Saran Penelitian Terdahulu Analisis Pengaruh Stock Selection Skills, Market Timing Ability, Fund Size, dan Fund Longevity terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia

5.2 Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang telah diuraikan, maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu: 1. Peneliti hanya menggunakan 48 sampel yaitu pada reksa dana saham dalam penelitian ini, maka peneliti selanjutnya diharapkan bisa menggunakan lebih banyak sampel yang tidak hanya terbatas pada jenis reksa dana saham sehingga mampu menilai reksa dana dari berbagai jenis. 2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel-variabel lain diluar variabel penelitian ini agar memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat menggambarkan hal-hal apa saja yang dapat berpengaruh terhadap kinerja reksa dana sahamserta memperpanjang periode penelitian untuk memperluas cakupan serta menggunakan metode analisis yang berbeda. 3. Para investor reksa dana saham di Indonesia harus lebih memperhatikan stock selection skills dan market timing abilitykarena memiliki pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja reksa dana saham. Hal ini untuk menentukan reksa dana saham mana yang dapat memberikan imbal hasil return yang diharapkan. 4. Para manajer investasi reksa dana saham di Indonesia harus memaksimalkan kinerjanya dengan meningkatkan stock selection skills dan market timing abilitykarena kedua faktor ini berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana saham. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Reksa dana

Menurut Veithzal, et al. 2013: 108 reksa dana mutual fund adalah sertifikat yang menyatakan bahwa pemiliknya menitipkan uang kepada pengelola reksa dana disebut manajer investasi, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi di pasar uang atau pasar modal. Menurut Cahyono 2000: 15 reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Mengacu kepada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat 27 didefinisikan bahwa reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut. Pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek. Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dengan demikian, dana yang ada dalam reksa dana merupakan dana bersama para pemodal, sedangkan manajer investasi adalah pihak yang dipercaya untuk mengelola dana tersebut. Pemodal adalah dari berbagai pihak baik Universitas Sumatera Utara perseorangan maupun institusi yang menginvestasikan sejumlah dana yang mereka miliki kedalam reksadana. Dana yang telah dikumpulkan dari pemodal akan diinvestasikan pada berbagai jenis instrumen investasi seperti surat utang jangka pendek, surat utang jangka panjang, obligasi, dan sebagainya. Reksa dana dibentuk oleh manajer investasi dan bank kustodian melalui akta Kontrak Investasi Kolektif KIK yang dibuat notaris. Manajer investasi akan berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpul dari sekian banyak investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, seperti TD, SBI, obligasi, dan saham. Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksa dana. Reksa dana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksa dana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri Pratomo, 2007:39.

2.1.2 Bentuk Reksa dana

Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat 1, bentuk hukum reksadana di Indonesia ada dua, yaitu: 1. Reksa Dana Berbentuk Perseroan PT. Reksa Dana Reksa dana berbentuk perseroan PT. Reksa dana adalah reksa dana berbentuk suatu perusahaan perseroan terbatas yang mempunyai kegiatan usaha mengelola portofolio efek, yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi. Universitas Sumatera Utara 2. Reksa Dana Kontrak Investasi Kolektif KIK Reksa dana Kontrak Investasi Kolektif KIK adalah reksa dana yang dibentuk berdasarkan suatu Kontrak Investasi Kolektif KIK antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio efek dan bank kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.

2.1.3 Sifat Reksa dana

Dilihat dari segi sifatnya atau cara penerbitan dan perdagangan sahamnya menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat 1, reksa dana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Reksa Dana Tertutup Close-End Funds Reksa dana yang menerbitkan sahamunit penyertaan dan menjualnya kepada investor namun tidak memilki kewajiban untuk membeli sahamunit penyertaan yang telah dijualnya. Investor hanya dapat menarik investaasinya dengan cara menjual atau mengalihkan sahamunit penyertaan yang dimilikinya kepada investor lain yang berminat. 2. Reksa Dana Terbuka Open-End Funds Reksa dana yang menerbitkan sahamunit penyertaan dan menjualnya kepada investor dan memiliki kewajiban untuk membeli kembali sahamunit penyertaan yang telah dijualnya. Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Jenis Reksa dana

Berdasarkan Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 18, berikut ini adalah macam-macam jenis atau produk reksa dana: 1. Reksa Dana Konvensional a. Reksa Dana Saham Reksa dana saham atau equity fund adalah reksa dana yang dalam portofolio investasinya terdiri dari instrumen berbentuk saham equity dengan jumlah sekurang–kurangnya 80 dari total aset investasi. Secara teoritis pergerakan harga atau NAB reksa dana saham akan lebih fluktuatif atau lebih berisiko dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya, namun reksa dana saham juga berpotensi memberikan pertumbuhan NAB yang lebih besar dibandingkan dengan jenis reksa dana lainnya. b. Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa Dana Fixed Income Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang dalam portofolio investasinya terdiri dari instrumen berbentuk surat utang dengan jumlah sekurang–kurangnya 80 dari total aset investasi. Reksa dana ini mengkhususkan pada efek yang memberikan pendapatan secara tetap. Umumnya, reksa dana pendapatan tetap di Indonesia memanfaatkan instrumen obligasi sebagai bagian terbesar dari investasinya. Komposisi demikian pada umunya sangat menarik bagi investor yang konservatif terhadap risiko karena secara teoritis transaksi perdagangan instrumen obligasi relatif jauh lebih stabil daripada saham. Reksa dana ini Universitas Sumatera Utara mengandalkan penghasilan berupa suku bunga kupon yang sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut. c. Reksa Dana Pasar Uang Money Market Reksa dana pasar uang adalah reksa dana dalam portofolio investasinya terdiri dari instrumen yang bersifat utang jangka pendek dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Reksa dana ini mengutamakan investasi pada jenis–jenis efek di pasar uang dengan orientasi pendapatan jangka pendek seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia SBI, Surat Berharga Pasar Uang SPBU dan lainnya. Reksa dana ini bersifat likuid serta mempunyai tingkat risiko lebih rendah dibandingkan dengan jenis instrumen investasi lainnya. Serta tingkat keuntungannya juga relatif rendah dari jenis reksa dana lainnya. d. Reksa Dana Campuran Balance Fund Reksa dana campuran adalah reksa dana yang dalam portofolio investasinya terdiri dari saham, surat utang, pasar uang dengan komposisi yang lebih fleksibel tidak mengacu pada komposisi sekurang–kurangnya 80 untuk saham, surat utang dan pasar uang pada masing–masing reksa dana. Tujuan produk reksa dana campuran dimaksudkan agar para manajer investasi dapat lebih fleksibel melakukan diversifikasi terhadap portofolio efek reksa dana. Universitas Sumatera Utara 2. Reksa Dana Terstruktur Reksa dana terstruktur adalah reksa dana yang hanya dapat dibeli atau dijual kembali oleh investor pada saat tertentu saja yang ditentukan oleh manajer investasi. Jenis-jenis reksa dana terstruktur adalah sebagai berikut: a. Exchange Traded Fund ETF Exchange Traded Fund ETF adalah sebuah reksa dana yang merupakan suatu inovasi dalam dunia industri reksa dana yang sifatnya mirip dengan suatu perusahaan terbuka dimana unit penyertaannya dapat diperdagangkan di bursa. ETF ini adalah merupakan kombinasi dari reksa dana tertutup dan reksa dana terbuka, dan ETF ini biasanya adalah merupakan reksa dana yang mengacu kepada indeks saham. ETF lebih efisien daripada reksa dana konvensional, karena unit penyertaannya diperdagangkan langsung di bursa setiap hari menyerupai reksa dana tertutup dimana tidak dapat dijual kembali kepada manajer investasi. b. Reksa Dana Terproteksi Protected Fund Reksa dana terproteksi protected fund tergolong masih baru di Indonesia. Reksa dana ini diinvestasikan pada instrument surat hutang, biasanya pada obligasi yang hampir jatuh tempo. Khusus pada reksa dana ini usianya biasanya pendek sesuai dengan jatuh tempo surat hutang yang dibelinya. 3. Reksa Dana Syariah Reksa dana syariah mengandung pengertian sebagai reksa dana yang pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu pada syariat Islam. Reksa dana syariah, misalnya tidak diinvestasikan pada saham-saham atau obligasi Universitas Sumatera Utara dari perusahaan yang pengelolaan atau produknya bertentangan dengan syariat Islam. Seperti pabrik makananminuman yang mengandung alkohol, daging babi, rokok dan tembakau, jasa keuangan konvensional, pertahanan dan persenjataan serta bisnis hiburan yang berbau maksiat. 4. Reksa Dana Indeks Index Fund Reksa dana indeks adalah reksa dana yang portofolio efeknya terdiri dari atas efek yang menjadi bagian dari suatu indeks yang menjadi acuannya. Sekurang-kurangya 80 dari Nilai Aktiva Bersih NAB diinvestasikan pada efek yang merupakan bagian dari kumpulan efek yang ada dalam indeks tersebut. Pembobotan masing-masing efek antara 20 sampai 80 dari pembobotan atas masing-masing efek dalam indeks yang menjadi acuan dan tingkat penyimpangan dari kinerja reksa dana indeks terhadap kinerja indeks yang menjadi acuan.

2.1.5 Return Reksa Dana

Menurut Jones, et al. 2009: 10 return merupakan tingkat keuntungan yang diinginkan oleh investor dari sumber daya yang mereka investasikan. Return portofolio adalah keuntungan investasi dalam berbagai instrumen keuangan selama suatu periode tertentu. Return portofolio dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut: 1. Return Realisasi Portofolio Portfolio Realized Return Return realisasi portofolio portfolio realized return adalah rata-rata tertimbang dari return-return realisasi tunggal di dalam portofolio tersebut. Universitas Sumatera Utara 2. Return Ekspektasi Portofolio Portfolio Expected Return Return ekspektasi portofolio portfolio expected return adalah rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return portofolio reksa dana dapat dihitung dengan yang dilakukan untuk menghitung return aktiva tunggal, yaitu Hartono, 2014: 705: ������ ���� ������ � � = ��� � ��� �−1 − 1 dimana: NAB t = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode sekarang t NAB t-1 = Nilai Aktiva Bersih yang merupakan nilai portofolio periode lalu t-1 Menurut Jordan dan Miller 2009: 99 Nilai Aktiva Bersih NAB per unit adalah nilai total aset reksa dana dikurangi dengan kewajiban dan dibagi dengan jumlah unit penyertaan reksa dana yang beredar atau saham reksa dana yang beredar. Setiap investor yang membeli reksa dana akan mendapatkan bukti satuan kepemilikan reksa dana yang dinamakan dengan unit penyertaan atau saham.

2.1.6 Return Pasar

Menurut Rodoni dan Ali 2010: 183 indeks pasar merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham yang listing di bursa yang digunakan oleh bursa–bursa dunia. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG digunakan untuk mengukur kinerja saham. Fungsinya juga sebagai benchmark kinerja portofolio, indikator trend pasar, indikator tingkat keuntungan dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif. Universitas Sumatera Utara Return pasar merupakan perubahan indeks pasar yang dinyatakan dalam persentase, yaitu indeks pasar sekarang dibandingkan dengan indeks pasar kemarin, atau indeks pasar bulan ini dibandingkan dengan indeks pasar bulan lalu dan perubahannya dinyatakan dalam persentase. Secara matematis dapat ditulis Samsul, 2006: 373: � � = ���� � − ���� �−1 ���� �−1 dimana: R m = Returnmarket return pasar IHSG t = IHSG bulan ini t IHSG t-1 = IHSG bulan lalu t-1

2.1.7 Risk Free Rate

Menurut Jordan dan Miller 2009: 16 risk free rate merupakan tingkat pengembalian atau tingkat keutungan dari investasi tanpa risiko. Sertifikat Bank Indonesia SBI merupakan surat berharga pasar uang yang menonjol karna berfungsi sebagai aset patokan. Meskipun dalam arti murni tidak ada aset keuangan bebas risiko, secara praktis Sertifikat Bank Indonesia SBI adalah aset bebas risiko Jones, et al. 2009: 28. Rata-rata risk free rate dapat dihitung sebagai berikut: � � ��� = ∑ ���� ����� ��� � dimana: � � ��� = Rata-rata risk free rate n = Jumlah bulan Universitas Sumatera Utara

2.1.8 Risiko Portofolio

Menurut Horne dan Machowicz 2009: 105 terdapat dua jenis risiko investasi, yaitu: 1. Risiko Sistematis Systematic Risk Risiko sitematis mengacu pada faktor risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan seperti perubahan kondisi ekonomi, politik, perubahan situasi energi bumi. Risiko ini mempengaruhi semua sekuritas dan konsekuensinya tidak dapat didiversifikasikan. Dengan kata lain, investor yang mempertahankan diversifikasi portofolio yang baik pun akan terpapar oleh risiko sistematis ini. Oleh karena itu, risiko sistematis sering disebut sebagai risiko pasar. 2. Risiko Tidak Sistematis Unsystematic Risk Risiko tidak sitematis sering disebut risiko spesifik atau unik adalah risiko untuk perusahaan atau industri tertentu. Risiko ini merupakan faktor independen spesifik ekonomi, politik dan lainnya yang mempengaruhi sekuritas. Dengan demikian, risiko ini dapat didiversifikasikan, dapat dikurangi atau dikontrol. Menurut Tandelilin 2001:55 untuk menghitung besarnya risiko total yang dikaitkan dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, bisa dilakukan dengan menghitung varians dan standar deviasi return investasi bersangkutan. Secara matematis, rumus untuk menghitung varians dan standar deviasi bisa dituliskan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara ����� = � 2 = [ � � − ��] 2 �� � �������������� = � = � 2 12 dimana: Var Rp = σ 2 = Varians returnportofolio σ = Standar deviasi ER = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas R i = Return ke-i yang mungkin terjadi Pr i = Probabilitas kejadian ke-i

2.1.9 Kinerja Reksa Dana

Investor yang ingin membeli reksa dana harus melihat terlebih dahulu kondisi pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar dalam keadaan ramai bullish market urutan pilihan jatuh pada reksa dana saham, reksa dana campuran, reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap, namun dalam kondisi pasar lesu bearish market pilihan jatuh pada reksa dana pendapatan tetap, reksa dana pasar uang, reksa dana campuran dan reksa dana saham. Manajer investasi dapat mengubah-ubah kebijakan komposisi investasinya disesuaikan dengan keadaan pasar, baik dalam situasi pasar bullish atau bearish untuk mendapatkan sutu keuntungan yang optimal. Dalam tahun 60-an beberapa alat ukur indeks tunggal digunakan untuk mengevaluasi kinerja relatif dari para manajer uang. Tiga alat ukur atau indeks tersebut adalah indeks Treynor 1965, indeks Sharpe 1966, indeks Jensen 1968. Ketiga indeks ini mengasumsikan adanya hubungan linier antara pengembalian portofolio dengan pengembalian dari beberapa indeks pasar dengan dasar luas Fabozzi, 2005:798. Universitas Sumatera Utara 1. Indeks Treynor Indeks Treynor merupakan alat ukur kelebihan pengembalian per unit risiko. Kelebihan ini didefinisikan sebagai selisih antara pengembalian portofolio dengan tingkat pengembalian bebas risiko pada periode evaluasi yang sama. Alat ukur risiko dalam indeks Treynor merupakan risiko sistematis relatif sebagaimana yang diukur oleh beta portofolio. Treynor menyatakan bahwa indeks Treynor merukapan alat ukur risiko yang tepat karena dalam portofolio terdiversifikasi penuh, risiko tidak sistematis boleh dikatakan tidak ada. Dalam bentuk persamaan, indeks Treynor adalah: ���������������������� − �������������������� �������������� 2. Indeks Sharpe Indeks Sharpe merupakan alat ukur dari rasio pengembalianrisiko rewardratio risk. Risiko portofolio diukur oleh standar deviasi portofolio. Maka indeks Sharpe merupakan alat ukur kelebihan pengembalian relatif terhadap total perbedaan portofolio. Persamaan indeks Sharpe adalah: ���������������������� − �������������������� ������������������������ 3. Indeks Jensen Indeks Jensen menggunakan model penetapan harga aktiva modal untuk menentukan apakah manajer uang telah menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan indeks pasar. Analogi empiris dari CAPM adalah: ��� � � − � � = � � ���� � − � � �� + � Universitas Sumatera Utara dimana: ER p = pengembalian diharapkan dari portofolio R f = suku bunga bebas risiko β p = beta portofolio ER M = pengembalian diharapkan pada pasar e = istilah bagi kesalahan acak Kinerja reksa dana mencerminkan return atau tingkat pengembalian yang diberikan oleh suatu reksa dana untuk para investornya. Kinerja reksa dana ini sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari manajer investasinya untuk memilih saham-saham yang nilainya dibawah pasar serta pandai dalam mengelola market timing portofolionya. Dalam penelitian ini kinerja reksa dana diukur menggunakan Sharpe’s Perfomance Indeks SPI. Penelitian Sharpe berkaitan dengan prediksi kinerja masa datang yang menggunakan data masa lalu untuk menguji modelnya. Model ini dipilih karena model Sharpedapat digunakan untuk semua jenis reksa dana dan pengukuran ini memenuhi standar pengukuran kinerja secara internasional. Menurut William F. Sharpe 1995 sebagai ahli portofolio, model Sharpetidak memerlukan benchmark dalam pengukuran risikonya. Pengukuran Sharpediformulasikan sebagai rasio risk premium terhadap standar deviasinya. Hal inilah yang membedakan pengukuran Sharpedengan model yang lain. Standar deviasi adalah risiko total yang merupakan hasil dari risiko sistematik dan risiko tidak sistematik. Jika portofolio sangat terdiversifikasi maka total risiko hampir sama dengan risiko sistematik, karena risiko tidak sitematik mendekati nol. Dengan demikian metode Sharpemerupakan model yang akan memberikan informasi lebih baik karena memperhitungkan risiko sitematik dan tidak sistematik Winingrum, 2011. Universitas Sumatera Utara

2.1.10 Stock Selection Skills dan Market Timing Ability

Menurut Jensen 1968 dan Fama 1972 konsep kinerja portofolio dibagi menjadi dua dimensi, yaitu 1 kemampuan manajer portofolio atau analisis sekuritas untuk meningkatkan return portofolio melalui prediksi yang tepat tentang harga sekuritas di masa yang akan datang dan 2 kemampuan manajer portofolio untuk meminimalkan risiko melalui diversifikasi yang efisien yang muncul dari kepemilikan portofolio. Selectivity is an ability to pick stock that outperform the overall stock market Hirschey. 2008: 141. Menurut Corrado 2002: 56 security selection is selection of spesific securities within a particular class. Sedangkan market timing is an investment style that atemps to buy into the stock market before bull market move and sell before a bear market move Hirschey, 2008: 141. Kemudian menurut Menurut Corrado 2002: 55 market timing is an investment decision you must make is wheather you will try to buy and sell in anticipation of the future of overall market. Untuk menghitung stock selection skillsdan market timing ability digunakan dua model, yaitu: 1. Model Treynor-Mazuy Menurut Treynor dan Mazuy 1966 ketika nilai α atau alpha positif berarti menunjukan adanya kemampuan selectivity dan ketika nilai γ atau market timing positif berarti menunjukan adanya kemampuan market timing, maka hal ini mengindikasikan bahwa manajer investasi menghasilkan excess return portfolio reksa dana yang lebih besar dibandingkan dengan excess return Universitas Sumatera Utara market. Model regresi kuadratik adalah sebuah pengukuran yang valid dari pengukuran kinerja market timing dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kualitas dari timing information dan mendeteksi keberadaan dari selectivity information. Bentuk yang dipergunakan dalam model ini adalah dengan formula sebagai berikut: � � − � � = � + ��� � − � � � + �� � − � � 2 + � � dimana: R p = Return reksa dana pada periode t R f = Return bebas risiko pada periode t R m = Return pasar pada periode t α = Intercept yang merupakan indikasi stock selection dari manajer investasi β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada waktu pasar turun bearish γ = Koefisien regresi yang merupakan indikasi kemampuan market timing dari manajer investasi εp = Merupakan random error 2. Model Henriksson-Merton Melalui model regresi yang dikembangkan oleh Henrikson dan Merton 1981 bisa diukur kemampuan market timing dan tingkat keberhasilan stock selection skillsdari portofolio yang dikelola secara aktif, yang masing-masing memberikan kontribusi secara terpisah pada kinerja portofolio secara keseluruhan yang dilakukan oleh para manajer investasi sebagai pengelola reksadana. Untuk mengukur kemampuan microforecasting stock selection manajer investasi, hal ini dapat dilihat memalui besaran α. Jika manajer investasi memiliki α 0 berarti manajer investasi memiliki kemampuan Universitas Sumatera Utara stock selection yang baik, dan sebaliknya jika α 0 artinya kemampuan stock selection-nya tidak baik. Bentuk yang dipergunakan dalam model ini adalah dengan formula sebagai berikut: � � − � � = � + ��� � − � � � + ��� � − � � �� + � � dimana: R p = Return reksa dana pada periode t R f = Return bebas risiko pada periode t R m = Return pasar pada periode t β = Koefisien regresi excess market return atau slope pada waktu pasar turun bearish γ = Koefisien regresi yang merupakan indikasi market timing abilitydari manajer investasi D = Dummy untuk melakukan peramalan market timing dengan ketentuan: D=1, Jika Rm - Rf 0 Up market bullish dan D=0, Jika Rm-Rf 0 Down market bearish εp = Merupakan random error

2.1.11 Fund Size Ukuran Reksa Dana

Menurut Gruber 1995 aktiva sebuah perusahaan mempresentasikanbesaran kekayaan yang dimiliki perusahaan tersebut. Kekayaan reksa dana dapat dinilai dari besarnya Total Net Assets TNA yang dimiliki. Kekayaan yang dimiliki perusahaan pada umumnya menunjukkan skala ekonomi suatu perusahaan. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Semakin besar skala ekonomi perusahaan maka semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Hal ini berdampak pada penurunan biaya-biaya yang dibebankan kepada nasabah secara tidak langsung seperti biaya Universitas Sumatera Utara manajemen, biaya kustodian, biaya transaksi dan dan biaya lainnya. Hal ini berdampak positif pada kinerja atau hasil investasi yang diberikan ke pada investor Chan et al., 2009. Beberapa penelitian seperti yang dilakukan oleh Chen et al 2004 dan Gallagher2005 juga menggunakan logaritma natural dari TNA Total Net Asset atau log dari total Nilai Aktiva Bersih NAB sebagai proksi ukuran reksa dana. Kemudian penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson 2005 mengenai kinerja reksa dana saham Swedia dengan menggunakan berbagai karakteristik reksa dana yang berbeda, juga menunjukkan bahwa jumlah dana kelolaan reksa dana mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik.

2.1.12 Fund Longevity Usia Reksa Dana

Fund longevity atau usia reksa dana merupakan kategori yang berjenis numerik yang menunjukkan usia dari tiap reksa dana yang dihitung sejak tanggal reksa dana tersebut efektif diperdagangkan. Umur reksa dana mencerminkan pengalaman dari manajer investasinya di dalam mengelola reksa dana tersebut. Semakin lama umur suatu reksa dana, maka manajer investasinya semakin berpengalaman di dalam mengelola portofolio bila dibandingkan dengan reksa dana yang berumur lebih muda.Banyak investor yang lebih menyukai reksa dana yang berumur lebih lama. Reksa dana yang memiliki umur yang lebih lama akan memiliki track record yang lebih panjang, maka dari itu akan dapat memberikan gambaran kinerja yang lebih baik kepada para investornya Rao, 2000. Universitas Sumatera Utara

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Waelan 2008 menunjukkan bahwa manajer investasi di Indonesia tidak memiliki stock selection skills tapi market timing ability manajer investasi di Indonesia sangat kecil dan tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Alexandri 2015 menunjukkan bahwa stock selection skills berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana dan market timing ability berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja reksa dana. Penelitian yang dilakukan oleh Kaur 2013 menunjukkan bahwa stock selection skills berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana dan market timing ability berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana.Sedangkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Anita 2013 menunjukkan bahwa kinerja reksadana saham syariah di Indonesia outperform daripada kinerja pasarnya. Manajer investasi reksadana yang mengelola portofolio saham syariah memiliki kemampuan dalam melakukan pemilihan saham yang baik stock selection ability. Akan tetapi nilai koefisien market timing atau gamma menghasilkan nilai negatif, berarti ketidakmampuan manajer investasi dalam mengelola portofolionya menyebabkan penurunan return reksadana. Penelitan yang dilakukan oleh Karlsson dan Persson 2005 menunjukan bahwa fund size mempengaruhi kinerja reksa dana secara positif, sehingga reksa dana dengan jumlah dana kelola yang besar memiliki kinerja yang lebih baik. Penelitian oleh Otten 2002 menunjukkan bahwa fund size mempengaruhi kinerja reksa dana secara signifikan positif.Akan tetapi sejumlah penelitian menyatakan bahwa fund size memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana. Seperti Universitas Sumatera Utara penelitian yang dilakukan oleh Chen et al. 2004 menunjukkan sebagian besar reksa dana Amerika pada tahun 1962-1999 memiliki hubungan negatif antara fund size dan kinerja reksa dana. Hasil penelitianyang dilakukan oleh Karlsson dan Persson 2005 menyatakan bahwa fund longevity berpengaruh terhadap kinerja reksa dana. Namun demikian, terdapat argumentasi yang menyatakan bahwa reksa dana dengan usia yang lebih muda menunjukkan kinerja yang lebih aktif. Hal ini didukung oleh Blake dan Timmermann 1998 yang mengungkapkan bahwa reksa dana cenderung untuk melakukan yang terbaik selama tahun pertama kemunculan mereka. Selain itu penelitian yang dilakukan Chen et al. 2004 dan Otten 2002 menunjukkan bahwafund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana. Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Analisis Variabel Penelitian Hasil Analisis 1. Alexandri 2015 Mutual Fund Performance : Stock Selection or Market Timing? Analisis regresi linier berganda -Kinerja reksa dana -Stock selection skills -Market timing ability -Stock selection skills berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana. -Market timing ability berpengaruh signifikan negatif terhadap kinerja reksa dana. 2. Anita 2013 Pengukuran Pemilihan Saham dan Penetapan Waktu Menggunaka n Model Treynor- Mazuy pada Reksa dana Syariah di Multiple regression danAutoregr essiveConditi onal Heterosceda sticity ARCH -Kinerja reksa dana -Stock selection skills -Market timing ability -Manajer investasi memiliki kemampuan dalam melakukan pemilihan saham yang baik stock selection ability. -Nilai koefisien market timing atau gamma menghasilkan nilai negatif, berarti ketidakmampuan Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 2.1 No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Analisis Variabel Penelitian Hasil Analisis Indonesia manajer investasi dalam mengelola portofolionya menyebabkan penurunan return reksadana. 3. Kaur 2013 Performance , Timing and Selectivity Skills of Indian Equity Mutual Funds: An Empirical Approach Analisis regresi linier berganda -Kinerja reksa dana -Stock selection skills -Market timing ability -Stock selection skills berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana. -Market timing ability berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana. 4. Waelan 2008 Kemampuan Memilih Saham dan Market Timing Manajer Investasi Reksa Dana Saham diBursa Efek Indonesia Analisis regresi linier berganda -Kinerja reksa dana -Stock selection skills -Market timing ability -Manajer Investasi di Indonesia tidak memiliki stock selection skills. -Market timing ability manajer investasi di Indonesia sangat kecil dan tidak signifikan. 5. Karlsson dan Persson 2005 Mutual fund performance: Explaining the performance of Swedish domestic equity mutual funds using different fund characteristic Analisis regresi linier berganda -Kinerja reksa dana -Fund size -Expense ratio -Fund longevity -Management tenure Fund size, expense ratio, fund longevity, dan management tenure berpengaruh terhadap kinerja reksa dana. 6. Chen et al. 2004 Does Fund Size Erode Mutual Fund Performance ? The Role of Liquidity and Organization Analisis regresi linier berganda -Kinerja reksa dana -Risk ratio -Fund size -Expense ratio -Fund longevity -Risk ratio signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. -Fund size berpengaruh negatif akan tetapi tidak signifikan terhadap kinerja reksa dana. -Expense ratio signifikan Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 2.1 No Nama Peneliti Tahun Judul Penelitian Metode Analisis Variabel Penelitian Hasil Analisis berpengaruh positif terhadap kinerja reksa dana. -Fund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana. 7. Otten 2002 European Mutual Fund Performance Analisis regresi linier berganda -Kinerja reksa dana -Fund size -Expense ratio -Fund longevity -Fund size berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja reksa dana. -Expense ratio dan fund longevity berpengaruh negatif terhadap kinerja reksa dana.

2.3 Kerangka Konseptual