Pengertian Jari - Jari Tikungan

2.4.2 Alinemen Horizontal

2.4.2.1 Pengertian

Alinemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Alinemen horizontal dikenal juga dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”, yang terdiri dari garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis lengkung. Garis lengkung tersebut dapat terdiri dari busur lingkaran ditambah busur peralihan, busur peralihan saja atau busur lingkaran saja Sukirman, 1994. Alinemen horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung disebut juga tikungan. Perencanaan geometrik pada bagian lengkung dimaksudkan untuk mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan VR.

2.4.2.2 Jari - Jari Tikungan

Jari - jari tikungan adalah nilai yang membatasi besar kelengkungan untuk kecepatan rencana tertentu dan ditentukan dari besar superelevasi maksimum dan faktor gesekan samping maksimum yanag dipilih untuk desain AASHTO 2001. Bagian yang sangat kritis pada alinemen horizontal adalah bagian tikungan karena terdapat gaya yang akan melemparkan kendaraan keluar dari tikungan gaya sentrifugal, hal tersebut harus diimbangi oleh komponen berat kendaraan yang diakibatkan oleh superelevasi dari jalan dan oleh gesekan samping side friction antara ban dan permukaan jalan. Hubungan antara kecepatan V, jari-jari tikungan R, kemiringan melintang superelevasi e dan gaya gesek samping antara ban dan permukaan jalan f didapat dari hukum mekanika F = m.a Hukum Newton II.Gaya sentrifugal saat kendaraan bergerak di tikungan dengan persamaan gR V G 2 , dimana G = berat kendaraan dan g = percepatan gravitasi. Dalam hal ini terdapat tiga keadaan keseimbangan, yaitu: 1. Stadium I : Gaya sentrifugal diimbangi gesekan ban Vs perkerasan.. K Gambar 2.14 Gaya Sentrifugal Diimbangi Gesekan Ban Vs Perkerasan F max G FL FR NL NR Penurunan Rumus: K = F max FL + FR = K NR + NL f = m . a G . f = g G . R V 2 f = R g V . 2 , g = 9,8 2 s m g = 3600 1 1000 98 2 jam km g = 127.000 2 jam km f = R V . 12700 2 , R dalam satuan meter maka: f = R V . 12700 2 . 1000 1 f = R V . 127 2 Sumber : Rekayasa jalan,Ir.Sony Sulaksono,M.Sc. 2. Stadium II : Gaya sentrifugal diimbangi hanya dengan kemiringan melintang jalan Gambar 2.15 Gaya Sentrifugal Diimbangi Hanya Dengan Kemiringan Melintang Jalan Penurunan Rumus: F max = K G sin α = K cos α G sin α = m. a cos α G sin α = g G . R V 2 cos α : G cos α tg α = gR V 2 , g = 9,8 2 s m G sin α K cos α G K α g = 3600 1 1000 98 2 jam km g = 127.000 jam km e = R V 000 . 127 2 . 1000 1 e = R V . 127 2 Sumber : Rekayasa jalan,Ir.Sony Sulaksono,M.Sc. 3. Stadium III : Gaya sentrifugal diimbangi dengan gaya gesek dan kemiringan melintang jalan FR FL G sin α G K α K cos α G cos α NL NR Gambar 2.16 Gaya Sentrifugal Diimbangi Dengan Gaya Gesek Dan Kemiringan Melintang Jalan Penurunan Rumus: F max = K FL + FR + G sin α = K cos α NL + NR f + G sin α = K cos α G cos α . f + G sin α = m . g cos α G cos α . f + G sin α = g G . R v 2 cos α : G cos α . f + α α cos sin = R g V . 2 , g = 9,8 2 s m g = 3600 1 1000 98 2 jam km g = 127.000 jam km f + tg α = R V 000 127 2 . 1000 1 f + tg α = R V 127 2 f + e = R V 127 2 Sumber : Rekayasa jalan,Ir.Sony Sulaksono,M.Sc. Dari ketiga keseimbangan di atas diperoleh kesimpulan yaitu: Pada stadium I : Rmin = fm V 127 2 .............................................................................2.10 Pada stadium II : Rmin = m e V 127 2 .............................................................................2.11 Pada stadium III : Rmin = 127 2 m m f e V + ……………………..………………..…2.12 Rumus dasar dari kendaraan yang melintasai tikungan menurut bina marga adalah sbb: e + f = R V 127 2 .............................................................................2.13 Dengan : e = Superelevasi f = Faktor gesekan samping V = Kecepatan rencana kmjam R = Jari-jari tikungan m Grafik 2.2 Koefisien Gesekan Melintang Maksimum Untuk Desain Sumber : Buku Teknik Sipil, Ir. Sunggono KH. Tabel 2.20 Rekomendasi AASHTO Untuk Koefisien Gesekan Samping Kecepatan Rencana mph 20 30 40 50 60 70 80 Kecepatan Rencana kmjam 32 48 64 80 97 113 129 Koefisien 0,17 0,16 0,15 0,14 0,12 0,10 0,08 Sumber: Teknik Jalan Raya, Clarkson H.Oglesby AASHTO 2001 memberikan rumusan untuk batasan basar jari jari minimum tersebut yaitu: Rmin = 01 , 127 max max 2 f e V + .................................................................2.14 Dengan : e = superelevasi f = faktor gesekan samping V = kecepatan rencana kmjam R = jari-jari tikungan m Tabel 2.21 Panjang Jari-jari Minimum VR kmjam 120 100 80 60 50 40 30 20 Jari-jari Minimum Rmin m 600 370 210 110 80 50 30 15 Jari-jari Minimum Tanpa Lengkung Peralihan m 2500 1500 900 500 350 250 130 60 Jari-jari Minimum Tanpa Superelevasi m 5000 2000 1250 700 - - - - Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997. Tabel 2.22 Jari-Jari Minimum Untuk Jalan Luar Kota, Jalan Tol, Jalan Perkotaan Berdasarkan Nilai e dan f Kecepatan Rencana KmJam Superelevasi maximum Koefisien Gesek f Total e100+f Radius m Radius Pembulatan m 20 4,0 0,18 0,22 14,5 15 30 4,0 0,17 0,21 33,7 35 40 4,0 0,17 0,21 60,0 60 50 4,0 0,15 0,20 98,4 100 60 4,0 0,15 0,19 149,1 150 70 4,0 0,14 0,18 214,2 215 80 4,0 0,14 0,18 279,8 280 90 4,0 0,13 0,17 375,0 375 100 4,0 0,12 0,16 491,9 490 20 6,0 0,18 0,24 13,1 15 30 6,0 0,17 0,23 30,8 30 40 6,0 0,17 0,23 54,7 55 50 6,0 0,16 0,22 89,4 90 60 6,0 0,15 0,21 134,9 135 70 6,0 0,14 0,20 192,8 195 80 6,0 0,14 0,20 251,8 250 90 6,0 0,13 0,19 335,5 335 100 6,0 0,12 0,18 437,2 435 110 6,0 0,11 0,17 560,2 560 120 6,0 0,09 0,15 755,5 755 130 6,0 0,08 0,14 950,0 950 20 8,0 0,18 0,28 12,1 10 30 8,0 0,17 0,25 28,3 30 40 8,0 0,17 0,25 50,4 50 50 8,0 0,16 0,24 82,0 80 60 8,0 0,15 0,23 123,2 125 70 8,0 0,14 0,22 175,3 175 80 8,0 0,14 0,22 228,9 230 90 8,0 0,13 0,21 303,6 305 100 8,0 0,12 0,20 393,5 395 110 8,0 0,11 0,19 501,2 500 120 8,0 0,09 0,17 666,6 665 130 8,0 0,08 0,18 831,3 830 20 10,0 0,18 0,28 11,2 10 30 10,0 0,17 0,27 26,2 25 40 10,0 0,17 0,27 46,6 45 50 10,0 0,16 0,26 75,7 75 60 10,0 0,15 0,25 113,3 115 70 10,0 0,14 0,24 160,7 160 80 10,0 0,14 0,24 209,9 210 90 10,0 0,13 0,23 277,2 275 100 10,0 0,12 0,22 357,7 360 110 10,0 0,11 0,21 453,5 455 120 10,0 0,09 0,19 596,5 595 130 10,0 0,08 0,18 738,9 740 20 12,0 0,18 0,30 19,5 10 30 12,0 0,17 0,29 24,4 25 40 12,0 0,17 0,29 43,4 45 50 12,0 0,16 0,28 70,3 70 60 12,0 0,15 0,27 104,9 105 70 12,0 0,14 0,26 148,3 150 80 12,0 0,14 0,26 193,7 195 90 12,0 0,13 0,25 255,0 255 100 12,0 0,12 0,24 327,9 330 110 12,0 0,11 0,23 414,0 415 120 12,0 0,09 0,21 539,7 540 130 12,0 0,08 0,20 665,0 665 Sumber : A policy on Geometric Design of Highways And Streets, AASHTO , 2001

2.4.2.3 Menentukan Bentuk Tikungan