Kewenangan KPK menurut Hukum Acara Tindak Pidana Korupsi

B. Kewenangan KPK menurut Hukum Acara Tindak Pidana Korupsi

dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Indonesia. 1. Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi KPK sebagai Penyelidik berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi Menurut ketentuan Pasal 6 huruf c, KPK bertugas antara lain melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi. Selanjutnya Pasal 11, menegaskan bahwa dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c a quo, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yang : a. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara; b. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; danatau c. Menyabgkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Lebih lanjut Pasal 12 Ayat 1 UU KPK, memberikan wewenang kepada KPK dalam hal pelaksanaan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c untuk: a. Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan; b. Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian ke luar negeri; Universitas Sumatera Utara c. Meminta keterangan kepada bank atau lemaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperikasa; d. Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa; e. Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka dari jabatannya; f. Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada instansi terkait; g. Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana pencucian uang; h. Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar negeri; i. Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak pidana korupsi yang sedang ditangani. Menurut Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Penyelidik adalah Penyelidik pada Komisi Pemberantasan Korupsi yang diangkat dan diberhentikan oleh Universitas Sumatera Utara Komisi Pemberantasan Korupsi. Ayat 2 menyatakan bahwa Penyelidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 melaksanakan fungsi penyelidikan tindak pidana korupsi. Diaturnya kewenangan penyelidikan oleh KPK berdasarkan Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi selanjutnya disebut UU KPK, maka polri tidak menjadi satu-satunya aparat penegak hukum yang dapat melakukan wewenang penyelidikan tindak pidana, meskipun wewenang penyelidikan oleh KPK hanya sebatas pada penyelidikan tindak pidana korupsi. 2. Kewenangan Penyidikan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Kewenangan penyidikan tindak pidana korupsi dimiliki Komisi Pemberantasan Korupsi selain Kepolisian dan Kejaksaan. Dalam Pasal 26 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi disebutkan bahwa Penyidikan, Penuntutanm dan Pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana korupsi, dilakukan berdasarkan hukum acara pidana yang beraku kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini. Selanjutnya menurut Pasal 39 Ayat 1 UU KPK disebutkan bahwa Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi dilakukan berdasarkan Hukum Acara Pidana yang berlakudan berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini. Universitas Sumatera Utara Tugas KPK menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, yaitu: a. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; c. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara. Wewenang KPK terkait dengan tugas penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tidak pidana korupsi tertuang dalam pasal 11 UU KPK yaitu terhadap tindak pidana korupsi yang: a. Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara dan orang- orang yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau penyelenggara negara; b. Mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; danatau c. Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Menurut UU KPK, KPK bukan hanya dapat sebagai bertindak sebagai penyelidik, penyidik, dan melakukan penuntutan, akan tetapi sesuai dengan Universitas Sumatera Utara ketentuan Pasal 9, dikatakan bahwa KPK dapat mengambil alih penyidikan dan penuntutan yang dilakukan kepolisian dan kejaksaan, dengan alasan 68 : a. Laporan masyarakat mengenai tindak pidana korupsi yang tidak ditindaklanjuti; b. Proses penanganan tindak pidana korupsi berlarut-larut atau tertunda- tunda dengan alasan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan; c. Penanganan tindak pidana korupsi ditujukan untuk melindungi pelaku tindak pidana korupsi yang sebenarnya; d. Penanganan tindak pidana korupsi yang mengandung unsur korupsi; e. Hambatan penanganan tindak pidana korupsi karena adanya campur tangan dari pihak eksekutif, yudikatif maupun legislatif; danatau f. Keadaan lain yang menurut pertimbangan pihak kepolisian atau kejaksaan penanganan tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Pasal 41 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, disebutkan wujud peran serta masyarakat, yaitu: a. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi. 68 Adib Bahari dan Khotibul Umam, Komisi Pemberantasan Korupsi dari A sampai Z, Pustaka Yustisia, Yokyakarta, 2009, hal. 33 Universitas Sumatera Utara b. Hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi. c. Hak meyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kepada penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi. d. Hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama 30 tiga puluh hari. e. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum. Peran serta masyarakat ini dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pencegahan dan pemberantasan korupsi. Penyidik KPK juga mempunyai wewenang berdasarkan Pasal 74 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang untuk melakukan penyidikan Tindak Pidana Pencucian Uang yang tindak pidana asalnya adalah Tindak Pidana Korupsi. 3. Kewenangan Penuntutan Komisi Pemberantasan Korupsi berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Terkait dengan tindak pidana korupsi, KPK sebagai lembaga yang mempunyai tugas dalam upaya-upaya pemberantasan korupsi berdasarkan UU KPK, berwenang untuk melakukan koordinasi dan supervisi, termasik peyelidikan, penyidikan, dan penuntutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Kewenangan penuntutan oleh KPK tersebut tertuang secara tegas pada Pasal 6 UU KPK yang mengatur tentang tugas KPK, yaitu: a. Koordinasi dengan instansi yang berwenaqng melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi Badan Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara, Ispektorat pada departemen atau lembaga non- departemen; b. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; c. Melakukan penyelidikan, pemyidikan dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi; d. Melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; e. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintah negara. Dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya tersebut, KPK berlandaskan pada asas sebagaimana tertuang dalam Pasal 15 huruf e UU KPK 69 : a. Kepastian Hukum, bahwa segala tindakan yang dilakukan oleh KPK harus berdasar pada peraturan perundang-undangan. b. Keterbukaan, bahwa KPK wajib membuka dan memberikan akses informasi kepada masyarakat atas kinerja KPK dalam menjalankan tugas dan fungsinya. 69 Ibid, hal. 30-31 Universitas Sumatera Utara c. Akuntabilitas, bahwa setiap tindakan KPK termasuk hasil akhir dari tindakan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. d. Kepentingan Umum, bahwa segala tindakan KPK dalam pengungkapan kasus korupsi wajib memperhatikan dan mengutamakan kepentingan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif. e. Proporsionalitas merupakan asas yang mengutamakan keseimbangan antara tugas, wewenang, tanggung jawab, dan kewajiban KPK.

C. Tindak Pidana Korupsi sebagai Predicate Crime dalam Tindak Pidana