91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan Uji-F diketahui bahwa variabel gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional secara serempak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja karyawan cafe Goedang Coffee Medan. 2. Berdasarkan Uji-t secara parsial variabel gaya kepemimpinan dan variabel
kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan cafe Goedang Coffee Medan. Kecerdasan emosional
merupkan variabel dominan pada penelitian ini. 3. Berdasarkan perhitungan koefisien determinan R
2
menunjukkan bahwa hubungan antar variabel gaya kepemimpinan dan kecerdasan emosional
memiliki hubungan yang cerat terhadap kepuasan kerja karyawan cafe Goedang Coffee Medan.
Universitas Sumatera Utara
92
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberi saran sebagai berikut :
1. Kepada pimpinan café untuk lebih membuka diri khususnya memberikan masukan atau arahan kepada karyawan apabila terjadi kesalahan yang
dilakukan oleh karyawan sehingga skill atau kemampuan para karyawan sudah sesuai dengan yang diinginkan oleh pimpinan dan pada akhirnya
terbentuklah rasa saling percaya antara pimpinan dan karyawan. 2. Kepada karyawan untuk lebih meningkatkan profesionalisme dalam
bekerja, membedakan urusan pribadi dengan urusan pekerjaan. 3. Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas untuk mengukur kepuasan
kerja, sehingga disarankan bagi peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan variabel tersebut dengan mengembangkan indikator yang
lebih tepat atau menambahkan variabel lainnya seperti kompensasi, budaya perusahaan, pengembangan karir dan variabel lainnya yang lebih
relevan yang memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan cafe Goedang Coffee Medan.
Universitas Sumatera Utara
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Kepemimpinan 2.1.1.1 Defenisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses dimana individu memengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama Northouse, 2013:5. Kepemimpinan
melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang- orang yang menginginkan perubahan signifikan, dan perubahan tersebut
mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya bawahan. Pengaruh dalam hal ini berarti hubungan diantara pemimpin dan
pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu merupakan
proses yang saling mempengaruhi. Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya
sejarah manusia yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa
orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan daripada yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia itu dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena
manusia selalu mempunyai keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu. Menurut Robbins 2009:58, kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya suatu tujuan. Definisi
Universitas Sumatera Utara
21
kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Menurut Hasibuan
2011: 170, pemimpin adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan
kepemimpinannya untuk mengarahkan orang lain serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai suatu tujuan.
2.1.1.2 Unsur Pokok Kepemimpinan
Rumusan kepemimpinan dari sejumlah ahli tersebut menunjukkan bahwa dalam suatu organisasi terdapat orang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi, mengarahkan, membimbing dan juga sebagian orang yang mempunyai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mengikuti apa
yang menjadi kehendak dari pada atasan atau pimpinan mereka. Karena itu, kepemimpinan dapat dipahami sebagai kemampuan mempengaruhi bawahan agar
terbentuk kerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan organisasi. Apabila orang-orang yang menjadi pengikut atau bawahan dapat dipengaruhi oleh
kekuatan kepemimpinan yang dimiliki oleh atasan maka mereka akan mau mengikuti kehendak pimpinannya dengan sadar, rela, dan sepenuh hati.
Universitas Sumatera Utara
22 Pemimpin
Gambar 2.1 Unsur-unsur Pokok dalam Kepemimpinan
Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang yang terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubahan sehingga
pemimpin diharapkan mampu menciptakan perubahan yang signifikan dalam organisasi dan bukan mempertahankan status. Selanjutnya, perubahan tersebut
bukan merupakan suatu yang diinginkan pemimpin, tetapi lebih pada tujuan yang diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang
diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai dimasa depan sehingga tujuan ini menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi
pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama Anoraga, 2000:190. Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang
terjadi di antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang- orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut. Proses kepemimpinan juga
Pengikut Pengaruh
Tujuan Keinginan Niat
Tanggung Jawab Pribadi
Perubahan
Universitas Sumatera Utara
23
melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian, baik
pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi personal responbility untuk mencapai tujuan bersama tersebut.
Menurut Kielson Anoraga:2000 ada Perubahan paradigma yang muncul sehingga harus diadopsi oleh pemimpin dan organisasi. Paradigma ini
akan menentukan pola dan gaya kepemimpinan seorang pemimpin sehari-hari, selama pemimpin mengarahkan organisasi menuju kesuksesan di masa depan.
Dalam hal ini, secara umum paradigma diartikan sebagai pola pikir dan cara pandang yang mencerminkan pemahaman dan penerimaan akan dunia.
Realitas Baru Bagi Pemimpin Paradigma Lama Paradigma baru
Masa Industri Masa Informasi
Stabilitas Kontrol
Kompetensi Kolaborasi
Barang Orang dan Hubungan
Sumber: Safaria 2004
Gambar 2.2 Perbedaan orientasi atau Paradigma Lama dan Baru
Tugas seorang pemimpin pada garis besarnya ada tiga Anoraga, 2000: 193 yaitu: 1. Memberikan struktur terhadap situasi
Tugas pemimpin memberikan struktur terhadap suatu situasi maksudnya adalah menyederahanakan dan mencarikan alternatif pemesahansolusi
terhadap berbagai masalah yang dihadapi kelompoknya.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Mengendalikan tingkah laku kelompok Mengawasi, memantau dan mengendalikan tingkah laku kelompok yang
mungkin dapat merugikan atau tingkah laku individu yang dapat merugikan kemlompok.
3. Sebagai juru bicara kelompoknya. Memberikan informasi yang benar, meluruskan informasi kepada
masyarakat tentang sesuatu yang diperlukan dalam rangka mengamankan kelompoknya. Juga memberikan informasi ke bawahan tentang sesuatu
yang dibutuhkan bawahan. Dalam kehidupannya sebagai pemimpin di dalam kelompok social
organisasi, seorang pemimpin akan dituntut oleh beberapa hal, yang meliputisekumpulan peran yang kompleks, dan demikian pula dengan fungsinya.
Dalam kaitannya dengan fungsi dan peran, seorang pemimpin dapat mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab kepada para pembantunya sesuai
dengan kedudukan yang ada dan berlaku. Peranan pemimpin yang dimaksud Anoraga, 2000:194 adalah :
1. Pemimpin sebagai perencana 2. Pemimpin sebagai pembuat kebijakan
3. Pemimpin sebagai ahli 4. Pemimpin sebagai pelaksana
5. Pemimpin sebagai pengendali 6. Pemimpin sebagai pemberi hadiah dan hukuman
7. Pemimpin sebagai sebagai teladan dan lambing
Universitas Sumatera Utara
25
8. Pemimpin sebagai tempat menimpa segala kesalahan 9. Pemimpin sebagai pengganti peran anggota lain
Kepemimpinan memiliki kaitan yang erat degan kekuasaan. Dalam hal ini Boonedan Kurzt dalam Anoraga 2000,195 mengemukakan: “Apa pun bentuknya
kepemimpinan selalu melibatkan penggunaan kekuasaan. Mereka juga mengemukakan defenisi kekuasaan sebagai : Kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi perilaku orang lain.”
2.1.2 Gaya Kepemimpinan Tranformasional
2.1.2.1 Defenisi Gaya Kepemimpinan Transformasional
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin merupakan hal yang ikut menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Dan penerapan
gayamemimpin antara satu organisasi dengan organisasi yang lain berbeda-beda sesuai dengan kondisi organisasi dan pola kerja anggota organisasi, sehingga
dalam penerapannya gaya kepemimpinan ini akan meningkatkan kinerja para anggota organisasi.
Menurut Hasibuan 2011 : 170, gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahan, agar mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Robbins 2009, gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan seseorang untuk mempengaruhi
kelompok menuju tercapainya sasaran. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi perilaku dengan orang yang
perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Universitas Sumatera Utara
26
Menurut Northouse2013,176 Kepemimpinantransformasional
merupakan proses dimana orang terlibat dengan orang lain, dan menciptakan hubungan yang meningkatkan motivasi dan moralitas dalam diri pemimpin dan
pengikut. Jenis pemimpin ini memiliki perhatian pada kebutuhan dan motif pengikut, serta mencoba membantu pengikut mencapai potensi terbaik mereka.
Menurut Tjiptono dan Syakhroza dalam Pramesti 2013 kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mencakup upaya perubahan
organisasi sebagai kepemimpinan yang dirancang untuk mempertahankan status quo. Perubahan yang dilakukan organisasi ini dikarenakan cara-cara organisasi
lama sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi pada saat medatang. Menurut Burns dalam Jandaghi et al., 2009 kepemimpinan transformasional
adalah proses di mana para pemimpin dan pengikutmempromosikan satu sama lain untuk tingkat yang lebih tinggi moralitas dan motivasi . Pemimpin
transformasional membantu pengikut mereka untuk melihat masalah lama melalui perspektif baru . Mereka merangsang pengikut mereka untuk mencoba lebih
tinggi dari tingkat biasanya. Pemimpin transformasional menginspirasi para pengikutnya untuk berpikir lebih dari mereka sendiri bertujuan dan kepentingan
dan untuk fokus pada tim yang lebih besar , organisasi , tujuan nasional dan global, memberikan perspektif masa depan , pemimpin seperti ini mempengaruhi
lebih dari pengikut mereka dengan cara menganggap bahwa perspektif sebagai tujuan mereka sendiri dan menunjukkan upaya yang tinggi untuk mencapainya .
Para pemimpin ini mampu memindahkan organisasi terhadap perspektif yang
Universitas Sumatera Utara
27
ideal dengan mengkoordinasikan karyawan dan mengintegrasikan semua sistem komponen.
Bass dalam Northouse, 2013:179 bahwa kepemimpinan transformasional memotivasi pengikut untuk melakukan lebih dari yang di harapkan dengan:
a. Meningkatkan tingkat pemahaman pengikut akan kegunaan dan nilai dari tujuan yang rinci dan ideal;
b. Membuat pengikut mengalahkan kepentingan sendiri demi tim atau organisasi;
c. Menggerakan pengikut untuk memenuhi kebutuhan tingkatan yang lebih tinggi.
Burn dalam Anoraga, 2009 mengidentifikasi dua tipe kepemimpinan politik, yaitu kepemimpinan tranformasional dan kepemimpinan transaksional.
Kepemimpinan Transformasional dicirikan sebagai pemimpin yang berfokus padapencapaian perubahan nilai-nilai, kepercayaan, sikap, perilaku, emosional
dan kebutuhan bawahan menuju perubahan yang lebih baik di masa depan. Pemimpin transformasional merupakan seorang agen perubahan yang berusaha
keras untuk melakukan transformasi ulang organisasi secara menyeluruh sehingga organisasi bisa mencapai kinerja yang lebih maksimal di masa depan.
Menurut Bass, pemimpin transformasional ini mampu membawa organisasi menuju kinerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemimpin transaksional.
Iklim dan akibat yang di peroleh bawahan dari pemimpin transformasional adalah dengan meningkatnya motivasi kerja, antusiasme, komitmen, kepuasan kerja,
kesejahteraan dan kesehatan bawahan.
Universitas Sumatera Utara
28
2.1.2.2 Karakteristik Gaya Kepemimpinan Transformasional
Dari hasil penelitiannya, Devanna dan Tichy dalam Luthans : 2001 mengemukakan beberapa karakteristik dari pemimpin transformasional yang
efektif, antara lain : 1. Mereka mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai agen perubahan.
2. Mereka mendorong keberanian dan pengambilan resiko. 3. Mereka percaya pada orang-orang.
4. Mereka dilandasi oleh nilai-nilai. 5. Mereka adalah seorang pembelajar sepanjang hidup lifelongs learners.
6. Mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian.
7. Mereka juga adalah seorang pemimpin yang visioner. Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan sangat ditentukan oleh
kepemimpinan, karena pemimpin bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan pekerjaan, sebaliknya kesuksesan dalam memimpin sebuah organisasi merupakan
keberhasilan seseorang mempengaruhi orang lain untuk menggerakkan atau menjalankan visinya, selain itu adanya koordinasi atau kerjasama yang baik antara
pimpinan dan bawahannya. Pernyataan tersebut sebagaimana diuraikan oleh Wahjosumidjo, 2001:172 kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan
motivasi karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada
kewibawaan, selain itu bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap karyawan, kolega maupun pimpinan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
29
Berdasarkan uraian tersebut, maka kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi pengikutnya guna mencapai tujuan organisasi, oleh sebab itu
setiap pemimpin memiliki gaya style yang berbeda-beda dalam memimpin perusahaan. Salah satu gaya kepemimpinan yang dibahas dalam penelitian ini
adalah gaya kepemimpinan transformasional. Berdasarkan uraian tersebut, maka kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi pengikutnya guna mencapai
tujuan organisasi, oleh sebab itu setiap pemimpin memiliki gaya style yang berbeda-beda dalam memimpin perusahaan. Salah satu gaya kepemimpinan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah gaya kepemimpinan transformasional. Kepemimpinan tranformasional yaitu pemimpin yang mencurahkan perhatiannya
pada persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para pengikutnya dan kebutuhanpengembangan diri masing-masing pengikutnya dengan cara
memberikan semangat dan dorongan untuk mencapai tujuannya.
2.1.2.3 Faktor-faktor Gaya Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional peduli dengan perbaikan kinerja pengikut, dan mengembangkan pengikut ke potensi maksimal mereka. Orang
yang menampilkan kepemimpinan transformasional sering sekali memiliki kumpulan nilai serta prinsip internal yang kuat. Mereka efektif dalam memotivasi
pengikut untuk bertindak dalam cara yang mendukung kepentingan yang lebih besar, daripada kepentingan mereka sendiri. Menurut Northouse dalam Jandaghi
et al,. 2009 ada beberapa faktor dalam kepemimpinan transformasional, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
30
a. Pengaruh Ideal Pengaruh ideal mendeskripsikan pemimpin yang bertindak sebagai teladan
yang kuat bagi pengikut. Pengikut menghubungkan dirinya dengan pemimpin ini dan sangat ingin menirukan mereka. Pemimpin ini biasanya memiliki
standar yang sangat tinggi akan moral dan perilaku yang etis, serta bisa diandalkan untuk melakukan hal yang benar. Meraka sangat dihargai oleh
pengikut yang biasanya sangat percaya kepada mereka. Mereka memberi pengikut visi dan pemahaman akan misi. Faktor ideal diukur dengan dua
komponen: komponen pengakuan yang merujuk pada pengakuan pengikut kepada pemimpin yang didasarkan pada persepsi yang mereka miliki atas
pemimpin mereka, dan komponen perilaku yang merujuk pada observasi pengikut akan perilaku pemimpin.
b. Motivasi yang Menginspirasi Faktor ini menggambarkan pemimpin yang mengkomunikasikan harapan
tinggi pada pengikut, menginspirasi mereka lewat motivasi untuk menjadi setia pada, dan menjadi bagian dari visi bersama dalam organisasi. Pada
praktiknya, pemimpin menggunakan symbol dan daya tarik emosional guna memfokuskan upaya anggota kelompok, guna mencapai lebih daripada apa
yang akan mereka lakukan untuk kepentingan pribadi mereka. Semangat tim ditingkat oleh jenis kepemimpinan inti. Contoh dari faktor ini bisa saja
seorang manajer penjualan yang memotivasi anggota tenaga penjual untuk hebat dalam pekerjaan mereka. Mereka melakukannya lewat kata-kata yang
mendorong dan percakapan singkat, untuk memberi semangat yang jelas-jelas
Universitas Sumatera Utara
31
mengkomunikasikan peran penting yang mereka mainkan dalam pertumbuhan perusahaan di masa depan.
c. Rangsangan Intelektual Hal itu mencakup kepemimpinan yang merangsang pengikut untuk bersikap
kreatif dan inovatif serta merangsang keyakinan dan nilai mereka sendiri, seperti juga nilai dan keyakinan pemimpin serta organisasi. Jenis
kepemimpinan ini mendukung pengikut ketika mencoba pendekatan baru dan mengembangkan cara inovatif untuk menghadapi masalah organisasi. Hal itu
mendorong karyawan untuk memikirkan hal-hal secara mandirii dan terlibat dalam pengambilan keputusan yang hati-hati. Suatu contoh dari jenis
kepemimpinan ini adalah manajer pabrik yang mengingkatkanupaya setiap pekerja untuk mengembangkan cara unik, guna memecahkan masalah yang
telah menyebabkan kemerosotan dalam produksi. d. Pertimbangan yang Diadaptasi
Faktor ini mewakili pemimpin yang memberikan iklim yang mendukung, dimana mereka mendengarkan dengan seksama kebutuhan masing-masing
pengikut. Pemimpin bertindak sebagai pelatih dan penasihat, sambil mencoba untuk membantu pengikut untuk benar-benar mewujudkan apa yang
diinginkan. Pemimpin ini mungkin menggunakan delegasi untuk membantu pengikut tumbuh lewat tantangan pribadi. Sebagai contohnya seorang manajer
yang meluangkan waktu untuk memperlakukan setiap karyawan, dalam cara yang unik dan peduli. Untuk sejumlah karyawan, pemimpin ini bisa memberi
hubungan yang kuat. Untuk orang lain, pemimpin ini bisa memberi perintah
Universitas Sumatera Utara
32
tertentu dengan tingkatan struktur yang tinggi. Intinya kepemimpinan transformasional memiliki dampak besar dan menghasilkan kinerja yang lebih
daripada yang diharapkan.
Gambar 2.3 Faktor-faktor Kepemimpinan Transformasional
Di dalam tahap pengembangan yang ada, pendekatan transformasional memiliki sejumlah kekukatan Northouse, 2013:189 yaitu :
1. Kepemimpinan transformasional telah secara luas diteliti dari banyak perspektif berbeda, termasuk serangkaian penelitian kualitatif tentang
pemimpin dan CEO yang unggul di perusahaan besar yang terkenal. 2. Kepemimpinan transformasional memiliki daya tarik alami.
3. Kepemimpinan transformasional memperlakukan kepemimpinan sebagai proses yang terjadi antara pengikut dan pemimpin.
Motivasi yang Menginspirasi
Pengaruh Ideal
Rangsangan Intelektual
Pertimbangan yang Diadaptasi
Kinerja Melebihi Harapan
Universitas Sumatera Utara
33
4. Pendekatan transformasional memberi pandangan yang lebih luas tentang kepemimpinan yang meningkatkan model kepemimpinan lain.
5. Kepemimpinan transformasional memberikan penekanan yang kuat pada kebutuhan, nilai, dan moral pengikut.
2.1.3 Kecerdasan Emosional 2.1.3.1 Defenisi Kecerdasan Emosional
Dalam Sumiyarsih, dkk 2012 menjelaskan bahwa istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey
dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emo-sional yang tampaknya penting bagi
keberhasilan individu. Salovey danMayermendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan
memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah–milah
semuanya,dan menggunakan informasi ini untuk mengembangkan pikiran dan tindakan. Definisi tersebut menjelaskan
bahwakecerdasan emosional berkaitan dengan pengarahan tindakan seseorang dalam kehidupan pribadi maupun sosial. Bar-On Sumiyarsih dkk, 2012
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam
mengatasi tututan dan tekanan lingkungan. Individu perlu memiliki kecerdasan emosional karena kondisi emosional
dapat mempengaruhi pikiran, perkataan, maupun perilaku, termasuk dalam pekerjaan. Individu yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu
Universitas Sumatera Utara
34
mengetahui kondisi emosionalnya dan cara mengekspresikan emosinya secara tepat sehingga emosinya dapat dikontrol dan memberikan banyak manfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Banyak orang cerdas secara akademik tetapi kurang mempunyai kecerdasan emosional, ternyata gagal dalam meraih kesuksesan di
tempat kerja. Kecerdasan emosional juga mampu menentukan potensi seseorang untuk mempelajari ketrampilan-ketrampilan praktis dan mendu-kung kinerja.
Menurut Goleman Yanuarita, 2014:10, kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi, menjaga
keselarasan emosi, dan pengungkapannya melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Menurutnya
koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan social yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati orang lain atau dapat
berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan social serta lingkungannya.
Goleman juga mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuanlebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan
dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Salovey dan Mayer dalam Naseer et al., 2011
mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan untuk memonitor sendiri dan perasaan dan emosi orang
lain , untuk membedakan antara mereka dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan seseorang . model mereka termasuk fitur
kecerdasan , penyesuaian dan dorongan .
Universitas Sumatera Utara
35
Menurut Robbins dan Judge 2009, 335 Kecerdasan emosional emotional intelligence adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta
mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi
orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka.
2.1.3.2 Kemampuan Utama Kecerdasan Emosional
Gardner dalam Yanuarita 2014:11-15 mendefenisikan kemampuan kecerdasan emosional menjadi lima kemampuan utama, yaitu:
a. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, yakni kesadaran orang akan emosinya sendiri. Kesadaran
diri membuat seseorang lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada akan individu menjadi mudah larut
dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri tidak terbatas pada mengamati diri dan mengenali perasaan
akan tetapi juga menghimpun kosa kata untuk perasaan dan mengetahui hubungan antara pikiran, perasaan, dan reaksi. Menurut Goleman kesadaran seseorang
terhadap titik lemah serta kemampuan pribadi seseorang juga merupakan bagaian dari kesadaran diri. Kesadaran diri sangat penting dalam pembentukan konsep diri
yang positif. Konsep diri adalah pandangan pribadi terhadap diri sendiri, yang mencakup tiga aspek yaitu :
Universitas Sumatera Utara
36
1. Kesadaran emosi, yaitu tahu tentang bagaimana pengaruhnya emosi terhadap kinerja, dan kemampuan menggunakan nilai-nilai untuk
memandu pembuatan keputusan. 2. Penilaian diri secara akurat, yaitu perasaan yang tulus tentang kekuatan-
kekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang jelas tentang mana yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman orang lain.
3. Percaya diri, yaitu keyakinan tentang harga diri dan kemampuan diri
.
b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangai
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali
merupakan kunci menuju kesejahteran emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan. Kemampaun ini
mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditumbulkannya serta
kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menek c. Memotivasi Diri Sendiri
Motivasi merupakan suatu energy yang dapat menimbulkan tingkat antusiasme dalam melaksanakan suatu aktivitas, baik yang bersumber dari dalam
diri individi itu sendiri motivasi instrinsik maupun dari luar individu motivasi ekstrinsik. Istilah motivasi mengacu pada sebab atau mengapa, suatu organsisme
yang dimotivasi akan lebih efektif daripada tidak dimotivasi.
Universitas Sumatera Utara
37
Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, dorongan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Hal tersebut dapat dijelaskan menjadi beberapa
komponen utama yaitu : a. Kebutuhan : hal ini terjadi jika individu merasa ada ketidakseimbangan
antara apa yang ia miliki dan apa yang ia harapkan. b. Dorongan : kekuatan internal untuk melakukan kegiatan dalam rangka
memenuhi harapan yang timbul sebagai hasil dari kebutuhan biologis,seperti kebutuhan makan dan minum. Kondisi seperti ini akan
memotivasi pelaku untuk mengulangi kebutuhan tersebut
.
c. Tujuan : hal yang ingin dicapai seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental
atau kekuatan motivasi belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Selain itu yang berkaitan dengan motivasi adalah optimisme. Menurut
Goleman, optimisme seperti harapan memiliki pengharapan yang kuat bahwa secara umum, segala sesuatu dalam kehidupan akan sukses kendati ditimpa
kemunduran dan frustasi. Dari titik pandang kecerdasan emosional, optimisme merupakan sikap yang menyangga orang agar jangan sampai jatuh dalam
keputusasaan atau depresi saat menghadapi kesulitan, karena optimisme membawa keberuntungan dalam kehidupan.
d. Mengenali Emosi Orang Lain Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau
peduli, menunjukan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal social tersembunyi
Universitas Sumatera Utara
38
yang mengisyaratkan apa kebutuhan orang lain. Sehingga lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan dan lebih mampu
mendengarkan orang lain. Seseorang yang mampu membaca orang lain juga mempunyai kesadaran diri yang tinggi. Semakin mampu terbuka pada emosinya
sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.
Makna empati adalah memahami perasaan dan masalah orang lain serta berpikir dengan sudut pandang mereka, menghargai perbedaan persasaan orang mengenai
berbagai hal. Menurut Goleman kemampuan indera perasaan seseorang sebelumn yang bersangkutan mengatakannya merupakan intisari empati. Empati memahami
cara-cara komunikasi yang dibangun di atas kecakapan-kecakapan yang lebih mendasar, khususnya kesadaran diri self awareness dan kendali diri self
control. e. Keterampilan Sosial
Keterampilan social, adalah kemampuan untuk menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi
dan jaringan social, berinteraksi dengan lancar, menggunakan keterampilan untuk mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah, meyelesaikan perselisihan untuk
bekerjasama dalam tim. Kemampuan ini dimulai dengan mengelola emosi diri sendiri dan berlanjut
pada kemampuan menangani emosi orang lain. Menurut Goleman, menangani emosi orang lain merupakan seni yang mantap untuk menjalin hubungan,
membutuhkan kematangan dua keterampilan emosional lain, yaitu manajemen
Universitas Sumatera Utara
39
diri dan empati. Dengan kedua landasan tersebut, keterampilan berhubungan dengan orang lain akan matang. Ini merupakan kecakapan social yang mendukung
keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.
2.1.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Yanuarita 2014, 15 menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional :
a. Faktor Internal Faktor internal adalah apa yang ada dalam diri individu yang mempengaruhi
kecerdasan emosinya. Faktor internal ini memiliki dua sumber yaitu: 1. Segi Jasmani : faktor pisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan
kesehatan seseorang terganggu dapat dimungkinkan mempengaruhi proses kecerdasan emosinya.
2. Segi Psikologis : mencakup di dalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi.
b. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi
berlangsung. Faktor eksternal meliputi : 1. Stimulus itu sendiri : kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi.
Universitas Sumatera Utara
40
2. Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi : objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan
kebulatan yang sangat sulit dipisahkan.
2.1.3.4 Pendukung dan Penentang Kecerdasan Emosional
Robbin dan Judge 2009, 336-337 menjelaskan bahwa kecerdasan emosional memiliki beberapa hal pendukung, yaitu :
1. Daya Tarik Intuitif Terdapat banyak daya tarik intuitif pada konsep kecerdasan emosional.
Sebagian besar orang akan setuju bahwa adalah baik untuk memiliki kecerdasan jalanan dan kecerdasan sosial. Orang-orang yang dapat mendeteksi
emosi orang lain, dan mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan baik akan mempunyai kaki yang kuat untuk berdiri di
dalam dunia bisnis, jadi pemikiran ini berlanjut. 2. Kecerdasan Emosional Meramalkan Kriteria yang Penting
Terdapat banyak bukti yang memperkuat bahwa kecerdasan emosional tingkat tinggi memengaruhi kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam pekerjaannya.
Sebuah penelitian lainnya menemukan bahwa kemampuan mengenali emosi pada ekspresi pada wajah orang lain dan secara emosional dapat meramalkan
peringkat rekan kerja terhadap seberapa berharga orang-orang tersebut untuk organisasi mereka. Akhirnya, penelitian mengidentifikasi bahwa secara
keseluruhan EI berhubungan secara moderat dengan kinerja pada pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
41
3. EI Berbasis Biologis Satu penelitian telah menunjukan bahwa orang-rang dengan kerusakan
pada bagian otak yang mengatur pemrosesan emosioanl mempunyai nilai yang secara siginifikan lebih rendah pada ujian-ujian EI. Meskipun orang-orang
dengan kerusakan otak tersebut tidak mempunyai nilai yang rendah ada ukuran-ukuran standar kecerdasan dibandingkan orang-orang yabg tidak
memiliki kerusakan otak yang sama, mereka tetap terganggu dengan pengambilan keputusan normal. Hal ini menyatakan bahwa EI berbasis secara
neurologi dalam sedemikian rupa yang tidak berhubungan dengan ukuran- ukuran standar kecerdasan, dan orang-orang yang menderita kerusakan
neurologi tersebut memiliki nilai lebih rendah pada EI dan membuat keputusan yang lebih burur dibandingkan orang-orang yang lebih sehat dalam
hal ini. Dalam Robbin dan Judge 2009, 336-337 juga menjelaskan bahwa
kecerdasan emosional juga memiliki beberapa hal yang menentangnya, yaitu : 1. EI adalah Sebuah Konsep yang Samar
2. EI Tidak Dapat Diukur 3. Validitas EI Masih Dipertanyakan
Universitas Sumatera Utara
42
2.1.4 Kepuasan Kerja
2.1.4.1 Pengertian Kepuasan Kerja
Davis menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan
pekerjaannya maupun kondisi dirinya Mangkunegara, 2001:34. Sementara Handoko 2005:75 menyatakan bahwa kepuasan kerja
adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Menurut
Robbins 2001:17, “kepuasan kerja adalah suatu variabel bergantung yang didelinisikan sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan
seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima “.
Tiffin dalam As’ad 2001:104 mengemukakan bahwa kepuasaan kerja berhubungan erat dengan sikap karyawan terhadap pekerjaanya
sendiri, situasi kerja, kerjasama pimpinan dengan sesama karyawan. Martoyo 2004:35 menjelaskan bahwa kepuasan kerja adalah keadaan
emosional karyawan dimana terjadi ataupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa kerja karyawan dari perusahaan atau organisasi dengan
tingkat nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan. Balas jasa karyawan ini, baik berupa “finansial” maupun
yang “non finansial”. Anoraga 2001:49 menegaskan bahwa kepuasan kerja adalah
kepuasan yang berhubungan dengan sikap karyawan terhadap pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
43
itu sendiri, situasi kerja, hubungan antara atasan dengan bawahan dan hubungan sesama karyawan.
2.1.4.2
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut Robbins 2001:17, faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah :
a.Kerja yang secara mental menantang. Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang
memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan, dan
umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. b. Ganjaran yang pantas.
Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil, tidak meragukan, dan segaris
dengan pengharapan mereka,Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan
standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan.
c. Kondisi kerja yang mendukung. Karyawan peduli akan lingkungan kerja yang baik untuk
kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang balk. Studistudi menunjukkan bahwa karyawani lebih menyukai
keadaan fisik sekitar yang tidak berbahaya atau merepotkan: Temperatur,
Universitas Sumatera Utara
44
cahaya, keributan, dan faktor-faktor lingkungan lain seharusnya tidak ekstrim.
d. Rekan sekerja yang mendukung. Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau
prestasi yang berwujud dari pekerjaan mereka. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh
karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang
ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan.
Universitas Sumatera Utara
45
2.2 Penelitian Terdahulu