariwisata di Indonesia tidak
telepas dari potensi yang dimiliki Indonesia untuk mendukung pariwisata tersebut. Indonesia memiliki keragaman budaya yang sangat menarik. Keragaman
budaya ini dilatari oleh adanya agama, adat istiadat yang unik, dan kesenian yang dimiliki oleh setiap suku yang ada di Indonesia. Di samping itu, alamnya yang
indah akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan pedesaan, alam bawah laut, maupun pantai.
Kota Medan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara menjadi pintu gerbang masuknya wisatawan ke Sumatera Utara, yang sampai sekarang ini terus
berkembang dengan pesat sehingga mendorong banyak orang dan investor untuk
Universitas Sumatera Utara
3
berkunjung ke Kota Medan dalam rangka tujuan wisata maupun bisnis. Untuk menjadikan Medan sebagai daerah tujuan wisata, Pemerintah Kota Medan
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bertugas melaksanakan pemasaran dan membuat perencanaan guna meningkatnya kunjungan wisatawan dan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat setempat. Sejalan dengan pelaksanaan tugas tersebut maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata membuat Rencana Kerja
Renja setiap tahun untuk mencapai visi yaitu mewujudkan Kota Medan sebagai daerah tujuan wisata.
Sesuai dengan Peraturan daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 disebutkan pada bab IV mengenai pembangunan kepariwisataan pada pasal 6
yang menjelaskan bahwa pembanguan kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 yang diwujudkan melalui pelaksanaan
rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk
berwisata. Pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 meliputi
bagian-bagian yang terdiri dari 4 jenis usaha yaitu : industri pariwisata, terdiri dari akomodasi, jasa boga dan lestoran, transportasi dan jasa angkutan, tempat
penukaran uang money changer, atraksi wisata, cindramata, biro perjalanan. Ada juga seperti destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata dan juga kelembagaan
kepariwisataan. Peraturan daerah Kota Medan No 4 Tahun 2014 juga berisi aturan mengenai
perizinan hotel non bintang. Namun dari pengamatan awal peneliti, peneliti ingin
Universitas Sumatera Utara
4
mengetahui bagaimana proses pengurusan surat izin usaha untuk mendirikan bangunan hotel non bintang. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 tahun 2014 mengenai pariwisata yang berfokus pada akomodasi
perizinan hotel non bintang di Kota Medan. Dan kemudian mengangkat judul “Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 tentang
Industri Pariwisata Studi Tentang Akomodasi Dalam Perizinan Hotel Non Bintang Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan
”
1.2. Fokus Masalah
Penelitian ini memiliki fokus masalah untuk menjadi bahan dalam melakukan penelitian. Penelitian melakukan fokus masalah yang akan diteliti karena begitu
banyak teori dalam ilmu sosial dengan persepsi yang berbeda-beda sehingga perlu di lakukan fokus masalah agar menjadi fokus utama bagi peneliti dalam
melakukan penelitian dilapangan. Dalam penelitian ini, Penelitian ingin mengetahui bagaimana proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Industri Pariwisata Studi Tentang Akomodasi Dalam Perizinan Hotel Non Bintang Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata
Kota Medan.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Industri Pariwisata Studi Tentang
Universitas Sumatera Utara
5
Akomodasi Dalam Perizinan Hotel Non Bintang Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan ?
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang
Industri Pariwisata Studi Tentang Akomodasi Dalam Perizinan Hotel Non Bintang Pada Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan beserta Proses
Pengurusan Izin Usaha Hotel Non Bintang dalam Pelaksanaan Kebijakan Tersebut.
1.5.Manfaat Penelitian
1.
Manfaat secara ilmiah
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis, dan mengembangkan kemampuan
menulis berdasarkan kajian teori yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara khususnya yang berkaitan dengan Kepariwisataan.
2. Manfaat secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan pada pihak- pihak berkepentingan untuk mengambil keputusan dalam kepariwisataan
di Sumatera Utara Khususnya Kota Medan. 3.
Manfaat secara akademis
Universitas Sumatera Utara
6
Sebagai bahan Referensi bagi kepustakaan Departemen Ilmu Administrasi Negara dan bagi kalangan penulis lainnya yang tertarik dalam bidang ini.
1.6 Kerangka Teori
Kerangka teori adalah dukungan dasar teoritis sebagai dasar pemikiran dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi peneliti. Kerangka teoritis adalah
bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, subvariabel, atau pokok masalah yang
ada dalam penelitiannya. Kerlinger 2000:11 mengungkapkan bahwa teori adalah seperangkap keterkaitan konstrak atau konsep, definisi, dan proposisi yang
mencerminkan pandangan sistematik mengenai fenomena melalui penentuan hubungan antar variabel secara sepesifik, dengan tujuan menjelaskan dan
memprediksi suatu fenomena.
1.6.1 Kebijakan Publik 1.6.1.1 Pengertian Kebijakan Publik
Sebagai suatu konsep, kebijaknan memiliki makna yang luas dan multi interpretasi. Sebagai contoh, James Andersone member makna kebijakan sebagai
perilaku aktor dalam bidang kegiatan tertentu dalam wahab, 1997 pengertian diatas sangat luas dan bisa diartikan bermacam-
macam, misalnya sang “aktor” dapat berupa individu atau organisasi, dapat pemerintah maupun non pemerintah.
Demikian pula dengan istilah “kegiatan tertentu” bisa diartikan kegiatan administrative, politis, ekonomis dan lain-lain. Disamping itu, bentuk kegiatannya
Universitas Sumatera Utara
7
pun luas dan multiinterpretasi misalnya dapat berupa pencapaian tujuan,
perencanaan, program, dan sebagainya.
Carl Friedrich pun mendefinisikan kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam lingkungan tertentu seraya mencapai peluang-peluang untuk mencapai tujuan tertentu.
Thomas R. Dye dalam Tangkilisan 2003 memberikan pengertiam dasar mengenai kebijakan publik sebagai apa yang tidak dilakukan maupun yang
dilakukan oleh pemerintah. Konsep ini sangat luas karena kebijakan publik mencakup suatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah disamping yang dilakukan
oleh pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah publik. Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang menjadi keputusan pemerintah ketika menghadapi suatu masalah publik.
1.6.1.2. Tahapan Kebijakan Publik
Kebijakan publik dapat lebih mudah dipahami jika dikaji dalam tahap demi tahap, inilah yang menjadi kebijakan publik yang kajiannya amat dinamis.
Adapun kebijakan publik memiliki tahap yang cukup kompleks karena memiliki banyak proses dan variabel. Menurut Wailliam Dunn 1998, tahap-tahap
kebijakan publik adalah sebagai berikut : 1.
Tahapan penyusunan agenda agenda setting Kelompok masyarakat seperti partai politik, organisasi masyrakat,
serikat ataupun kelompok lainnya akan menyuarakan isu mereka
Universitas Sumatera Utara
8
kepada pemerintah. Isu yang disampaikan oleh mereka akan bersaing untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan. Para pembuat
kebijakan akan memilih isu yang akan mereka angkat sedangkan isu yang lain ada yang tidak tersentuh sama sekali dan sebagian lagi akan
di diamkan dalam waktu yang cukup lama. 2.
Tahapan formulasi kebijakan policy formulation Isu yang telah masuk ke dalam agenda kebijakan dan dibahas oleh para
pembuat kebijakan akan di definisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternative yang ada sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan. Dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing alternatife bersaing untuk memecahkan masalah.
3. Adopsi kebijakan policy adoption
Dari sekian alternatife kebijakan yang ditawarkan oleh para perumusan kebijakan pada akhirnya salah satu alternative kebijakan tersebut
diadopsi dengan dukungan dari mayorlitas legislative, consensus antara direktur lembaga atau keputrusan peradilan.
4. Implementasi kebijakan policy implementation’
Kebijakan yang sudah diadopsi kemudian dirangkum melalui program- program yang harus di implementasikan yakni di laksanakan oleh
badan administrasi maupun agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil akan dilaksanakan oleh unit-unit
Universitas Sumatera Utara
9
administrasi yang memobilisasikan sumber daya financial dan manusia, pada tahap ini berbagai kepentingan akan bersaing. Beberapa
implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana namun beberapa yang lain mungkin akan di tentang oleh para pelaksana.
5. Evaluasi kebijakan policy evaluation
Pada tahap ini kebijakan yang telah di jalankan akan dinilai atau di evaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah mampu
memecahkan masalah. Kebijakan public yang pada dasarnya di buat untuk meraih dampak yang diinginkan.Dalam hal ini memperbaiki
masalah yang dihadapi masyarakat.Oleh karna itu, tentukanlah kriteria- kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik
telah meraih dampak yang diinginkan.
1.6.2 Implementasi Kebijakan Publik 1.6.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan Publik
Ada beberapa tahapan dalam siklus kebijakan publik dan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik adalah implementasi kebijakan.
Implementasi sering dianggap hanya sebagai pelaksanaan dari apa yang telah diputuskan oleh legislatif atau para pengambil keputusan, terkadang tahapan ini
kurang berpengaruh. Akan tetapi dalam kenyataannya, tahapan implementasi menjadi begitu penting karena suatu kebijakan tidak akan berarti apa-apa jika
tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan benar. Dengan kata lain implementasi merupakan tahap dimana suatu kebijakan dilaksanakan secara maksimal dan dapat
mencapai tujuan kebijakan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
10
Terdapat beberapa konsep mengenai implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut:
Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno 2005:102 mendefinisikan implementasi kebijakan publik sebagai: ”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini
mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan- tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka
melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijak
an”. Tahapan implementasi suatu kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan sasaran direncanakan
terlebih dahulu yang dilakukan dalam tahap formulasi kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi kebijakan terjadi hanya setelah undang-undang
tentang suatu kebijakan dikeluarkan dan dana yang disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut telah tersedia.
Mazmanian dan Sabatier 1986, menjelaskan bahwa mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyata-
nyatanya terjadi sesudah suatu program dirumuskan yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang terjadi setelah proses pengesahan kebijakan Negara.
Grindle 1980, menjelaskan bahwa implementasi kebijakan merupakan tahapan yang krusial dalam proses kebijakan publik. Jika suatu kebijakan telah
ditetapkan, kebijakan tersebut tidak akan berhasil dan terwujud jika tidak di implementasikan. Suatu program kebijakan harus di implementasikan agar
Universitas Sumatera Utara
11
mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dalam arti luas, dapat diartikan sebagai alat administrasi hukum dimana berbagai aktor,
organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjelaskan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi
kebijakan, sesungguhnya bukanlah sekedar bersangkutpaut dengan mekanisme penjabaran keputusan-keputusan politik ke dalam prosedur-prosedur rutin lewat
saluran-saluran birokrasi melainkan menyangkut masalah konflik, keputusan dan siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan.
George Edwards III studi implementasi kebijakan adalah krusial bagi publik administration dan publik policy. Implementasi kebijakan adalah pembuat
kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak
dapat mempengaruhi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu di
implementasiakan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut
kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi
kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu : 1.
Adanya tujuan atau sasaran kebijakan 2.
Adanya aktivitaskegiatan pencapaian tujuan 3.
Adanya hasil kegiatan
Universitas Sumatera Utara
12
Dari uraian atau penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksanaan kebijakan melakukan
suatu aktivitas atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.
1.6.2.2 Model-Model Implementasi Kebijakan a. Model Van Meter dan Van Horn 1975
Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van Horn, model ini menjelaskan bahwa kebijakan dipengaruhi oleh beberapa
variable yang saling berkaitan, variable-variabel tersebut yaitu : 1.
Sasaran dan standar kebijakan Sasaran dan standar kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat
direalisasikan. Apabila tujuan dan ukuran kebijakan kabur, maka akan terjadi multi interprestasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para
agen pelaksana. 2.
Sumber daya Keberhasilan
implementasi kebijakan
sangat bergantungan
dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia
merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adaya
sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkannya oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Selain
sumber daya manusia, sumber daya finansial dan waktu menjadi perhitungan penting dalam implementasi kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
13
1. Karakteristik organisasi pelaksana
Karakteristik agen ini dibutuhkan agar pelaksanaan mencakup semua struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan
yang terjadi dalam birokrasi semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu kebijakan.
2. Sikap para pelaksana
Sikap para pelaksana ini mencakup tiga hal antara lain a respon pelaksana
terhadap kebijakan
yang akan
mempengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, b pemahamannya
terhadap kebijakan, c nilai yang dimiliki oleh implementor. 3.
Komunikasi antar organisasi terkait dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan
Dalam implementasi sangat penting terdapat dukungan dan koordinasi dalam instansi lain, untuk itu diperlukan koordinasi dan
kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu kebijakan. 4.
Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang
dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan
dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini
public yang ada di lingkungan, dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
14
b. Model Mazmanian dan Sabatier 1989
Menyatakan bahwa studi implementasi kebijakan public adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Model ini disebut sebagai kerangka analisis
implementasi. Mazmanian dan Sabatier mengklasifikasikan proses implementasi
kebijakan kedalam tiga variable, yaitu :
1. karakteristik dari masalahmya, indikatornya adalah :
a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan
b. Tingkat kemajemukan dari kelompok sasaran
c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi
d. Cakupan perubahan prilaku yang diharapkan
2. karakteristik kebijakan, indikatornya adalah :
a. Kejelasan isi kebijakan
b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis
c. Besarnya alokasi sumber daya financial terhadap kebijakan
tersebut. d.
Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antara institusi pelaksana
e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan
pelaksana f.
Tingkat komitmen aparat terhadap kebijakan 3.
Variabel lingkungan, indikatornya adalah : a.
Kondisi social ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi
Universitas Sumatera Utara
15
b. Dukungan public terhadap suatu kebijakan
c. Sikap dari kelompok pemilih
d. Tingkat komitmen keterampilan dari aparat dan implementor.
c. Model Merlilee S Grindle 1980
Secara konsep dijelaskan bahwa model implementasi kebijakan public yang dikemukakan Grindle menentukan bahwa keberhasilan Proses implementasi
kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan yang cukup, selain dipengaruhi oleh isi
kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan yang dimaksud meliputi : 1.
kepentingan yang dipengaruhi 2.
jenis manfaat 3.
derajat perubahan yang diinginkan 4.
Status pembuat keputusan 5.
Pelaksana program 6.
Serta sumberdaya yang tersedia
d. Model George Edwards III
Menurut Edwards, terdapat empat faktor atau variable dalam implementasi kebijakan public, yaitu :
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi
kebijakan mensyaratkan
agar impelementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang penjadi
sasaran dan tujuan harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran
Universitas Sumatera Utara
16
sehingga akan mengurangi distorsi implemtasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh
kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.
2. Sumber daya
Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasiakan secara jelas dan konsisten, tapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk
melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi
implementor dan sumber daya finansial. Sumber daya adalah factor penting untuk implementasi kebijakan agar berjalan efektif. Tanpa sumber
daya, kebijakan hanya akan tinggak di kertas menjadi dokumen saja. 3.
Disposisi Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh
implementor, seperti komitmen, kejujuran dan sikap demokrasi. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat
menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oeleh pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sikap atau presfektif
yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak akan efektif.
4. Struktur birikrasi
Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
17
Salah satu aspek yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang disusun secara standard. SOP menjadi pedoman
bagi setiap impelentor dalam bertindak, struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan akan menimbulkan
yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompeks, ini pada gilirannya akan menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
1.6.2.3 Model Implementasi Yang Digunakan
Dalam penelitian ini penulis memilih menggunakan model teori implementasi George Edwards III yang dipengaruhi oleh empat variable, yaitu :
1. Komunikasi
George Edwards 2002 , menyatakan bahwa ada tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, kejelasan, dan
konsistensi. a.
Transmisi, yaitu pengetahuan implementor tentang peraturan daerah tentang kepariwisataan pada dinas kebudayaan dan pariwisata.
Sebelum implementor dapat mengimplementasikan suatu keputusan, implementor harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan
suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. b.
Kejelasan, yaitu pengetahuan implementor tentang tahap-tahap implementasi peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata.
Jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima para pelaksana kebijakan,
Universitas Sumatera Utara
18
tetapi juga komunikasi harus jelas. Ketidakjelasan komunikasi akan mendorong terjadinya interprestasi yang salah.
c. Konsistensi, yaitu implementasi peraturan daerah pada dinas
kebudayaan dan pariwisata harus sesuai dengan peraturan yang ada. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung dengan efektif, maka
perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. 2.
Sumber Daya a.
Staf, yaitu ketersediaan Sumber Daya Manusia SDM dalam proses implementasi peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata.
b. Informasi, yaitu bagaimana cara implementor dalam menyelesaikan
kebijakan peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan serta mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan
sesuai dengan peraturan yang berlaku, artinya sesuai dengan petunjuk teknis juknis dan petunjuk pelaksana juklak
c. Wewenang, yaitu hak masing-masing implementor dalam
mengimplementasikan peraturan daerah tentang peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata.
d. Fasilitas, yaitu fasilitas yang dimiliki oleh kantor Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kota Medan yang mendukung implementasi peraturan daerah kota medan.
3. Disposisi
Universitas Sumatera Utara
19
a. Komitmen yang dimiliki aparatur kantor Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Medan dalam pelaksanaan peraturan daerah tentang peraturan daerah tentang kepariwisataan.
b. Kejujuran aparatur kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota
medan terkait tugas dan Fungsinya sebagai pelaksana peraturan daerah kota medan.
4. Struktur Birokrasi
a. Standards Operating Procedures SOP adalah prosedur-prosedur kerja
ukuran dasarnya. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia.
b. Fragmentasi yaitu mengenai pandangan-pandangan yang sempit dari
banyak lembaga birokrasi. 1.6.3. Kepariwisataan
1.6.3.1. Pengertian Pariwisata
Menurut Kodyat 2001 pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai
usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Selanjutnya Burkart dan Medlik dalam Bram 2006 menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek
ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal ditempat-tempat tujuan itu.
Universitas Sumatera Utara
20
Sedangkan Wahab 2003 menjelaskan pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
penyediaan lapangan kerja peningkatan penghasilan, standart hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks,
pariwisata juga meliputi industri-industri klasik seperti kerajinan tangan dan cindera mata, penginapan, transportasi secara ekonomi juga dipandang sebagai
industri. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan, menyatakan bahwa : 1.
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta
interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Universitas Sumatera Utara
21
1.6.3.2. Bentuk - Bentuk Wisata
Pariwisata memiliki berbagai bentuk kegiatan wisata yang dapat disesuaikan dengan minat ataupun kebutuhan wisatawan. Kegiatan wisata yang
dilakukan memiliki tujuan tertentu yang mendatangkan manfaat tersendiri bagi masing-masing wisatawan.
Menurut Suwantoro 2004 terdapat beberapa macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi, yaitu :
1. Dari segi jumlahnya, wisatawan dibedakan atas:
a. Individual Tour wisatawan perorangan, yaitu suatu perjalanan
wisatayang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami-isteri. b. Family Group Tour wisata keluarga, yaitu suatu perjalanan wisatayang
dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.
c. Group Tour wisata rombongn, yaitu suatu perjalanan wisata yangdilakukan
bersama-sama dengan
dipimpin oleh
seorang yangbertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan anggotanya.
Biasanya paling sedikit 10 orang, dengan dilengkapi diskon dari perusahaan principal bagi orang yang kesebelas. Potongan ini berkisar antara 25 hingga 50
dari ongkos penginapan atau penerbangan. 2
Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas:
Universitas Sumatera Utara
22
a. Pra-arranged Tour wisata berencana, yaitu suatu perjalanan wisatayang
jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baiktransportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi.
b. Package Tour paket wisata, yaitu perusahaan Biro Perjalanan
Wisatayang telah bekerja sama menyelenggarakan paket wisata yangmencakup biaya perjalanan, hotel, ataupun fasilitas lainya
yangmerupakan suatu komposisi perjalanan yang disusun guna memberikankemudahan dan kepraktisan dalam melakukan perjalanan
wisata. c. Coach Tour wisata terpimpin, yaitu suatu paket perjalanan ekskursiyang
dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorangpemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata yang dilakukansecara rutin, dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan dan denganrute perjalanan yang tertentu pula.
d. Special Arranged Tour wisata khusus, yaitu suatu perjalanan wisatayang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seoranglangganan atau
lebih sesuai keinginannya. e. Optional Tour wisata tambahan, yaitu suatu perjalanan wisatatambahan di
luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikanpelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.
3 Dari segi maksud dan tujuan, wisata dibedakan atas:
Universitas Sumatera Utara
23
a. Holiday Tour wisata liburan, yaitu suatu perjalanan wisata
yangdiselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenangsenang,dan menghibur diri.
b. Familiarization Tour wisata pengenalan, yaitu suatu perjalanan yangdimaksudkan guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah
yangmempunyai kaitan dengan pekerjaanya. c. Educational Tour wisata pendidikan, yaitu suatu perjalanan wisatayang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandinganataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya.
d. Scientific Tour wisata pengetahuan, yaitu perjalanan wisata yang tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan dan penyelidikan
terhadap sesuatu bidang ilmu pengetahuan. e. Pileimage Tour wisata keagamaan, yaitu perjalanan wisata yang
dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan. f. Special Mission Tour wisata kunjungan khusus, yaitu suatu perjalanan
wisata yang dilakukan dengan maksud khusus, misalnya misi dagang, kesenian, dan lain-lain.
g. Hunting Tour wisata perburuan, yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan biantang yang diijinkan
oleh penguasa setempat sebagai hiburan semata. 4.Dari segi penyelenggarannya, wisata dibedakan atas:
Universitas Sumatera Utara
24
a. Ekskursi Excursion, yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang
ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata.
b. Safari Tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara
khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus yang tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek wisata pada umumnya.
c. Cruise Tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar
mengunjungi objek-objek wisata bahari dan objek wisata didarat dengan menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya.
d. Youth Tour wisata remaja, yaitu kunjungan wisata yang
diselenggarakan khusus bagi para remaja menurut golongan umur yang ditetapkan negara masing-masing.
e. Marine Tour wisata bahari, yaitu suatu kunjungn ke objek wisata
khususnya untuk
menyaksikan keindahan
lautan wreck-diving
menyelam dengan perlengkapan selam lengkap.
1.6.3.3. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan bidang pariwisata merupakan suatu hal yang sangatperlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah, mengingat banyak sekali keuntungan atau
manfaat yang bisa diambil dari kegiatan pariwisata, antara lain dapat menciptakan lapangan pekerjaan, meningkatkan dan meratakan pendapatan masyarakat serta
memperkenalkan seni budaya daerah dan hasil kerajinan daerah untuk dapat dipasarkan kepada wisatawan, baik wisatawanmancanegara maupun wisatawan
Universitas Sumatera Utara
25
nusantara, dan yang tak kalah penting adalah dapat memberikan kontribusi bagi
pendapatan asli daerah PAD.
Dalam melakukan pengembangan pariwisata dibutuhkan berbagai pendukung untuk memperlancar jalannya kegiatan. Antara lain sumber
dayamanusia yang berkualitas, adanya dana yang cukup memadai, didukung saranadan
prasarana serta
kebijakan dari
Pemerintah Daerah
yang memprioritaskan bidang pariwisata. Suatu kegiatan pengembangan pariwisata
yang sudah baik tanpa adanya dukungan dari hal-hal tersebut diatas tidak mungkin dapat mencapai hasil yang diharapkan, artinya setiap pengembangan bidang
pariwisata sangat membutuhkan dana serta SDM yang berkualitas disamping ditunjang adanya sarana dan prasarana serta kebijakan dari Pemerintah Daerah
Pengembangan pariwisata dilaksanakan dengan mempertimbangkan aspek destinasi dan aspek market. Meskipun aspek market perludi pertimbangkan
namun macam, sifat dan perilaku obyek dan daya tarik wisata alam dan budaya diusahakan
untuk menjaga
kelestarian dan
keberadaannya, sehingga
pengembangannya harus berdasarkan market driven. Pengembangan pariwisata memerlukan perencanaan secara nasional, regional atau Provinsi dan kawasan
ataupun obyek. Perencanaan secara nasional disusun berdasarkan peraturan perundangan
yang berlaku serta berbagai issues dan fenomena yang berkembang. Sementara itu pengembangan pariwisata regional atau lokal didasarkan pada regulasi didaerah
serta persepsi dan preferensi masyarakat sebagai bentuk realisasiparadigma baru yang memberdayakan masyarakat. Proses perencanaan pengembangan pariwisata
Universitas Sumatera Utara
26
yang mengkoordinasikan pemikiran nasional danpemikiran masyarakat akan menghasilkan perencanaan terpadu. Secara langsung perencanaan ini akan
menjadi participation planning.
Pengembangan pariwisata Indonesia telah tercermin dalam rencana strategi yang dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI, yakni
a. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka kesempatan
berusaha dan lapangan kerja serta pemerataan pembangunan di bidang
pariwisata;
b. Mewujudkan pembangunan pariwisata yang berkesinambungan
sehingga memberikan manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi
masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya mutu lingkungan hidup;
c.
Meningkatkan kepuasan wisatawan dan memperluas pangsa pasar; dan
d. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata
Indonesia sebagai berdayaguna, produktif, transparan, dan bebas KKN untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat, dalam
institusi yang merupakan amanah yang dipertanggungjawabkan
accountable.
Perencanaan Nasional
Pengembangan Pariwisata
menghasilkan strukturisasi pengembangan kawasan konservasi. Perubahan yang mendasar
adalah konsep kawasan sebagai fungsi utama pelestarian. Sementara pemanfaatan hanya dilakukan terhadap aspek jasa estetika, pengetahuan pendidikan dan
penelitian terhadap ekosistem dan keanekaragaman hayati filosofi, pemanfaatan jalur untuk tracking dan adventuring. Proses yang hampir sama dapat dilakukan
Universitas Sumatera Utara
27
terhadap perencanaan pariwisata wilayah regional Provinsi. Pada perencanaan ini akan menghasilkan wilayah atau kawasan pengembangan pariwisata. Perencanaan
pada level wilayah Provinsi ini merupakan perencanaan yang menampung perencanaan lokal ODTW atau areal wisata alam dengan menjabarkan dan
berpedoman pada perencanaan nasional.
Upaya Pengembangan Pariwisata Menurut Suwantoro 2004, upaya pengembangan pariwisata yang dilihat dari kebijaksanaan dalam pengembangan
wisata alam, dari segi ekonomi pariwista alam akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Memang pariwisata alam membutuhkan investasi yang relatif lebih
besar untuk pembangunan sarana dan prasarananya. Untuk itu diperlukan evaluasi yang teliti terhadap kegiatan pariwisata alam tersebut. Banyak pendapat yang
menyatakan bahwa pariwisata alam yang berbentuk ekoturisme belum berhasil berperan sebagai alat konservasi alam maupun untuk mengembangkan
perekonomian. Salah satu penyebabnya adalah sulitnya mendapatkan dana
pengembangan kegiatannya.
Pengelolaan kawasan wisata alam banyak menggunakan dana dari pendapatan pariwisata dari pengunjung sebagai mekanisme pengembalian biaya
pengelolaan dan pelestarian kegiatan pariwisata alam belum tercapai secara optimal. Unsur pokok yang harus mendapat perhatian guna menunjang
pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut perencanaan,
pelaksanaan pembangunan dan pengembangannya meliputi 5 unsur, yaitu : 1 Objek dan daya tarik wisata,
2 Prasarana wisata,
Universitas Sumatera Utara
28
3 Sarana wisata, 4 Infrastruktur,
5 Masyarakatlingkungan.
1. Objek dan Daya Tarik Wisata
Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No. 10 tahun 2009 Pasal 1 mengatakan bahwa : daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya,dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Dapat disimpulkan beberapa unsur yang terkandung dalam pengertian tersebut,
yaitu :
1 Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan, keindahan; 2 Daya tarik dapat berupa alam, budaya, atau hasil karya manusia yang
berseni tinggi dan layak untuk dijadikan suatu produk; 3 Sasaran utama adalah wisatawan.
Objek wisata sebaiknya memiliki kriteria-kriteria yang memenuhi syarat serta berpotensi sehingga layak untuk dijual. Ada tiga kriteria yang menentukan
suatu objek wisata dapat diminati wisatawan, yakni: 1 Something To See adalah objek wisata tersebut harus mempunyai
sesuatu yang biasa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang
mampuuntuk menyedot minat dari wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut. 2 Something To Do adalah agar wisatawan bisa melakukan sesuatu yang
berguna untuk memberikan perasaan senang, bahagia, relax, berupa fasilitas
Universitas Sumatera Utara
29
rekreasi baik arena bermain atau tempat makan, terutama makanan khas dari tempat tersebut sehingga mampu membuat wisatawan lebih betah tinggal di sana.
3 Something To Buy adalah fasilitas untuk wisatawan berbelanja yang pada umumnya adalah ciri khas atau ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa
dijadikan sebagai oleh-oleh. Yoeti 1985:164. Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran
wisatawan ke suatu Daerah Tujuan Wisata.Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur dalam produk pariwisata yang harus mendapat
perhatian khusus dari berbagai pihak guna menunjang perkembangan kepariwisataan. Daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan
potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan. Pengusahaan objek dan dayatarik wisata di kelompokkan kedalam:
1 Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, 2 Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya,
3 Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata
harus dirancang dan dibangundikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu objek wisata harus dirancang
sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
1 Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.
2 Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
Universitas Sumatera Utara
30
3 Adanya ciri khususspesifikasi yang bersifat langka. 4 Adanya saranaprasarana penunjang untuk melayani para wisatawan
yang hadir. 5 Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam
pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya. 6 Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki
nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia pada
masa lampau. Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada
potensi daya tarik yang memiliki objek tersebut dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan.
1 Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah
harus diperkirakan dari awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.
2 Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki
dampak sosial ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan kerjaberusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat
meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak,
Universitas Sumatera Utara
31
perindustrian, perdagangan, pertanian dan lain-lain. Dalam kaitannya dengan hal ini pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi
juga memperhatikan dampaknya secara lebih luas. Sebagai contoh, pembangunan
kembali candi
Borobudur tidak
semata-mata mempertimbangkan soal pengembalian modal pembangunan candi
melalui uang retribusi masuk candi, melainkan juga memperhatikan dampak yang ditimbulkannya, seperti jasa transportasi, jasa
akomodasi, jasa restoran, industri kerajinan, pajak dan sebagainya. 3
Kelayakan Teknis Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila
dayadukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata tersebut
membahayakan keselamatan para wisatawan. 4
Kelayakan Lingkungan Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan
kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek wisata yang
mengakibatkan rusaknya
lingkungan harus
dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk
merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan dan keserasian
Universitas Sumatera Utara
32
hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.
2. Prasarana wisata