Kesimpulan Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Menuntut Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai garda terdepan dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dalam memberantas Korupsi yaitu sebagai Penyelidik, Penyidik, dan Penuntut Umum berpatokan pada ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 dan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Dan kaitannya dengan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah dimana Tindak Pidana Pencucian Uang tidak dapat dilepaskan dari tindak pidana Korupsi, tindak pidana korupsi merupakan salah satu predicate crime daripada tindak pidana pencucian uang. Sehingga apabila telah diduga tersangka korupsi melakukan tindak pidana korupsi yang dibarengi tindak pidana pencucian uang sudah seharusnya Komisi Pemberantasan Korupsi menggabungkan perbuatan tersebut dalam satu surat dakwaan yang sama. Dan juga hukum acara yang dipakai dalam pemberantasan tindak pidana pencucian uang diluar Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah juga Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Legalitas Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang sebenarnya sudah cukup jelas Universitas Sumatera Utara diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan, walaupun terdapat banyak perdebatan, salah satunya yaitu tentang kewenangan penuntut umum dalam menggabungkan beberapa tindak pidana yang saling berhubungan satu sama lain, dalam hal ini tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang dimana tindak pidana korupsi merupakan salah satu predicate crime dari tindak pidana pencucian uang. Komisi Pemberantasan Korupsi dalam melakukan penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang predicate crime-nya adalah tindak pidana korupsi dapat memaksimalkan pengembalian kerugian negara karena selama ini koruptor tetap dapat menikmati hasil tindak pidana korupsi walaupun sudah dihukum penjara atau denda karena hasil tindak pidana sudah disamarkan melalui pencucian uang, sehingga penerapan Undang- Undang Pencucian Uang dapat mengikuti peredaran uang hasil tindak pidana tersebut follow the money. Sedangkan khusus untuk pidana denda para koruptor lebih memilih untuk menjalani masa hukuman lebih banyak di balim jeruji besi daripada membayar denda yang dijatuhkan oleh hakim. Mahkamah Konstitusi juga sudah memutuskan bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi melalui Penuntut Umumnya berwenang melakukan penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang tindak pidana asalnya adalah tindak pidana korupsi melalui Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 77PPU-XII20014. Universitas Sumatera Utara

B. Saran