bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan efek toksik terhadap manusia. Sutrisno, 2004
3. Warna dan Bau
Warna dan bau pada air minum disebabkan karena bahan-bahan terlarut dan tersuspensi baik berupa organik maupun anorganik. Standar kualitas air minum yang baik adalah
tidak berwarna
dan tidak
berbau. Berdasarkan
PERMENKES No.492MENKESPERIV2010 kadar maksimum warna yang diperbolehkan pada air
minum sebesar 15 TCU. Menurut Effeny 2003, warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu warna sesungguhnya dan warna tampak. Warna sesungguhnya adalah warna yang
disebabkan oleh bahan-bahan kimia terlarut. Sedangkan warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut, tetapi juga oleh bahan tersuspensi.
4. Padatan Total, Terlarut, dan Tersuspensi
Padatan total adalah bahan yang tersisa setelah air sampel mengalami penguapan dan pengeringan pada suhu tertentu. Padatan tersuspensi total yaitu bahan-bahan tersuspensi
biasanya memiliki diameter sebesar 1 m. Padatan tersuspensi total terdiri dari lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik. Padatan terlarut total adalah bahan-bahan terlarut
dengan ukuran diameter yaitu 10
-6
mm yang berupa senyawa-senyawa kimia. Effendy, H. 2003
2.1.3.2. Parameter Kimia
Air minum tidak boleh mengandung zat-zat kimia yang bersifat beracun dan kadarnya tidak boleh melampaui ambang batas yang telah ditentukan. Zat-zat mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh juga harus memiliki kadar yang sesuai sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan manusia. Adapun yang menjadi parameter kimia untuk
kualitas air meliputi derajat keasaman pH, kesadahan, kandungan bahan organik maupun anorganik dan lain-lain. Berikut ini parameter-parameter kimia pada air, yaitu
1. Derajat keasaman pH
Dalam penyediaan air, pH merupakan satu faktor yang harus dipertimbangkan mengingat bahwa derajat keasaman dari air akan sangat mempengaruhi aktivitas pengolahan yang
akan dilakukan. Jika pH tidak sesuai dengan standar kualitas air, akan mengakibatkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi
racun yang mengganggu kesehatan. Sutrisno, 2004 Air minum yang baik memiliki pH sebesar 7 netral. Air yang memiliki pH
netral dapat dicirikan sebagai air yang tak memiliki rasa maupun bau. Menurut Permenkes RI 1990, pH pada air minum berkisar antara 6,5-9,0. Air yang berasa asam
dan memiliki bau serta memiliki warna yang keruh dapat dipastikan sudah tidak layak untuk dikonsumsi.
2. Kesadahan
Kesadahan hardness yaitu gambaran kation logam divalen. Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk endapan maupun dengan anion-anion akan
membentuk karat pada peralatan logam. Kation utama penyebab kesadahan pada umumnya adalah kalsium dan magnesium. Kesadahan air berkaitan erat dengan
kemampuan air untuk membentuk busa. Semakin besar kesadahan air, maka semakin sulit sabun untuk membentuk busa karena terjadi presipitasi.
Tebbut 1992 mengemukakan bahwa nilai kesadahan tidak memiliki implikasi langsung terhadap kesehatan manusia. Kesadahan yang tinggi dapat menghambat sifat
toksik dari logam berat karena kation-kation penyusun kesadahan seperti kalsium dan magnesium membentuk senyawa kompleks dengan logam berat tersebut. Air permukaan
biasanya memiliki kesadahan yang lebih kecil daripada air tanah. Menurut PERMENKES No.492MENKESPERIV201, batas maksimum kesadahan pada air yaitu 500 mgL.
3. Kandungan bahan organik dan anorganik
Bahan-bahan organik juga dibutuhkan untuk tubuh dalam jumlah tertentu. Tetapi apabila kandungan bahan organik sudah melewati batas maksimum yang ditentukan maka dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada tubuh. Pada perairan alami, nilai kandungan bahan organik pada air berkisar antara 1-30 mgL.
Senyawa anorganik terdiri atas logam ringan dan logam berat yang pada umumnya bersifat toksik. Biasanya senyawa ini dihasilkan dari limbah domestik dan
industri. Kandungan bahan kimia anorganik yang terdapat di dalam air, antara lain garam dan ion-ion logam seperti besi dan kalsium. Effendy, H. 2003
2.1.3.3. Parameter Mikrobiologi