13 1.
Sumber-sumber lampu: lampu deuterium digunakan untuk daerah ultraviolet pada panjang gelombang dari 190-350 nm, sementara lampu halogen kuarsa
atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang gelombang antara 350- 900 nm.
2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. 3.
Optik-optik: dapat didesain untuk memecah sumber sinar melewati 2 kompartemen.
4. Detektor: digunakan sebagai alat yang menerima sinyal dalam bentuk radiasi
elektromagnetik, mengubah, dan meneruskannya dalam bentuk sinyal listrik ke rangkaian sistem penguat elektronika. Respon tiap jenis detektor terhadap
bagian dari spektrum radiasi tidak sama, sehingga setiap spektrofotometer menggunakan detektor yang paling cocok untuk daerah pengukurannya.
2.3 Spektrofotometri Derivatif 2.3.1 Pengertian Spektrofotometri Derivatif
Metode spektrofotometri derivatif atau metode kurva turunan adalah salah satu metode spektrofotometri yang dapat digunaan untuk analisis campuran
beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu waaupun dengan panjang gelombang yang berdekatan Nurhidayati, 2007.
Aplikasi spektrofotometri derivatif menyediakan teknik yang baik untuk menganalisis campuran multikomponen secara kuantitatif. Metode
spektrofotometri derivatif telah digunakan secara luas untuk memperbesar sinyal dan menjelaskan puncak-puncak yang saling tumpang tindih disebabkan oleh
kemampuannya dalam mendiferensiasi puncak-puncak yang berdekatan, dan
Universitas Sumatera Utara
14 mengidentifikasi puncak-puncak lemah yang dihalangi oleh puncak yang lebih
tajam Ojeda dan Rojas, 2012. Spektrofotometri derivatif adalah teknik yang didasarkan pada derivatisasi
spektrum dasar yakni spektrum orde nol. Hasil derivatisasi fungsi dijelaskan lari dari absorbansi kurva disebut spektrum derivatif dan dapat dinyatakan sebagai :
n
D
xλ
= d
n
A dλ
n
= fλ atau
n
D
xv
= d
n
A dv
n
= fv Dimana: n : orde derivatif,
n
D
xλ
atau
n
D
xv
menunjukkan nilai dari orde derivatif ke- n suatu analit x pada panjang gelombang analisis λ atau pada bilangan panjang
gelombang v, A : absorbansi Karpinska, 2012. Spektrum serapan normal sampai derivat ke-n dapat dilihat pada Gambar
2.3.
Gambar 2.3. Spektrum serapan normal sampai derivat ke-n Karpinska, 2012
Dalam spektrum derivatif, kemampuan untuk mendeteksi dan mengukur gambaran spektrum minor telah jauh ditingkatkan. Peningkatan karakteristik
detail spektrum yaitu dapat membedakan spektrum yang sangat mirip dan
Universitas Sumatera Utara
15 mengikuti perubahan halus pada spektrum. Lebih daripada itu, teknik ini dapat
digunakan dalam analisis kuantitatif untuk mengukur konsentrasi analit dimana puncaknya dihalangi oleh puncak yang lebih besar dan saling tumpang tindih
Willard, et al., 1988.
2.3.2 Teknik Pengukuran Nilai Derivatif
Spektrum derivatif beberapa orde merupakan hasil diferensiasi spektrum orde nol dasar dari campuran beberapa komponen. Diferensiasi spektrum
dilakukan dengan berbagai metode, biasanya dengan metode analog atau metode numerik. Hasilnya, terlepas dari modus diferensiasi, dapat disajikan secara grafis
di atas kertas atau terdaftar dalam memori komputer. Penentuan nilai-nilai derivatif dilakukan dengan cara salah satu dari tiga metode berikut.
Pengukuran Grafis yang terdapat dalam rekaman pada kertas menggunakan plot XY yaitu spektrum derivatif dan zero line. Panjang
gelombang dimana nilai derivatif akan diukur kemudian ditandai, dan pada titik ini sebuah garis ditarik tegak lurus terhadap zero line. Panjang A-B adalah nilai
derivatif yang dinyatakan dalam satuan panjang misalnya mm. Kelemahan teknik ini adalah ketidaktelitian pengukuran, terutama bila dilakukan pada sisi
curam dari kurva garis tegak lurus melintasi spektrum derivatif di bawah sudut akut. Kerugian ini dapat dihilangkan dengan menentukan nilai derivatif secara
numerik Kus, et al., 1996. Pengukuran numerik dari nilai-nilai derivatif dilakukan dengan membaca
nilai derivatif pada panjang gelombang tertentu bilangan gelombang dari set poin nilai panjang gelombang-derivatif. Suatu set diperoleh sebagai hasil dari
diferensiasi spektrum menggunakan algoritma numerik yang tepat untuk memperoleh derivatif. Ketika melihat di spektrum derivatif, misalnya pada
Universitas Sumatera Utara
16 monitor komputer yang terhubung ke spektrofotometer, salah satunya dapat
membaca nilai derivatif pada panjang gelombang yang berubah secara bertahap Kus, et al., 1996.
Gambar 2.4 Pengukuran sinyal derivatif dengan metode Grafik a dan metode
numerik b Kus, et al., 1996. Teknik zero-crossing terdiri dari pengukuran nilai derivatif pada panjang
gelombang bilangan gelombang, di mana turunan dari komponen campuran menerima nilai nol - melintasi garis nol Gambar 2.5 a. Kurva A melintasi garis
nol pada titik Z, dan kurva B pada titik P- derivatif menerima nilai nol pada titik- titik ini. Dengan cara ini tidak ada efek dari satu komponen pada komponen yang
lain. Teknik zero crossing mengizinkan untuk menghilangkan pengaruh komponen yang mengganggu komponen yang ditentukan. Kelemahan dari teknik pengukuran
ini adalah presisi pengukuran yang tidak terlalu besar. Titik zero crossing suatu derivat harus ditentukan oleh setidaknya dua konsentrasi Kus, et al., 1996.
Teknik peak-to-peak terdiri dari pengukuran nilai derivatif pada panjang gelombang di mana rasio dari nilai-nilai derivatif H
A
dari komponen A dengan nilai-nilai derivatif H
B
dari komponen campur B mencapai nilai terbesar Gambar
Universitas Sumatera Utara
17 2.5 b. Penentuan dilakukan dengan mengukur amplitudo dari kurava maksimum
ke kurva minimum Kus, et al., 1996. Teknik baseline-to-peak terdiri dari pengukuran nilai derivatif pada
panjang gelombang di mana rasio dari nilai derivat H
A
dari komponen A dengan nilai derivat H
B
dari komponen campuran B mencapai nilai paling besar Gambar 2.5 c. Pengukuran dilakukan dari titik maksimum ke garis nol atau dari titik
minimum ke garis nol. Teknik ini adalah versi dari teknik peak-to-peak, dibandingkan dengan yang kurang sensitif rasio nilai derivatif lebih kecil di sini
Kus, et al., 1996.
Gambar 2.5 Teknik pengukuran zerro crossing a, peak-to-peak b, dan
baseline-to-peak c
2.3.3 Kegunaan Spektrofotometri Derivatif
Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis kuantitatif zat dalam campuran yang spektrumnya mungkin tersembunyi dalam
suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan proses pemisahan zat yang bertingkat-tingkat. Dalam bidang farmasi, karena
terkait terapi, penetapan kadar obat adalah kontrol kualitas pada industri farmasi.
Universitas Sumatera Utara
18 Metode spektrofotometri derivatif adalah teknik analisis dengan kemampuan
memisahkan campuran obat yang memiliki spektra tumpang tindih Nurhidayati, 2007.
2.4 Validasi metode