Secara umum Fe II terdapat di dalam air tanah berkisar antara 1,0-10 mgL, namun demikian tingkat kandungan besi sampai sebesar 50 mgL dan dapat juga
ditemukan dalam air tanah ditempat-tempat tertentu. Air tanah yang mengandung Fe II mempunyai sifat yang unik. Dalam kondisi tidak ada oksigen air tanah yang mengandung
Fe II jernih, begitu mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari atmosfer ion ferro akan berubah menjadi ion ferri dengan reaksi sebagai berikut :
4 Fe
2+
+ O
2
+ 10 H
2
O 4 Fe OH
3
8 H
+
Kandungan besi didalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kedalaman air di dalam tanah semakin dalam air yang meresap maka semakin tinggi
kelarutan besi, rendahnya pH air dan suhu yang tinggi menyebabkan berkurangnya kadar O
2
dalam air menguraikan kadar besi. Air bersih yang mengandung besi biasanya menimbulkan rasa dan bau logam yang amis pada air. Atmaningsih, 2007
2.2.2. Toksisitas Besi
Mineral yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan logam Fe. Apabila Fe tersebut berada dalam jumlah yang banyak akan muncul berbagai gangguan
lingkungan. Tempat pertama yang mengontrol pemasukan logam besi Fe dalam tubuh ialah didalam usus halus. Bagian usus ini berfungsi untuk absorpsi dan sekaligus sebagai
eksresi yang tidak diserap. Besi dalam usus diabsorpsi dalam bentuk feritin, dimana bentuk ferro lebih mudah diabsorpsi daripada bentuk ferri. Feritin masuk ke dalam darah
dan berubah bentuk menjadi senyawa transferin. Dalam darah tersebut besi mempunyai status sebagai besi trivalen yang kemudian di transfer ke hati atau limfa kemudian
disimpan dalam organ tersebut dalam bentuk feritin dan hemosiderin. Toksisitas terjadi bilamana terjadi kelebihan Fe kejenuhan dalam ikatan tersebut. Toksisitas akut terjadi
disebabkan oleh adanya iritasi dalam saluran gastro-intestinal. Kematian karena keracunan Fe pada anak kebanyakan terjadi pada anak umur 12-24 bulan, hal tersebut
berkaitan dengan pemberian suplemen vitamin yang terlalu banyak. Darmono, 2001
2.2.3. Tembaga Cu
Kuprum atau tembaga Cu memiliki sistem kristal kubik, yang secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat menggunakan mikroskop akan berwarna pink kecoklatan
sampai keabuan. Cu termasuk golongan logam berwarna merah, serta mudah berubah bentuk. Unsur tembaga di alam bisa ditemukan dalam bentuk logam bebas, tetapi lebih
banyak ditemukan dalam bentuk senyawa padat bentuk mineral. Tembaga bisa masuk ke lingkungan melalui jalur alamiah dan nonalamiah. Pada jalur alamiah, logam mengalami
siklus perputaran dari kerak bumi kedalam lapisan tanah, kedalam makhluk hidup, kedalam kolom air, mengendap, dan akhirnya kembali lagi kedalam kerak bumi. Namun,
kandungan alamiah logam berubah-ubah tergantung pada kadar pencemaran yang dihasilkan oleh manusia maupun karena erosi alami. Sedangkan jalur nonalamiah dari
unsur tembaga ini masuk kedalam tatanan lingkungan akibat aktivitas manusia, antara lain berasal dari buangan industri yang menggunakan bahan baku Cu, industri galangan
kapal, industri pengolahan kayu, serta limbah rumah tangga. Widowati, 2008 Garam-garam tembaga divalen, misalnya tembaga klorida, tembaga sulfat, dan
tembaga nitrat, bersifat sangat mudah larut dalam air, sedangkan tembaga karbonat, tembaga hidroksida dan tembaga sulfida bersifat tidak mudah larut dalam air. Apabila
masuk kedalam perairan alami yang alkalis, ion tembaga akan mengalami presipitasi dan mengendap sebagai tembaga hidroksida dan tembaga karbonat. Kadar tembaga pada
kerak bumi sekitar 50 mgkg Moore, 1991. Sumber alami tembaga adalah chalcopyrite CuFeS
2
, copper sulfide CuS
2
, malachite [Cu
2
CO
3
OH
2
], dan azurite [Cu
3
CO
3 2
OH
2
]. Novotny dan Olem, 1994 Tembaga merupakan satu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme.
Dalam jumlah kecil, Cu diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah, namun dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah, selain itu dapat
menyebabkan kerusakan pada hati. Sutrisno, 2004
2.2.4. Toksisitas Tembaga