Psikososial Faktor Psikososial TINJAUAN TEORI

9

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Psikososial

Psikososial merupakan cabang ilmu dari psikologi yang baru muncul dan intensif dipelajari pada tahun 1930. Secara sederhana objek material dari psikologi sosial adalah fakta-fakta, gejala-gejala serta kejadian-kejadian dalam kehidupan sosial manusia. Sekilas ternyata objek psikologi sosial mirip dengan ilmu sosiologi dan bila digambarkan sebenarnya psikologi sosial adalah merupakan pertemuan irisan antara ilmu psikologi dan ilmu sosiologi. Kata psikososial itu sendiri menggarisbawahi satu hubungan yang dinamis antara efek psikologis dan sosial, yang mana masing-masingnya saling mempengaruhi. Kebutuhan psikososial mencakup cara seseorang berfikir dan merasa mengenai dirinya dan orang lain, keamanan dirinya dan orang-orang yang bermakna baginya, hubungannya dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya serta pemahaman-pemahaman dan reaksinya terhadap kejadian-kejadian di sekitarnya. 6

B. Faktor Psikososial

Ada beberapa hal yang termasuk faktor psikososial yaitu stimulasi, motivasi dalam mempelajari sesuatu, pola asuh, serta kasih sayang dari orang tua : 6 Departemen Sosial RI, Standar Rahabilitasi Psikososial Pekerja Migram Jakarata: 2004, h.2 a. Stimulus: hal ini merupakan faktor yang penting dalam menunjang perkembangan anak. Anak yang mendapat stimulasi atau rangsangan yang terarah dan teratur akan lebih cepat mempelajari sesuatu karena lebih cepat barkembang dibandingkan anak yang tidak mendapatkan banyak stimulasi. Anak akan mengembangkan pola-pola berpikir, merasakan sesuatu, dan bertingkah laku, bila banyak diberi ransangan yang berupa dorongan dan kesempatan dari lingkungan sekitarnya. Walaupun mungkin anak ada yang berbakat, namun bila lingkungannya tidak mendukung, potensinya untuk berkembang pun dapat terhambat. Sebaliknya, bila anak yang belum terlihat potensi pada dirinya, namun rangsangan dan kesempatan bereksplorasi diberikan secara maksimal dan sesuai dengan kebutuhan usianya, maka anak tersebut dapat berkembang jauh lebih baik. b. Motivasi dalam mempelajari sesuatu, motivasi yang ditimbulkan dari sejak usia awal akan memberikan hasil yang berbeda pada anak dalam mengusai sesuatu. Dorongan yang bersifat membangun daya pikir dan daya cipta anak, akan membuat anak termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi. Pemberian kesempatan pada anak pun dalam mengeksplorasiakan sesuatu merupakan salah satu cara dalam memotivasi anak belajar. Hal ini dapat dilakukan terhadap pihak institut pendidikan pra sekolah maupun dari pihak keluarga. Anak dimotivasi untuk menjelajah, meneliti, berkarya atau memegang sesuatu untuk memuaskan rasa ingin tahunya merupakan hal yang dibutuhkan anak usia ini. Bila terlihat hal yang dilakukan mengandung unsur bahaya, hal yang dapat dilakukan adalah memberi pengertian namun bukan untuk melarang atau menghapuskan rasa ingin tahunya dengan kemarahan. c. Pola asuh dan kasih sayang dari orang tua. Orang tua itu merupakan area terdekat pada anak. Anak sangat memerlukan kasih sayang, rasa aman, sikap dan perlakuan yang adil dari orang tua. Bagaimana gaya pengasuhan orang tua yang diberikan pada anak; apakah permisif atau serba boleh, otoriter yang tidak membolehkan anak berbuat apapun, atau bersifat otoritatif yang merupakan perpaduan dari keduanya, semuanya akan memberikan dampak yang berbeda pada anak. Pola asuh ini sangat dipengaruhi oleh kualitas interaksi anak terhadap orang tua. Bagaimana anak terbentuk tentunya didapat dari pembiasaan –pembiasaan yang terjadi pada situasi rumah. Hal inilah yang terkadang mendasari anak untuk mengembangkan dirinya. 7 Begitu pula yang dikatakan oleh Daniel Golemans di dalam bukunya yang berjudul emotional intelligence kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional semakin relevan dengan pengembangan organisasi dan pengembangkan orang-orang, karena prinsip-prinsip EQ menyediakan cara baru untuk memahami dan menilai perilaku orang-orang, gaya manajemen, sikap, keterampilan interpersonal, dan potensi . 8 Selain itu, psikososial juga berkaitan dengan kemampuan seorang anak melepaskan diri dari ibu atau orang penting didekatnya dan melakukan tugas- tugas yang diberikan secara mandiri. Pada saat yang bersamaan, 7 ibid 8 Daniel Golemans “emotional intelligence” artikel di atas diakses Sabtu 26 Februari 2011 dar http:www.businessballs.comeq.htm perkembangan psikososial ini juga meliputi pemahaman seorang anak atas peraturan-peraturan yang ada disekitarnya.

C. Tahapan-tahapan Perkembangan Psikososial Anak