ANALISIS DATA Wanera Syafitri : Staf Akomodasi

72

BAB V ANALISIS DATA

Pada bab ini semua data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan fokus kajian penelitian. Data yang diperoleh adalah data yang didapat dari hasil wawancara kepada inforaman kunci yaitu Bapak kepala bagian Akomodasi di bidang surat perizinan hotel non bintang pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan. Informan utama Bapak Staf Bagian Akomodasi Perizinan usaha Hotel non bintang dan juga dengan melakukan penelitian dan pengamatan langsung ke lapangan. Analisis terhadap proses perizinan usaha hotel non bintang sangat penting dilakukan karna untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan surat izin usaha hotel non bintang dan bagaimana dampanknya bagi yang telah mendapatkan perizinan usaha hotel non bintang. Dalam membuat Penelitian ini, ada beberapa Model Implementasi yang digunakan antara lain : 1. Komunikasi George Edwards 2002 , menyatakan bahwa ada tiga hal penting dalam proses komunikasi kebijakan yakni transmisi, kejelasan, dan konsistensi. a. Transmisi yaitu pengetahuan implementor tentang peraturan daerah tentang kepariwisataan pada dinas kebudayaan dan pariwisata. Sebelum implementor dapat mengimplementasikan suatu keputusan, implementor harus menyadari Universitas Sumatera Utara 73 bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah untuk pelaksanaannya telah dikeluarkan. Jika dianalisis secara umum dari hasil wawancara, syarat-syarat yang dibutuhkan dan diminta oelh staf bagian akomodasi surat perizinan hotel non bintang merupakan persyaratan yang memang seharusnya dan syarat-syarat itu sesuai dengan apa yang diminta oleh sipembuat surat perizinan. Tidak adanya keluhan tertentu dari individu yang membuat surat izin usaha tersebut. Individu juga mengakui bahwa tidak sulit untuk melengkapi syarat-syarat yang diminta oleh pihak staf pembuatan surat izin usaha hotel non bintang. Dan juga dalam pembuatan surat izin usaha hotel non bintang ini syarat- syaratnya harus lengkap dan harus diproses atau disahkan dulu di bagian BPPT Badan Pengurusan Perizinan Terpadu yang hidup tahun terakhir, barulah bisa diproses di Dinas kebudayaan Dan Pariwisata Kota Medan. b. Kejelasan, yaitu pengetahuan implementor tentang tahap-tahap implementasi peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata. Jika kebijakan-kebijakan diimplementasikan, maka petunjuk-petunjuk pelaksanaan tidak hanya harus diterima para pelaksana kebijakan, tetapi juga komunikasi harus jelas. Ketidakjelasan komunikasi akan mendorong terjadinya interprestasi yang salah. Kejelasan yang dimaksud disini adalah bagaimana cara pelaksana kebijakan memberikan informasi komunikasi yang jelas mengenai pengurusan surat izin usaha hotel non bintang maka kejelasan informasi komunikasi yang di terima oleh dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan, suratnya harus lengkap agar bisa dip roses, pajak harus lengkap dari DISPENDA Dinas Pendapatan Universitas Sumatera Utara 74 Daerah Kota Medan yaitu pajak yang terakhir, HO hak Gangguan Izin Usaha, kTP Kartu Tanda Penduduk, PBB Pajak Bumi dan Banggunan, NPWP Nomor Pokok Wajib Pajak, dan pas Foto. Analisis dalam proses pembuatan surat izin usaha hotel non bintang ini, apabila tidak memenuhi syarat – syarat yang tidak lengkap, maka akan mendorong terjadinya ketidakjelasan data yang sah, takutnya akan terjadi pembentrokan apabila sewaktu-waktu adanya pemeriksaan data untuk mengakui bahwa usaha hotel tersebut telah sah dikeluarkan oleh dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan. c. Konsistensi, yaitu implementasi peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata harus sesuai dengan peraturan yang ada. Jika implementasi kebijakan ingin berlangsung dengan efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas. Konsistensi yang dimaksud disini yaitu apakah informasi komunikasi yang diberikan pelaksana kepada pengurusan surat izin usaha hotel non bintang sesuai dengan peraturan daerah kota medan nomor 4 tahun 2014 yang berlaku maka kalau perizinan suratnya mati dan masa berlakunya sudah habis wajib diperpanjang. Dari hasil analisis penelitian dari hasil wawancara, dapat dilihat bahwa jangka waktu yang dibutuhkan dinilai dari konsistensi waktu penyelesaiannya. Ketepatan waktu yang sudah menjadi standar bagi penyelesaian proses pembuatan surat izin usaha hotel non bintang. Universitas Sumatera Utara 75 2.Sumber Daya a. Staf, yaitu ketersediaan Sumber Daya Manusia SDM dalam proses implementasi peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata. Staf yang dimaksud disini, apakah pelaksana kebijakan sudah memiliki keahlian atau kemampuan dalam mengimplementasikan kebijakan. Dari hasil wawancara dengan staf yang membuat surat izin usaha hotel non bintang tersebut yaitu pelaksana kebijakan sudah memang wajib memiliki keahlian dan kemampuan dalam mengimplementasikan kebijakan, karna sebelum membuat surat izin usaha hotel non bintang para pelaksana terlebih dahulu harus memahami peraturan daerah kota medan nomor 4 tahun 2014. b. Informasi, yaitu bagaimana cara implementor dalam menyelesaikan kebijakan peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan serta mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, artinya sesuai dengan petunjuk teknis juknis dan petunjuk pelaksana juklak. Informasi yang dimaksud disini apakah informasi yang diterima oleh pengurusan surat izin sudah sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan yaitu sudahkah sesuai dengan SOP yang ada. Pasti sudah sesuai denga SOP, karna kalau dalam pengurusan surat izin usaha hotel non bintang tidak sesuai dengan SOP, maka peraturan daerah tidak berjalan dengan lancar. c. Wewenang, Universitas Sumatera Utara 76 yaitu hak masing-masing implementor dalam mengimplementasikan peraturan daerah tentang peraturan daerah pada dinas kebudayaan dan pariwisata. Wewenang disini yaitu apakah pelaksana kebijakan sudah menjalankan wewenangnya sesuai dengan peraturan daerah usaha hotel non bintang pada dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan. Kewajiban pelaksana kebijakan dalam memberikan wewenangnya terhadap aparatur pelaksana kebijakan sudahmemang ada wewenangnya karna individu tersebut sudah melengkapi syarat syarat yang ada dan sudah sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. d. Fasilitas, yaitu fasilitas yang dimiliki oleh kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan yang mendukung implementasi peraturan daerah kota medan. Falisitas disini apa yang menjadi pedoman dalam pelayanan proses pembuatan surat izin usaha hotel non bintang yaitu pelayanan yang memudahkan bagi sipengurus surat izin usaha hotel non bintang, buklet yang ada di kota medan tentang hotel non bintang, brosur pariwisata. 3. Disposisi a. Komitmen yaitu yang dimiliki aparatur kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Medan dalam pelaksanaan peraturan daerah tentang peraturan daerah tentang kepariwisataan. Adanya komitmen dalam proses pengurusan surat izin yang diberikan pleh plaksana kebijakan agar tidak menyimpang dari undang – undang yang ada, dengan contoh dalam perizinan usaha hotel non bintang ini. Adanya sanksi bagi Universitas Sumatera Utara 77 sipemilik hotel bahwa tidak boleh didirikan hotel non bintang tersebut kalau berjarak 50 meter dengan mesjit atau rumah sekolah. Dari analisis yang di dapat dalam wawancara, dengan alasan yang tepat bahwa dapat mengganggu ketenangan orang yang ingin belajar dan sholat di mesjit kalau masih didirikannya hotel tersebut. b. Kejujuran yaitu aparatur kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota medan terkait tugas dan Fungsinya sebagai pelaksana peraturan daerah kota medan. Kejujuran di sini yang dimaksud, adakah kebijakan yang diberikan kepala dinas kepada aparatur dalam menjalankan tugas itu tentu ada kejujuran seperti diserahkan oleh kepala dinas kepada aparatur surat perintah tugas dengan singkatan SPT. Analisis dari hasil wawancara kejujuran disini yaitu surat dari kepala dinas sudah di terima atau di ketahui oleh sipemilik hotel non bintang bahwa ada panggilan untuk menghadap ke dinas kebudayaan dan pariwisata kota medan bahwa hotel tersebut ada kesalahan dan bisa di proses melalui pemanggilan surat perintah tersebut SPT 4.Struktur Birokrasi a. Standards Operating Procedures SOP adalah prosedur-prosedur kerja ukuran dasarnya. Dengan menggunakan SOP, para pelaksana dapat memanfaatkan waktu yang tersedia. SOP disini apakah SOP dapat menjadi penghambat bagi implementasi kebijakan yang baru. Tentu dalam analisis kebijakan SOP yang telah di tetapkan Universitas Sumatera Utara 78 wajib sesuai dengan pelaksanaan, apabila ada kebijakan yang baru dalam pelaksanaan makan kegiatan kerja harus juga sesuai dengan isi SOP yang baru. b. Fragmentasi yaitu mengenai pandangan-pandangan yang sempit dari banyak lembaga birokrasi. Akhibat dari pandangan – pandangan yang sempit terhadap birokrasi yang dapat merugikan keberhasilan implementasi yaitu tibulnya vitnah dari organisasi – organisasi tertentu dan wartawan – wartawan tertentu untuk mendapat keuntungan masing – masing. Analisis dari wawancara tersebut, kebanyakan dari organisasi lain adanya petentangan yang salah padahal kebijakan yang di buat oleh kepala dinas sudah di jalankan dengan baik dan sudah sesuai dengan perundang – undangan yang ada. Universitas Sumatera Utara 79

BAB VI PENUTUP