2.2.2 Pelaksanaan Sistem Tanam SRI
A. Persiapan Lahan Persiapan lahan dilakukan dalam penerapan metode SRI Organik Indonesia
meliputi kegiatan penataan sistem aliran air, penetapan bagian sawah yang terhindar dari genangan air, dan pengolahan tanah.
1. Penataan Sistem Aliran Air
Metode lama sasarannya adalaha penggenangan, sedangkan SRI Organik Indonesia tidak menginginkan penggenangan air. Oleh karena itu, hal terpenting yang harus
dilakukan dalam persiapan lahan pada penerapan metode SRI Organik Indoesia adalah penataan kembali sistem aliran air. Sisa pemasukan air ke sawah, terutama
yang berasal dari sawah yang belum menggunakan metode SRI Organik Indonesia, terlebih dahulu harus di tamping dalam suatu kolam yang dilengkapi oleh saringan
hayati seperti eceng gondok untuk menyaring residu bahan kimia atau logam berat berlarut.
Biasanya selokan pemasok air untuk persawahan berada lebih tinggi dari permukaan sawah karena memang semula di rancang untuk menggenangi sawah.
Akan tetapi, dalam penerapan metode SRI Organik Indonesia kadang ini kurang menguntungkan karena bila terjadi kebocoran selokan maka air akan menggenangi
sawah yang seharusnya terdrainase. Untuk menghindari bahaya kebocoran ini, di perlukan penguatan konstruksi selokan dengan bantuan teras hayati. Caranya adalah
dengan menanami pinggiran selokan dengan tanaman akar wangi dan menambah
Universitas Sumatera Utara
sistem selokan dalam sawah untuk memudahkan distribusi air sekaligus untuk drainase.
2. Penetapan Bagian Sawah yang terhindar dari genangan
Hal lain yang harus dilakukan dalam persiapan lahan adalah menetapkan bagian dari sawah yang terhindar dari genangan. Bagian tersebut bias dijadikan
sebagai lokasi untuk pengomposan. 3.
Pengolahan Tanah Pengolahan tanah mengutamakan penggunaan bahan organik kompos dengan
dosis 5-7 ton per hektar atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah yang ada. Kompos adalah bahan organik yang telah lapuk yang merupakan tanah dengan
struktur remah berasal dari berbagai jenis bahan organik kotoran hewan, hijauan, sisa-sisa tanaman, limbah organik dan sengaja di fermentasi dengan memanfaatkan
peran mikroorganisme dan dilakukan pada suhu tertentu. Kompos diberikan pada saat seminggu sebelum bibit padi ditanam dan pada
pengolahan tanah kedua atau saat perataan ketika kondisi air di petakan macak- macaklembab. Dalam pertanian kompos berfungsi sebagai berikut
a. Memperbaiki kondisi fisik tanah
b. Mendorok berbagai kehidupan di dalam tanah seperti cacing, dan untuk
berkembangnya mikroorganisme. c.
Memperbaiki kondisi kimia tanah yakni memperbaiki PH derajat keasaman tanah dan mampu menyediakan nutrisi bagi tanaman.
B. Persiapan Bebih
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan yang perlu dilakukan dalam Persiapan benih antara lain seleksi benih dan persemaian. Seleksi benih dilakukan agara dapat diperoleh benih yang
benar-benar memiliki sifat unggul. Sementara itu persemaian dilakukan agar nantinya benih dapat berproduksi dengan optimal.
1. Seleksi Benih
Benih yang sehat memiliki ciri-ciri bernas Penuh Berisi. Untuk memperoleh benih tersebut maka benih padi perlu diuji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan
melalui perendaman benih dalam larutan air yang di campur garam. Namun, sebelumnya masukkan telur mentah telur ayam, telur itik ke dalam larutan tersebut.
Kalau telur sudah mengapung ke atas maka larutan tersebut sudah dapat di gunakan untuk menguji benih. Benih di masukkan ke dalam larutan garam. Benih yang
mengapung merupakan benih yang jelek maka dapat di buang. Sementara itu, benih yang gelam merupakan benih yang bagus dan sehat. Benih yang tenggelam dapat
diambil, dapat dicuci dan di siapkan untuk di semaikan. 2.
Persemaian Benih Metode SRI Organik Indonesia tidak banyak menggunakan benih yaitu
hanya 3-5 Kg per hektar. Oleh karena itu persemaian bias dilakukan di atas nampan atau bakibesek. Selain itu, persemaian benih juga bias dilakukan dengan plastik
dengan lebar 1,0–1,2 m dan panjang meyesuaikan. Campuran media lebih banyak bahan organik komposnya dan benih di tabur garam. Hal tersebut dilakukan agar
mudah waktu mencabutnya dan benih tetap utuh, baik akar maupun keping bijinya, waktu di pindahkan ke sawah.
C. Penanaman
Universitas Sumatera Utara
Secara umum tahapan penanaman dengan metode SRI Organik Indonesia tidak jauh berbeda dengan metode biasanya namun, pada metode SRI Organik
Indonesia dilakukan beberapa teknik khusus yang relatif3e berbeda dengan metode biasanya. Teknik khusus di terapkan agar pertumbuhan padi berjalan dengan baik
mulai dari awal tanam hingga panen. Beberapa teknik khusus meliputi hal-hal berikut.
• Umur benih muda 7-10 hari
• Benih di tanam tunggal, satu tanaman untuk satu titik tanam
• Benih di tanam dangkal
• Akar diletakkan horizontal, seperti membentuk huruf L
• Jarak tanam lebar, kurang dari 30cm x 30cm
1. Tanam Bibit Tunggal
Setiap 1 titik tanam cukup ditanam 1 bibit saja agar pembentukan bioreaktor tanamannya bisa utuh dan sempurna. Hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan
pemenuhan kebutuhan nutrisi energi hingga aktifitas perakaran. Sistem tanam ini menghasilkan bulir padi yang lebih sempurna, berukuran sama, bahkan matang secara
bersamaan. 2.
Tanam Dangkal Penanaman dengan model tanam dangkal memeberi efek pada pertumbuhan
akar sehingga lebih cepat dan ruas-ruas batang muncul segera. Dengn demikian anakan pun juga cepat tumbuh. Hal tersebut disebabkan oleh benih ditanam dangkal
Universitas Sumatera Utara
dan tidak terendam maka kebutuhan udara untuk pertumbuha awal tanaman terutama akarnya dpat terpenuhi dengan leluasa tanpa hambatan.
3. Letak Akar Horizontal
Posisi horizontal akan mempercepat proses keluarnya ruas atau buku batang padi sebagai media anakan padi. Hal ini juga sejalan dengan upaya penanaman
dangkal, terkait dengan kemudahan bagi tanaman untuk memenuhi kebutuhan udaranya pada tahap awal pertumbuhannya.
4. Jarak Tanam
Ukuran petak sebagai tanda jarak tanam bibit pada metode SRI Organik Indonesia, yaitu minimal 30cm x 30cm. apabila tanah sudah dianggap subur maka
jarak tanam bisa 40cm x 40cm. Bahkan bias mencapai 50cmx 50cm. Pada prinsipnya jarak tanam menentukan produksi anakan. Semakin jarang maka semakin banyak
hasil anakan yang diperoleh. D. Pemeliharaan Tanaman
Salah satu kriteria penerapan metode SRI Organik Indonesia yang baik dan seksama di lapangan adalah memberikan keseragaman pertumbuhan tanaman yang
sama dan serentak. Keseragaman pertumbuhan tanaman tentunya juga akan berpengaruh terhadap produktifitas hasil panen.
1. Penyulaman
Penyulaman biasanya dilakukan pada saat penyiangan pertama atau kedua. Penyulaman dilakukan dengan memindahkan tanaman lengkap dengan tanahnya. Ini
bertujuan agar kondisi pertumbuhan tanaman penyulam tetap sama dengan tanaman
Universitas Sumatera Utara
lainnya yang telah ada. Oleh karena itu pada saat penanaman dilebihkan 1-2 untuk penyulaman.
2. Penyiangan
Penyiangan tanaman dilakukan sebanyak 4 kali yaitu waktu tanaman berumur 10, 20, 30, dan 40 hari setelah tanam. Frekuensi penyiangan hingga 4 kali bertujuan
untuk menjaga ketersediaan oksigen di dalam tanah, memperbaiki pasokan udara dalam tanah, membantu tanah agar tetap gembur, dan mengembalikan biomasa
gulma sebagai nutrisi bagi tanaman padi. Hilang 1 kali penyiangan akan setara dengan kehilangan produksi padi 1-2 ton per hektar.
3. Pengelolaan Air
Air tidak menggenakan dalam petakan, tetapi hanya dalam parit petakan. Air menggenang pada saat penyiangan agar tanah lunak dan mudah dikerjakan. Untuk
selanjutnya kondisi tanah dalam petakan dibiarkan lembab. Dalam kondisi lembab tanah akan memiliki kecukupan udara dan air sekaligus sehingga peran dan potongan
melintang akar jenis padi dataran tinggi yang tumbuh dalam kondisi tidak tergenang fungsi akar akan lebih terjamin. Dalam hal ini akar berfungsi sebagai pengambil dan
penyimpan nutrisi. Oleh karena itu, apabila tanaman tergenang maka akan terjadi perubahan dan perusakan dalam jaringan akar yang dpat berakibat pada pembusukan
akar. 4.
Pengendalian Hama
Universitas Sumatera Utara
Metode SRI Organik Indonesia cenderung mengoptimalkan fungsi akar organik kompos menjadi generator ruang yang akan memicu aliran energi pada permukaan
lahan. Fungsi ini menciptakan keseimbangan pada rantai makanan dalam ekosistem tersebut artinya musuh-musuh alami akan memakan dan menghambat kehadiran
yang dianggap sebagai hama tersebut. 5.
Pemupukan Dalam penerapannya, tidak menggunakan pupuk dan bahan kimia sintesis.
Upaya ini menjadi bagian yang sagat mendasar untuk melestarikan alam dan kehidupan serta tidak merusak keseimbangan ekosistem, termasuk unsur-unsurnya.
E. Panen Pemanenan padi harus dilakukan pada umur panen yang tepat, menggunakan
alat dan mesin panen yang memenuhi persyaratan teknis, kesehatan, ekonomi, dan ergonomis, serta menerapkan sistem panen yang tepat. Ketidaktepatan dalam
pemanenan padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini kehilangan hasil dapat mencapai 9,52 pabila
pemanenan tidak dilakukan secara tepat. Pemanenan padi biasanya dilakukan setelah malai berumur 30-35 hari setelah berbunga merata dan 90-95 gabah dari malai
sudah tampak menguning. F. Pasca Panen
1. Penumpukan dan Pengumpulan
Penumpukan dan pengumpulan merupakan tahap penanaman pascapanen setelah padi di panen. Ketidakseksamaan dalam penumpukan dan pengumpulan padi
dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang cukup tinggi. Untuk menghindari atau
Universitas Sumatera Utara
mengurangi terjadinya hasil, penumpukan dan pengumpulan setelah panen sebaiknya diletakkan di atas alas terpal atau menggunakan wadah karung. Dengan tindakan
antisipasi tersebut dapat menekan kehilangan hasil 1-,5. 2.
Kerontokan Kerontokan merupakan tahap penangan pascapanen, penumpukan, dan
pengumpulan padi. Pada tahap ini kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai hasil lebih dari 5.
3. Penjemuran
Penjemuran gabah di lakukan di lantai jemur. Atur ketebalannya 5-7 cm pada musim kemarau dan 1-5 cm pada musim hujan. Lakukan pembalikan setiap 1-2 jam
atau 4-5 kali perhari dengan menggunakan garukan. Waktu pengeringan mencakup pagi hari pukul 8.00 sampai 11.00 pada siang hari pukul 14.00 sampai 17.00.
Sebaiknya tidak dilakukan pada pukul 11.00 sampai 14.00. Mutu gabah kualitas 1 memiliki kriteria maksimum hampa 2 sedangkan
kualitas 2 maksimum hampa 3. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa aplikasi SRI Organik Indonesia sangat berhasil menekan tingkat kehampaan bulir
padi. 4.
Penyimpanan Kesalahan dalam penyimpanan menyebabkan terjadinya respirasi, tumbuh
jamur, serangga, binatang mengerat, dan kutu beras, sehingga sangat menurunkan mutu produk. Penyimpanan dapat dilakukan secara curah menggunakan karung
plastik atau dengan menggunakan silo yang di rancang dengan baik dan dikendalikan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara yang cermat dan seksama menggunakan kearifan budaya setempat yang masih ada.
5. Penggilingan
Penggilingan gabar menjari beras mencakup mekanisme pengupasan sekam, pemisahan gabah, penyosohan, pengemasan dan penyimpanan. Pengaturan ruang
antar rol karet pengupas sekam perlu selalu di sesuaikan dengan ukuran gabah yang digiling sehingga menghasilkan kupasan 90 pecah kulit dan 10 gabah serta
bentuk utuh atau pecah dua. Syarat kualitas mutu beras SNI 01-6128-1999 mengharuskan beras bebas penyakit bebas bau, bebas bekatul dan bebas bahan kimia
Sutaryat, 2012.
2.2.3 Evaluasi