Potensi dan Masalah dalam Pelaksanaan Pendampingan UMKM

Kurang bersahabatnya perbankan dan lembaga keuangan lain dalam memberikan permodalan kepada UMKM. Keterbatasan bahan baku di daerah. Sebagai daerah yang kurang memiliki sumber daya memadai, para pelaku UMKM di Kota Sukabumi masih harus membeli bahan baku dari luar daerah. Manajemen perusahaan yang tidak teratur. Kemampuan manajerial pelaku usaha masih kurang baik dalam hal administrasi maupun pengambilan keputusan. b. Potensi Letak strategis Kota Sukabumi sebagai kota transit dan penghubung antara Ibukota negara memungkinkan hidupnya iklim usaha. 4. Bidang Organisasi a. Masalah Sistem pengendalian internal dalam organisasi perusahaan. Pemisahan antara kepentingan keluarga dan perusahaan masih belum jelas, sehingga mengakibatkan pengendalian internal perusahaan tidak optimal. Umumnya karena level usaha, tingkat mikro, kecil dan menengah sehingga perusahaan tidak terorganisir dengan baik. b. Potensi Kelompok Usaha Bersama KUBE merupakan sarana yang efektif dan berpotensi memecahkan masalah bersama.

D. Alternatif Solusi Pengembangan Potensi dan Pemecahan Masalah

Peran pendamping UKM sangat strategis dalam pengembangan UMKM binaan di Kota Sukabumi. Berbagai solusi pengembangan potensi dan pemecahan masalah telah diberikan kepada para pelaku usaha, sehingga UMKM binaan menjadi unit usaha yang profesional dan berdaya saing tinggi. Beberapa solusi yang diberikan pendamping UKM diantaranya: 1. Bidang Manusia Diikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan : a. Pengembangan pemasaran. b. Pengelolaan UMKM. 2. Bidang Teknik Diadakan konsultasi dan advokasi : a. Perbaikan kemasan. b. Higienitas produk. c. Teknologi produktivitas. 3. Bidang Ekonomi Diadakan konsultasi dan advokasi : a. Pembuatan studi kelayakan usahaproposal pembukuan UMKM. b. Diikutsertakan pameran-pameran dan pembukuan artikel UMKM. c. Tatacara pengajuan pinjaman. 4. Bidang Organisasi Diadakan konsultasi dan advokasi : a. Manajemen pengelolaan UMKM. b. Sistem berorganisasi. c. Sistem administrasi.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melaksanakan penelitian yang berjudul ”Peran Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah P3UKM Dalam Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM di Kota Sukabumi” dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Pola pendampingan yang dilakukan oleh pendamping individu sangat komprehensif. Hal ini bisa dilihat dari beberapa aspek pendampingan yang meliputi permodalan, manajemen, pemasaran dan teknologi. Namun, UKM binaan belum proaktif dalam memanfaatkan pendampingan yang dilakukan. 2. Pendamping individu berperan penting dalam pengembangan UKM binaan di Kota Sukabumi. Hal ini bisa dilihat pada program bimbingan, pelatihan, penyuluhan, pelaksanaan pameran dan temu usaha bagi UKM binaan sangat berkontribusi positif terhadap omzet UKM binaan. 3. Pendamping individu UMKM memiliki kontribusi yang sangat signifikan dalam pengembangan UMKM Kota Sukabumi khususnya dapat dilihat dari penerimaan pembiayaankredit perbankan yang diterima UMKM binaan, peningkatan omzet dan jumlah karyawan.. 4. Perlu adanya lembaga khusus yang kompeten dan profesional dalam membidangi percepatan pengembangan koperasi dan UMKM, karena sampai saat ini khususnya pihak pemerintah, walaupun perhatiannya sangat serius terhadap pengembangan KUMKM, namun dalam praktiknya masih setengah-setengah bahkan terkesan membiarkan.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, penulis dapat menyarankan agar: 1. Pendamping individu UMKM lebih meningkatkan profesionalitas dan pemahaman terhadap seluruh aspek dalam pengembangan UMKM. P3UKM sebagai induk organisasi harus lebih banyak melaksanakan pelatihan dan pendidikan baik yang diberikan oleh para pendidik maupun praktisi 2. UMKM yang menjadi mitra binaan harus memanfaatkan pendampingan ini secara maksimal, baik di bidang permodalan, manajemen, produksi, maupun pemasaran. Selain itu juga harus proaktif terhadap berbagai saran dan masukan yang diberikan oleh pendamping. 3. Pemerintah baik pusat maupun daerah harus lebih memperhatikan para pendamping dan UMKM binaannya, tidak hanya fokus pada penyediaan modal semata tetapi harus lebih komprehensif dan berkesinambungan. Selain itu, ada kebijakan yang dapat menampung para pendamping ini sebagai tenaga honorer yang pada akhirnya dapat diangkat menjadi PNS.