Enzim Cholinesterase Tingkat Keracunan Pekerja

lama pekerja menjadi penyemprot pestisida, maka semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin tinggi. Penurunan aktifitas kholinesterase dalam plasma darah karena keracunan pestisida akan berlangsung mulai seseorang terpapar hingga 2 minggu setelah melakukan penyemprotan.

5.1.4 Kebiasaan Merokok Pekerja

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa kebiasaan merokok pada pekerja penyemprot pestisida terbanyak adalah tidak merokok yaitu sebanyak 12 orang 75,0 dan kebiasaan merokok sebanyak 4 orang 25,0. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa kebiasaan merokok tidak bisa dijelaskan dengan keracunan pestisida.

5.1.5 Enzim Cholinesterase

Berdasarkan hasil pemeriksan kadar enzim cholinesterase dapat dilihat bahwa kadar enzim cholinesterase pekerja penyemprot pestisida secara keseluruhan adalah tidak normal dengan jumlah responden sebanyak 16 orang 100. Perhitungan kadar enzim cholinesterase ini didasarkan pada perhitungan dengan satuan kUL rumah sakit perusahaan dengan kadar normal 4,6-11,5. Aktivitas enzim cholinesterase mengalami penurunan seiring dengan tingginya kadar zat organofosfat dalam darah.

5.1.6 Tingkat Keracunan Pekerja

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa tingkat keracunan pekerja yang paling banyak adalah keracunan akut berat yaitu sebanyak 12 orang 75,0. Pekerja dengan tingkat keracunan akut berat dapat disebabkan karena kurangnya Universitas Sumatera Utara keperdulian pekerja terhadap penggunaan APD. Pekerja tidak menggunakan APD secara lengkap dari awal dimulainya jam kerja hingga selesai bekerja. Beberapa pekerja ada yang tidak menggunakan masker dan sarung tangan. Hal ini dikarenakan pekerja merasa risih, dan tidak terbiasa. Terdapat juga pekerja yang tidak mencuci tangan dengan air dan sabun setelah selesai kontak langsung dengan bahan kimia. Pada pekerja dengan tingkat keracunan kronis sebanyak 2 orang 12,5, pekerja tidak menggunakan APD sama sekali. Sepatu yang mereka gunakan bukan sepatu khusus untuk proses penyemprotan. Penggunaan masker tidak digunakan dengan baik, melainkan pekerja menutupi hidung ketika menyemprot hanya menggunakan baju dan jilbab sebagai pelindung. Pekerja juga ada yang tidak mengganti pakaian setelah selesai melakukan pekerjaan. Hal ini semakin memicu terpaparnya pestisida pada pekerja Pekerja dengan tingkat keracunan ringan sebanyak 2 orang 12,5, pekerja menggunakan APD secara lengkap, namun tidak digunakan hingga jam kerja berakhir. Kebanyakan dari pekerja hanya menggunakan APD dengan kurun waktu beberapa jam saja. Hal ini dikarenakan pekerja merasa risih, panas dan ada yang beranggapan bahwa dapat memperlambat pekerjaan mereka. Menurut penelitian Rusli Asri Djau 2008, keracunan pestisida dapat diketahui melalui pemeriksaan kadar cholinesterase darah. Faktor- faktor yang berpengaruh terjadinya keracunan pestisida adalah faktor dari dalam tubuh dan dari luar tubuh, Berdasarkan hasil pemeriksaan darah pada petani di Kab. Magelang pada tahun 2006 dengan jumlah sampel yang diperiksa 550 orang Universitas Sumatera Utara menunjukan keracunan 99,8 dengan rincian keracunan berat 18,2, keracunan sedang 72,73 dan keracunan ringan 8,9 . Kontaminasi pestisida melalui kulit merupakan hal yang sering terjadi, meskipun tidak berakhir dengan keracunan pada umumnya responden tidak menyadari bahwa mereka sudah terkontaminasi pestisida, keracunan karena partikel pestisida atau butiran semprot terhisap melalui hidung. Pemeriksaan enzim cholinesterase sebaiknya dilakukan sebelum penyemprotan dilaksanakan agar dapat diketahui dan dibandingkan kadar enzim cholinesterasenya. Tinggi rendahnya aktivitas enzim cholinesterase menjadi indikator tinggi rendahnya tingkat keracunan. Ketika seseorang terpapar pestisida, cholinesterase akan berikatan dengan pestisida tersebut. Cholinesterase disintesis dalam hati atau liver. Penurunan aktivitas cholinesterase dalam eritrosit dapat berlangsung hingga 1-3 minggu, sedangkan penurunan aktivitas cholinesterase dalam trombosit dapat berlangsung 12 minggu atau 3 bulan. Berdasarkan hal tersebut maka pemeriksaan enzim cholinesterase ini sebaiknya rutin dilakukan selama 3 bulan sekali.

5.1.7 Riwayat Kesehatan Pekerja

Dokumen yang terkait

Bukit Lawang (Studi Deskriptif Mengenai Peran Masyarakat Terhadap Kelestarian Hutan Di Desa Perkebunan Bukit Lawang, Kec. Bahorok Kabupaten Langkat)

7 91 96

Evaluasi Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Kesehatan Pekerja Penyemprot Pestisida Di PT. Langkat Nusantara Kepong Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 15

Evaluasi Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Kesehatan Pekerja Penyemprot Pestisida Di PT. Langkat Nusantara Kepong Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 2

Evaluasi Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Kesehatan Pekerja Penyemprot Pestisida Di PT. Langkat Nusantara Kepong Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 7

Evaluasi Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Kesehatan Pekerja Penyemprot Pestisida Di PT. Langkat Nusantara Kepong Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

1 4 23

Evaluasi Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Kesehatan Pekerja Penyemprot Pestisida Di PT. Langkat Nusantara Kepong Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 3

Evaluasi Hasil Pemeriksaan Kesehatan Berkala Terhadap Kesehatan Pekerja Penyemprot Pestisida Di PT. Langkat Nusantara Kepong Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Tahun 2014

0 0 7

Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

1 2 16

Kontribusi Wisata Perairan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Bukit Lawang Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara

0 0 2

Pelatihan menjadi pemandu Wisata (Guide) Di desa Bukit lawang, Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

1 6 60