2.3.2.2.1 Jarak Pandang Henti JPH
Jarak pandang henti JPH adalah jarak yang diperlukan untuk menghentikan kendaraan bila ada suatu halangan di tengah jalan Sony Sulaksono, 2001.
Tabel 2.11 Persyaratan Jarak Pandangan Henti
VR KmJam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum m 250 175 120 75 55 40 27 16
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.
2.3.2.2.2 Jarak Pandang Mendahului JPM
Jarak pandang mendahului JPM adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan
tersebut kembali ke lajur semula Bina Marga,1997.
Tabel 2.12 Persyaratan Jarak Pandangan Mendahului
VR KmJam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd m 800 670 550 350 250 200 150 100
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.
2.3.2.2.3 Daerah Bebas Samping di Tikungan
Pada saat mengemudikan kendaraan pada kecepatan tertentu, ketersediaan jarak pandang yang baik sangat dibutuhkan apalagi sewaktu kendaraan menikung
atau berbelok. Keadaan ini seringkali terganggu oleh gedung-gedung perumahan penduduk, pepohonan, hutan-hutan kayu maupun perkebunan, tebing galian dan lain
sebagainya.Oleh karena itu perlu adanya daerah bebas samping di tikungan untuk
menjaga keamanan pemakai jalan Jotin Khisty,2003.
Daerah bebas samping di tikungan adalah ruang untuk menjamin kebebasan pandang di tikungan sehingga jarak pandangan henti Jh dipenuhi. Daerah bebas
samping dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pandangan di tikungan dengan membebaskan objek-objek penghalang sejauh E m diukur dari garis tengah lajur
dalam sampai objek penghalang pandangan sehingga persyaratan Jh dipenuhi Bina
Marga 1997.
Jarak ini diperlukan untuk memenuhi syarat jarak pandang yang besarnya tergantung jari-jari R, kecepatam rencana V dan keadaan lapangan. Terdapat dua
kemungkinan keadaan, yaitu : a
Jarak Pandang Panjang Tikungan Jh Lt E = R 1 – cos
R Jh
π 90
......................................................................2.4
Dimana : R = Jari – jari tikungan m Jh
= Jarak pandang henti m
Lt = Panjang tikungan m
Gambar 2.12. Jarak Pandang Panjang Tikungan Jh Lt
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997
Grafik 2.1 Jarak Penghalang E, Dari Sumbu Lajur Sebelah Dalam
Sumber : Rekayasa jalan,Ir.Sony Sulaksono,M.Sc
Tabel 2.13 berisi nilai E m untuk JhLt, VR kmjam dan Jh m
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997
b Jarak Pandang Panjang Tikungan Jh Lt
E = R 1 – cos R
Jh π
90 +
2 1
Jh – Lt sin R
Jh π
90 ..............................2.5
Dimana : R = Jari – jari tikungan m
Jh = Jarak pandang henti m
Lt = Panjang tikungan m
Gambar 2.13. Jarak Pandang Panjang Tikungan Jh Lt
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997.
Tabel 2.14 Berisi Nilai E m Untuk JhLt, VR kmjam dan Jh m
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997
Tabel 2.15 Berisi nilai E m Untuk JhL, VR kmjam dan Jh m, Dimana Jh - Lt = 50 m.
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997
2.4 Persyaratan Alinemen
2.4.1 Alinemen Vertikal
2.4.1.1 Pengertian
Alinemen vertikal adalah proyeksi dari sumbu jalan pada suatu bidang vertikal yang melalui sumbu jalan tersebut.Alinemen vertikal terdiri atas bagian
landai vertikal dan bagian lengkung vertikal Sukirman, 1994. Ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa landai positif tanjakan, atau
landai negatif turunan, atau landai nol datar.
2.4.1.2 Landai Maksimum
Landai Maksimum adalah landai vertikal maksimum dimana truk dengan muatan penuh masih mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari
setengah kecepatan awal tanpa penurunan gigi rendah Sony Sulaksono, 2001 seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.16 Kelandaian maksimum yang diizinkan
VR kmjam 120 100 80
60 50
40 30
20 Kelandaian Maksimum
3 3
4 5
8 9
10 10
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina Marga 1997