commit to user
50
Ø IR isoprene rubber atau polyisoprene rubber, mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan polimer isoprene.
b. Karet sintetis untuk kegunaan khusus Ø IIR isobutene isoprene rubber Sering disebut butyl rubber dan hanya
mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan asap.
Ø NBR nytrile butadiene rubber atau acrilonytrile butadiene rubber Adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling sering
digunakan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sekalipun didalam minyak, karet ini tidak mengembang.
Ø CR clhoroprene rubber Memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan NBR
masih kalah. Memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon di udara, bahkan juga tahan terhadap panas atau nyala api.
Ø EPR ethylene propylene rubber Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon, serta pengaruh
unsur cuaca lainnya. Kelemahannya pada daya lekat yang rendah.
C. Perkembangan Karet Indonesia
Bagi Indonesia, karet saat ini merupakan salah satu komoditas perkebunan yang perlu mendapatkan perhatian serius karena perananny cukup penting dalam
perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari areal pertanamannya yang setiap tahun meningkat. Luas perkebunan karet Indonesia pada tahun 2006 mencapai
commit to user
51
3,35 juta hektar, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2007 menjadi 3,41 juta hektar atau naik sekitar 2,01. Sedangkan pada tahun 2008 luas areal
perkebunan karet Indonesia terus mengalami peningkatan yaitu sekitar 1,65 atau menjadi 3,47 juta hektar. Selama periode 2006-2008 areal perkebunan karet
tersebar di 25 propinsi. Dari ke 25 propinsi tersebut, propinsi Sumatera Selatan merupakan propinsi dengan areal perkebunan karet yang terluas di Indonesia.
Pada tahun 2008 perkebunan karet yang berada di propinsi tersebut tercatat seluas 657,75 ribu hekktar atau merupakan18,98 dari total luas perkebunan karet di
Indonesia. Semantara itu propinsi lainnya yang juga memiliki luas areal perkebunan karet yang cukup besar adalah Sumatera Utara 13,74, Jambi
12,65, Riau 11,64, dan Kalimantan Barat 11,82. Apabila dilihat dari status pengusahaannya, perkebunan karet Indonesia
dibagi menjadi tiga yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Besar Swasta. Pada tahun 2008 luas areal perkebunan karet Innonesia
seluas 3,47 juta hektar, sekitar 2,94 juta hektar 84,81 diantaranya diusahakan oleh perkebunan rakyat. Sedangkan yang diusahakan oleh perkebunan besar
Negara sebesar 0,25 juta hektar 7,19 dan perkebunan besar swasta hanya seluas 0,28 juta hektar 8,1.
Perkembangan produksi karet di Indonesia selama 2006-2008 juga terus mengalami peningkatan. Pada tahun2006 produksi karet mencapai 2,64 juta ton
dan meningkat 4,47 pada tahun 2007 menjadi sebesar 2,76 juta ton. Pada tahun 2008 produksi karet mengalami peningkatan sekitar 6,05 atau menjadi 2,92 juta
commit to user
52
ton. Perkembangan produksi karet Indonesia 2006-2008 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1 Perkembangan Produksi Karet Indonesia
Tahun 2006-2008 Ton Tahun
PR PBN
PBS Jumlah
Pertumbuhan 2006
2082597 196088
288821 2637231
16,13 2007
2176686 209837
301286 2755172
4,47 2008
2308385 218724
319515 2921873
6,05 Sumber : Badan Pusat Statistik,2008
Presentase produksi karet yang diusahakan oleh perkebunan rakyat selama periode tahun 2006-2008 yakni berkisar 78,97-78,99, sedangkan perkebunan
besar negara berkisar 10,07-10,08 dan untuk perkebunan besar swasta berkisar 10,94-8,44. Dengan presentase luas perkebunan karet yang
diusahakan oleh perkebunan rakyat mencapai 84,81 lebih terhadap total luas areal perkebunan karet Indonesia, sedangkan produksi perkebunan rakyat sekitar
78,99 dari total produksi karet Indonesia, ini berarti produktivitas dari perkebunan rakyat umumnya lebih rendah dibandingkan produktifitas perkebunan
besar baik Negara maupun swasta.
D. Kendala Pengembangan Karet Alam Indonesia