Perancangan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Di Stasiun Pemarutan Kelapa Pada UKM Santani
80
DAFTAR PUSTAKA
Bagian Administrasi UKM Santani. 2016. Pasar 1, Medan.
Daniyan. 2015. Anthropometry as ergonomic consideration for hospital bed design in Nigeria. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember Santoso, Dr. Gempur Santoso, Drs., M.Kes., 2004. Ergonomi Manusia Peralatan
dan Lingkungannya. Sidoarjo: Prestasi Pustaka
Savas, Seyfi. 2016. Evaluation of Ergonomic Postures of Physical Education and Sport Science by REBA and Its Relation to Prevalence of Musculoskeletal Disorders. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Sinulingga, Sukaria. 2015. Metodologi Penelitian (Cetakan 3). Medan: USU press Tarwaka. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan
Produktivitas. Surakarta: Guna Widya
Teknik Industri, Departemen. 2016. Buku Pedoman Tugas Sarjana. Medan: Departemen Teknik Industri USU
Wignjosoebroto, Sritomo. 2006. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna Widya
(2)
32
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Antropometri
3.1.1. Defenisi Antropometri3
Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur yaitu sejak awal kelahirannya sampai dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh Istilah antropometri berasal dari “anthro” yang berarti manusia dan “metri” yang berarti ukuran. Secara definitif, antropometri dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi, lebar, dan sebagainya) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia.
3.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran Antropometri
Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain adalah:
1. Umur
1
Sritomo Wignjosoebroto, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Guna Widya, Surabaya, 2006. Hal: 60-65
(3)
33
A.F.Roche dan G.H.Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21 tahun, sedangkan wanita 17 tahun. Meskipun ada sekitar 10% yang masih terus bertambah tinggi sampai usia 23 tahun (laki-laki) dan 21 tahun (wanita).
2. Jenis Kelamin
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul dan sebagainya.
3. Suku Bangsa (Etnis)
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya
4. Posisi Tubuh
Sikap (postur) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus ditetapkan untuk survei pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu pengukuran dimensi struktur tubuh dan pengukuran dimensi fungsional tubuh.
5. Cacat Tubuh
Data antropometri yang diperlukan adalah untuk perancangan produk bagi orang-orang cacat, misalnya kursi roda, kaki/tangan palsu, dan lain-lain.
6. Tebal/Tipisnya Pakaian yang Dikenakan
Faktor iklim yang berbeda akan memberikan variasi yang berbeda-beda dalam bentuk rancangan dan spesifikasi pakaian.
(4)
34
7. Kehamilan (Pregnancy)
Kondisi semacam ini jelas mempengaruhi bentuk dan ukuran tubuh (khusus perempuan). Hal tersebut jelas memerlukan perhatian khusu terhadap produk-produk yang dirancang bagi segmentasi seperti ini.
3.1.3. Penggunaan Distribusi Normal4
4
Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Guna Widya, Surabaya, 1997. Hal: 60-65
Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai rata-rata (mean) dan Standart deviasi (SD) dari suatu distibusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata-rata) dan SD (Standar deviasi). Sedangkan percentile adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa percentase tertentu dari suatu kelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut.
(5)
35
Gambar 3.1. Distribusi Normal dan Perhitungan Percentil
3.1.4. Penggunaan Data Antropometri
Dimensi Tubuh yang umum dipakai diilustrasikan pada Gambar berikut.
(6)
36
Gambar 3.2. Antropometri Dimensi Tubuh manusia
(7)
37
Gambar 3.3. Antropometri Dimensi Telapak Tangan (Lanjutan)
Gambar 3.4. Antropometri Dimensi Kepala
(8)
38
Gambar 3.4. Antropometri Dimensi Kepala (Lanjutan)
(9)
39
3.1.5. Desain Produk (Peralatan) ergonomis Berdasarkan Antropometri5 Untuk mendesain peralatan secara ergonomis yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari atau mendesain peralatan yang ada pada lingkungan seharusnya disesuaikan dengan manusia di lingkungan tersebut. Apabila tidak ergonomis akan menimbulkan berbagai dampak negative bagi manusia tersebut. Dampak negative bagi manusia tersebut akan terjadi baik dalam waktu jangka panjang maupun jangka pendek.
Bekerja pada kondisi yang tidak ergonomis dapat menimbulkan berbagai masalah, antara lain: nyeri, kelelahan, bahkan kecelakaan. Richard (2001) menyebutkan bahwa saat ini terdapat 80% orang hidup setelah dewasa mengalami nyeri bagian tubuh belakang (back pain) karena berbagai sebab termasuk kondisi tidak ergonomis, karena back pain ini mengakibatkan orang tidak masuk kerja sebanyak 40%. Tidak masuknya kerja ini sangat merugikan perusahaan atau institusi karena produksinya berkurang.
Gambaran desain produk ergonomis berdasarkan antropometri dapat dilihat pada gambar 2.6. ukuran alat (produk) baik berupa benda kerja maupun instalasi seharusnya didesain sesuai ukuran tubuh manusia 9antropometri). Jadi, bukan manusia disesuaikan alat, tetapi alat harus disesuaikan dengan manusia. Agar dapat mendesain suatu alat sesuai dengan ukuran manusia, maka dalam mendesain produk harus disesuaikan dengan ukuran terbesar tubuh (95 percentile) dan ukuran terkecil tubuh (5 percentil) atau hasil kalibrasi ukuran setiap bagian
5
Dr. Gempur Santoso, Drs., M.Kes., Ergonomi Manusia Peralatan dan Lingkungannya, Prestasi Pustaka, Sidoarjo, 2004. Hal: 37-39.
(10)
40
tubuh (antropometri). Produk yang didesai sesuai dengan hasil kalibrasi antropometri disebut desain produk ergonomi.
Produk:
- Benda kerja - Instalasi
Manusia pengguna produk
Kalibrasi Antropometri Tubuh pengguna Produk;
- Mean
- Standar Deviasi
- Ukuran Antropometri besar (95 percentil)
- Ukuran antropometri kecil 5 percentil)
Produk Ergonomis
Gambar 3.6. Chart Desain Produk Ergonomis Berdasarkan Antropometri
3.2. Kelelahan Akibat Kerja 3.2.1. Defenisi Kelelahan6
6
Tarwaka, Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, Guna Widya, Surakarta, 2004. Hal 107-110
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diklasifikasikan kedalam dua jenis, kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot. Sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebebkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental status kesehatan dan gizi.
(11)
41
Grandjean (1991) menjelaskan bahwa factor penyebab terjadinya kelelahan di industry sangat bervariasi, dan untuk memelihara/mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan. Factor penyebab terjadinya kelelahan adalah:
a. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental
b. Lingkungan: iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dll. c. Circadian rhythm
d. Masalah fisik
e. Kenyerian dan kondisi kesehatan f. Nutrisi
3.2.2. Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa kelelahan disebabkan oleh banyak factor yang sangat kompleks dan saling mengkait antara factor yang satu dengan yang lainnya. Agar dapat menangani kelelahan dengan tepat, maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Berikut uraian secara skematis antara factor penyebab terjadinya kelelahan, penyegaran dan cara menangani kelelahan agar tidak menimbulkan resiko yang lebih parah.
(12)
42
Penyebab Kelelahan: 1. Aktivitas kerja fisik 2. aktivitas kerja mental
3. stasiun kerja tidak ergonomis 4. sikap paksa
5. kerja statis
6. kerja bersifat monotomi 7. lingkungan kerja ekstrim 8. psikologis
9. kebutuhan kalori kurang 10. waktu kerja istirahat tidak tepat
11. dan lain-lain
Cara mengatasi
1. sesuai kapasitas kerja fisik 2. sesuai kapasitas kerja mental 3. redesain stasiun kerja tidak ergonomis
4. sikap kerja alamiah 5. kerja lebih dinamis 6. kerja bervariasi
7. redsai lingkungan kerja 8. reorganisasi kerja
9. kebutuhan kalori seimbang 10. isitirahat setiap 2 jam 11. dan lain-lain
Resiko:
1. motivasi kerja turun 2. performansi rendah 3. kualitas kerja rendah 4. banyak terjadi kesalahan 5. stres akibat kerja
6. penyakit akibat kerja 7. cedera
8. terjadi kesalahan akibat kerja 9. dan lain-lain
Manajemen pengendalian: 1. tindakan preventif melalui pendekatan inovatif dan partsipatoris
2. tindakan kuratif 3. tindakan rehabilitatif 4. jaminan masa tua
Gambar 3.7. Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko Kelelahan
3.3. Keluhan Muskuloskeletal
3.3.1. Defenisi Keluhan Muskuloskeletal7
Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai keluhan sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
7
(13)
43
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligament, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem musculoskeletal. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namum demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan, dan
b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
3.3.2. Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Musculoskeletal
Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, yaitu:
1. Peregangan otot yang berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal.
2. Aktivitas berulang
(14)
44
Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi
3. Sikap kerja tidak alamiah
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
4. Factor penyebab sekunder
Factor penyebab sekunder terbagi atas: a. Tekanan
Terjadi karena tekanan langsung pada otot jaringan lunak. Sebagai contoh pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini terjadi dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontaksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
(15)
45
Paparan suhu yang dingin secara berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak karena menurunnya kekuatan otot. Sedangkan paparan suhu panas, beda suhu lingkungan dan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energy dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
5. Penyebab kombinasi
Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat apabila dalam melakukan tugas nya, pekerja dihadapkan pada beberapa factor resiko kerja dalam waktu yang bersamaan.
Disamping kelima factor penyebab terjadinya keluhan otot tersebut, beberapa ahli juga menjelaskan bahwa factor individu seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.
(16)
46
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UKM Santani yang beralamat di Jl. Melati raya no. 41 Tanjung Sari. Waktu pelaksanaan penelitian adalah selama 3 bulan.
4.2. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek. Peneliti melakukan tinjauan langsung dengan mengumpulkan data dan informasi secara langsung dari operator pada stasiun pemarutan.
4.3 Objek Penelitian
Objek penelitian yang dilakukan adalah operator dan fasilitas kerja pada stasiun pemarutan postur duduk pada UKM Santani.
4.4. Variabel Penelitian
(17)
47 1. Variabel Independen
a. Keluhan Musculoskeletal merupakan data awal untuk mengetahui gangguan pada otot yang dialami oleh pekerja dengan menggunakan kuesioner SNQ (Standard Nordic Quesioner).
b. Kondisi Kerja merupakan data awal untuk mengetahui permasalahan yang terdapat pada stasiun tersebut
c. Dimensi Tubuh merupakan ukuran setiap bagian tubuh yang mengalami masalah pada otot menggunakan metode antropometri.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen pada penelitian ini merupakan rancangan fasilitas kerja untuk meringankan keluhan bagian-bagian otot pekerja dengan prinsip ergonomi.
4.5. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) digunakan mengidentifikasi awal nilai keluhan otot yang dialami tenaga kerja.
2. Human Body Martin digunakan untuk mengukur dimensi tubuh pekerja. 3. Kuesioner REBA digunakan untuk mengetahui resiko cedera postur kerja. 4. Peta tangan kiri dan tangan kanan untuk mengetahui perbandingan kondisi
kerja aktual dan usulan.
(18)
48 4.6. Kerangka Berpikir
Menurut Uma Sekaran dalam Sukaria (2014 : 93) mengemukakan bahwa “Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman-pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.”
Adapun kerangka teoritis dalam penelitian ini adalah : - Keluhan musculoskeletal
- Kondisi Kerja - Dimensi tubuh
Adapun gambar kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Kerangka Berpikir Penelitian
4.7. Metode Pengumpulan Data 4.7.1. Data Primer
Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dikumpulkan dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi (pengamatan)
Keluhan Musculoskeletal Kondisi Kerja
Dimensi Tubuh
(19)
49
Pengumpulan data ini dilakukan dengan pengamatan dan pengukuran secara langsung terhadap subjek penelitian di lapangan terutama pada operator pemarutan. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data secara observasi ini adalah pengukuran dimensi tubuh pekerja dengan menggunakan Human Body Martin.
2. Kuesioner
Kuesioner yang digunakan adalah
a Standard Nordic Questionare (SNQ). Kuesioner ini digunakan untuk identifikasi awal kelelahan dan keluhan otot yang dialami operator pemarutan.
b Rapid Entire Body Assesment (REBA). Kuesioner ini digunakan untuk mengidentifikasi keluhan beban kerja yang dialami operator saat proses pemarutan.
4.7.2. Data Sekunder
Data skunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. File Record
Pengumpulan file record perusahaan sebagai data penunjang yaitu data gambaran umum perusahaan.
4.7.3. Ukuran dan Teknik Sampling
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner SNQ kepada pekerja, pengukuran dimensi tubuh pekerja
(20)
50
dengan menggunakan Human Body Martin. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dimana seluruh populasi dijadikan sampling.
4.8. Metode Pengolahan Data
Pada tahap ini, data yang diperoleh selama pengamatan diolah sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan.
1. Standard Nordic Qustionaere (SNQ) untuk menentukan bagian tubuh yang mengalami risiko kelelahan otot.
2. Kuesioner REBA untuk mengukur keluhan beban kerja pada tubuh bagian kanan dan kiri.
3. Pendekatan antropometri untuk menentukan dimensi tubuh berdasarkan fasilitas yang akan dirancang untuk mengurangi keluhan musculoskeletal disorders
(21)
51 Rumusan Masalah
Adanya Kelelahan Otot pada setiap Segmen Tubuh Operator
Sasaran Penelitian
- Penilaian Postur Kerja - Penilaian Beban Kerja
Penetapan Tujuan
Merancang Fasilitas Kerja yang Ergonomis untuk Mereduksi Kelelahan Otot
Pengumpulan Data Primer
- Data Keluhan dengan SNQ
- Data sudut Setiap segmen tubuh yang mengalami keluhan
- Data dimensi tubuh pekerja
Pengumpulan Data Sekunder - File Record
Pengolahan Data
1. Standard Nordic Questioner (SNQ) - Identifikasi keluhan dengan SNQ 2. REBA
- Identifikasi keluhan beban kerja dengan REBA 3. Antropometri
- Pengukuran dimensi operator
Analisis Pemecahan Masalah
- Analisis kerja aktual - Pemecahan masalah - Analisis kondisi kerja setelah perbaikan
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.2. Blok Diagram Pengolahan Data
(22)
52
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
5.1.1. Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ)
Standard Nordic Qustionairre adalah kuisioner yang dirancang untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh operator selama melakukan operatoran. Pengumpulan data kuisioner SNQ diberikan kepada 4 orang operator pemarutan kelapa.
Penilaian berdasarkan kuisioner SNQ untuk pembobotan masing-masing kategori berikut :
Tidak sakit : bobot 1 Agak sakit : bobot 2 Sakit : bobot 3 Sangat sakit : bobot 4
Kategori yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:
1. Tidak sakit, artinya bahwa operator tidak terasa nyeri sedikitpun pada bagian tubuh karena kontraksi otot yang terjadi berjalan normal.
2. Agak sakit, artinya bahwa operator mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri yang timbul tidak membuat operator jenuh atau cepat lelah.
3. Sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang cukup hebat dan keadaan ini membuat operator mulai jenuh dan cepat lelah.
(23)
53
4. Sangat sakit artinya bahwa operator merasakan nyeri yang sangat luar biasa disertai dengan ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga membuat operator merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.
Hasil rekapitulasi kuisioner SNQ setelah dilakukan penyebaran kuisioner SNQ untuk 4 operator pemarutan kelapa dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Keterangan nomor dimensi tubuh: 0 = Sakit kaku di leher bagian atas
1 = Sakit kaku di bagian leher bagian bawah
2 = Sakit di bahu kiri 16 = Sakit pada tangan kiri 3 = Sakit di bahu kanan 17 = Sakit pada tangan kanan 4 = Sakit lengan atas kiri 18 = Sakit pada paha kiri 5 = Sakit di punggung 19 = Sakit pada paha kanan 6 = Sakit lengan atas kanan 20 = Sakit pada lutut kiri 7 = Sakit pada pinggang 21 = Sakit pada lutut kanan 8 = Sakit pada bokong 22 = Sakit pada betis kiri 9 = Sakit pada pantat 23 = Sakit pada betis kanan
10 = Sakit pada siku kiri 24 = Sakit pada pergelangan kaki kiri 11 = Sakit pada siku kanan 25 = Sakit pada pergelangan kaki kanan 12 = Sakit pada lengan bawah kiri 26 = Sakit pada kaki kiri
13 = Sakit pada lengan bawah kanan 27 = Sakit pada kaki kanan 14 = Sakit pada pergelangan tangan kiri
15 = Sakit pada pergelangan tangan kanan
(24)
54
Tabel 5.1. Rekapitulasi Data SNQ Operator Pemarutan Kelapa
Op. Nomor Dimensi Tubuh
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 2 2 3 3 2 1 3 1 4 4 2 3 2 3 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
2 2 2 3 3 2 1 3 1 4 4 2 3 2 3 2 4 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 4 4 4 4 3 3 3 3 1 1 3 3 3 4 3 4 2 4 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4
(25)
55
5.1.2. Postur Kerja
Postur kerja pada stasiun pemarutan kelapa ditunjukkan pada elemen kegiatan di Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Elemen Kegiatan Operator
No. Kegiatan Gambar
1 Mengambil kelapa dari tempat penyimpanan
2 Memarut kelapa menggunakan alat pemarutan kelapa
3 Melempar batok kelapa ke tempat pembuangan
(26)
56
5.1.3. Fasilitas Kerja Aktual
Fasilitas kerja aktual yang terdapat pada stasiun pemarutan kelapa UKM Santani adalah:
1. Alat pemarutan kelapa
Alat pemarutan kelapa digunakan untuk memarutkan buah kelapa. Alat yang pemarut yang digunakan berjumlah 7 alat yaitu 4 alat posisi untuk duduk dan 3 alat untuk posisi berdiri. Dimensi aktual alat parut postur duduk tinggi 58 cm, lebar diameter tutup alat parut 40 cm dan diameter mata parut 5 cm. Jarak antar alat parut adalah 40 cm. Alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5.1. dan Gambar 5.2.
Gambar 5.1. Alat Parut Untuk Postur Berdiri
(27)
57
(b) (b) Gambar 5.2. Alat Parut Untuk Postur Duduk
2. Alat pemarutan kelapa
Gerobak sorong digunakan untuk meletakkan bahan baku. Jumlah gerobak sorong yang digunakan ada 2 di belakang pemarut postur duduk. Operator harus memutar badan untuk mengambil bahan baku. Hal ini dapat menyebabkan operator mengalami keluhan sakit di bagian pinggang. Dimensi gerobak sorong adalah panjang 100 cm, lebar 60 cm dan tinggi 20 cm. Gerobak sorong mampu menampung 100-120 batok kelapa yang memiliki diameter 10-12 cm dan berat 400 - 600 gram. Alat yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 5.3.
(28)
58
Gambar 5.3. Gerobak sorong
5.1.4. Antropometri Operator
Pengukuran antropometri operator dilakukan untuk menentukan dimensi alat yang digunakan pada stasiun pemarutan kelapa. Pengukuran Tinggi Duduk (TSD), Lebar Pantat (LP), Tinggi Lipat Lutut (TLL) dan Jangkauan Tangan (JT) digunakan untuk mengukur tinggi alat pemarut dan merancang alat bantu berupa kursi, tempat bahan baku dan tempat pembuangan batok kelapa.
Dimensi tubuh diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri terhadap seluruh operator pemarutan di UKM Santani. Jumlah operator pemarutan postur duduk pada UKM Santani sebanyak 4 orang. Hasil pengukuran dimensi terdapat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Dimensi Tubuh Operator pada UKM Santani
Operator Dimensi Tubuh (dalam cm)
TSD LP JT TLL
1 54.3 43 74 44.3
2 51 38 68 44.5
3 56 43 67 43
4 53 39 73 44
(29)
59
5.1.5. Kondisi Kerja Aktual
dengan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Kondisi kerja aktual dari kegiatan pemarutan kelapa dapat dilihat pada Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan dari keempat operator. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan digunakan untuk membandingkan kegiatan kinerja tangan operator pada stasiun pemarutan aktual dan usulan. Pada kegiatan aktual, operator lebih banyak menggunakan salah satu tangannya ketika bekerja. Operator menggunakan hanya menggunakan tangan kanan atau kiri nya untuk kegiatan mengambil batok kelapa dan membuang batok kelapa. Kegiatan ini dianggap Avoidable Delay (AD) dikarenakan kegiatan menganggur dapat dimanfaatkan dengan menggunakan kedua tangannya ketika bekerja. Tempat bahan baku yang digunakan berada dibelakang dari operator. Kegiatan ini memiliki waktu lebih lama karena operator harus memutar badan untuk mengambil batok kelapa. Kegiatan ini dapat dipercepat dengan merancang ulang fasilitas kerja aktual. Kondisi kerja aktual kegiatan pemarutan batok kelapa dapat dilihat pada Gambar 5.4., Gambar 5.5., Gambar 5.6. dan gambar 5.7.
(30)
60
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : PROSES PEMARUTAN AKTUALNOMOR PETA : 1 SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : FADILIHRAM TANGGAL DIPETAKAN : 11 OKTOBER 2016
1
69cm
10cm
10 cm 3
2
LAYOUT
KOMPONEN BENDA KERJA 1. Tempat Bahan Baku
2. Alat Parutan
3. Tempat Pembuangan
Tangan Kiri Jarak (cm)
Waktu
(detik) Lambang
Waktu (detik)
Jarak
(cm) Tangan Kanan Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 3
Re
AD 3 - Menganggur
G M H Memarut Batok Kelapa
menggunakan alat pemarutan kelapa
69 14
Re Re
14 69
Memarut Batok Kelapa menggunakan alat
pemarutan kelapa
P P
U U
Menganggur - 2 AD
Re
2 10 Melempar Batok kelapa ke tempat pembuangan P
Rl
Total 79 19 19 79
Ringkasan Waktu Tiap Siklus : 19 detik
Jumlah Produk Tiap Siklus : 1 Waktu untuk Membuat Sebuah Produk : 19 detik
(31)
61
Gambar 5.4. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 1
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : PROSES PEMARUTAN AKTUALNOMOR PETA : 2 SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : FADILIHRAM TANGGAL DIPETAKAN : 11 OKTOBER 2016
LAYOUT
KOMPONEN BENDA KERJA 1. Tempat Bahan Baku
2. Alat Parutan
3. Tempat Pembuangan
Tangan Kiri Jarak (cm)
Waktu
(detik) Lambang
Waktu (detik)
Jarak
(cm) Tangan Kanan
Menganggur - 4
Re
AD 4 10 Mengambil batok kelapa dari tempat penyimpanan G
M H Memarut Batok Kelapa
menggunakan alat pemarutan kelapa
69 11
Re Re
11 69
Memarut Batok Kelapa menggunakan alat
pemarutan kelapa
P P
U U
Menganggur - 2 AD
Re
2 10 Melempar Batok kelapa ke tempat pembuangan P
Rl
Total 79 17 17 79
Ringkasan Waktu Tiap Siklus : 17 detik
Jumlah Produk Tiap Siklus : 1 Waktu untuk Membuat Sebuah Produk : 17 detik
(32)
62
Gambar 5.5. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 2
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : PROSES PEMARUTAN AKTUALNOMOR PETA : 3 SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : FADILIHRAM TANGGAL DIPETAKAN : 11 OKTOBER 2016
1
69cm
10cm
10 cm 3
2
LAYOUT
KOMPONEN BENDA KERJA 1. Tempat Bahan Baku
2. Alat Parutan
3. Tempat Pembuangan
Tangan Kiri Jarak (cm)
Waktu
(detik) Lambang
Waktu (detik)
Jarak
(cm) Tangan Kanan Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 5
Re
AD 5 - Menganggur
G M H Memarut Batok Kelapa
menggunakan alat pemarutan kelapa
69 9
Re Re
9 69
Memarut Batok Kelapa menggunakan alat
pemarutan kelapa
P P
U U
Melempar Batok kelapa ke
tempat pembuangan 10 2 AD
Re
2 - Menganggur
P Rl
Total 79 14 14 79
Ringkasan Waktu Tiap Siklus : 17 detik
Jumlah Produk Tiap Siklus : 1 Waktu untuk Membuat Sebuah Produk : 17 detik
(33)
63
Gambar 5.6. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 3
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : PROSES PEMARUTAN AKTUALNOMOR PETA : 4 SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : FADILIHRAM TANGGAL DIPETAKAN : 11 OKTOBER 2016
LAYOUT
KOMPONEN BENDA KERJA 1. Tempat Bahan Baku
2. Alat Parutan
3. Tempat Pembuangan
Tangan Kiri Jarak (cm)
Waktu
(detik) Lambang
Waktu (detik)
Jarak
(cm) Tangan Kanan
Menganggur - 2
Re
AD 2 10 Mengambil batok kelapa dari tempat penyimpanan G
M H Memarut Batok Kelapa
menggunakan alat pemarutan kelapa
69 5
Re Re
5 69
Memarut Batok Kelapa menggunakan alat
pemarutan kelapa
P P
U U
Menganggur - 2 AD
Re
2 10 Melempar Batok kelapa ke tempat pembuangan P
Rl
Total 79 9 9 79
Ringkasan Waktu Tiap Siklus : 19 detik
Jumlah Produk Tiap Siklus : 1 Waktu untuk Membuat Sebuah Produk : 19 detik
(34)
64
Gambar 5.7. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Operator 4 5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Keluhan Operator Berdasarkan Kuisioner SNQ pada Stasiun Pemarutan kelapa
Hasil rekapitulasi kategori sakit untuk masing-masing operator dapat dilihat pada Tabel 5.4
Tabel 5.4. Persentasi Kategori Sakit dari Data SNQ
Operator Sakit (%) Nomor Dimensi Tubuh 1 25% 2, 3 6, 11, 13, 15, dan 17
2 21,4% 2, 3, 6, 11, 13, dan 17
3 28,6% 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12 dan 14
4 21,4% 4, 11, 13, 17, 24 dan 26
Rekapitulasi data SNQ untuk persentasi kategori sangat sakit untuk masing-masing operator dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Persentasi Kategori Sangat Sakit dari Data SNQ
Operator Sangat Sakit (%) Nomor Dimensi Tubuh
1 7,1% 8 dan 9
2 7,1% 8 dan 9
3 39,9% 0, 1, 2, 3, 13, 15, 17, 24, 25, 26 dan 27
4 35,7% 0, 1, 2, 3, 5, 6, 7, 15, 25 dan 27
Persentase keluhan sakit dan sangat sakit operator dapat dilihat pada Gambar 5.8.
(35)
65
Gambar 5.8. Histogram Keluhan Operator
Berdasarkan histogram di atas, operator pada stasiun pemarutan kelapa mengalami sakit pada 15 bagian tubuh dan sangat sakit pada 17 bagian tubuh.
5.2.2. Penilaian Postur Kerja dengan REBA Worksheet
Penilaian dilakukan terhadap tubuh bagian kanan dan kiri operator pada stasiun pemarutan kelapa. Penilaian tubuh bagian kanan dan kiri dengan menggunakan lembar penilaian Rapid Entire Body Assesesment (REBA) Assessment Worksheet. Bagian tubuh yang dinilai pertama kali adalah leher, kaki, dan badan. Skor dari ketiga bagian tersebut lalu dimasukkan ke tabel A hingga diperoleh nilai dari tabel A. Nilai dari tabel A lalu ditambahkan dengan nilai pembebanan yang akan menghasilkan nilai skor A. Bagian tubuh yang dinilai berikutnya adalah pergelangan tangan, lengan bawah, dan lengan atas. Skor dari ketiga bagian tersebut lalu dimasukkan ke tabel B hingga diperoleh nilai dari tabel B. Nilai dari tabel B lalu dijumlahkan dengan nilai genggaman yang akan
(36)
66
menghasilkan nilai skor B. Nilai skor A dan B selanjutnya dimasukkan ke tabel C hingga menghasilkan nilai tabel C. Nilai skor REBA diperoleh dari penjumlahan nilai tabel C dan nilai aktivitas.
Penilaian REBA dilakukan terhadap tubuh bagian kiri dan kanan pada elemen kegiatan mengambil kelapa dari tempat bahan baku. Penilaian skor REBA pada kegiatan tersebut adalah 9 dan 7. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan mengambil kelapa dari tempat bahan baku berada dalam level risiko tinggi sehingga perlu tindakan secepatnya. Penilaian untuk postur kerja untuk semua elemen kegiatan dapat dilihat pada gambar Lampiran 2. Rekapitulasi hasil perhitungan postur kerja ditunjukkan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja dengan REBA
No. Kegiatan
Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4
Skor Skor Skor Skor
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan
1 Mengambil kelapa dari tempat penyimpanan
9 7 7 8 6 7 6 7
2 Memarut kelapa menggunakan alat pemarutan kelapa
6 6 6 6 7 9 7 9
3 Melempar batok kelapa ke tempat pembuangan
5 5 5 5 4 5 4 5
Keterangan:
Skor Tindakan
1 Tidak perlu tindakan 2-3 Mungkin diperlukan tindakan 4-7 Perlu tindakan
8-10 Perlu tindakan secepatnya 11-15 Perlu tindakan sekarang juga
(37)
67
BAB VI
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.2. Analisis Tingkat Keluhan Rasa Sakit
Penilaian peta tubuh dengan Standard Nordic Quistionnaire (SNQ) menunjukkan bahwa pada beberapa bagian tubuh operator di stasiun pemarutan dominan dengan kategori sangat sakit. Kategori sangat sakit terdapat pada beberapa bagian tubuh yaitu sakit di bagian leher atas dan bawah, bahu kiri dan kanan, punggung, lengan atas kanan, pinggang, pergelangan tangan kanan, tangan kanan, pergelangan kaki kiri dan kanan, kaki kanan dan kiri dikarenakan operator dalam proses pemarutan dalam kondisi badan membungkuk dan kaki tertekuk sehingga membuat beberapa bagian tubuh tersebut terasa pegal dan nyeri.
5.3. Analisis Postur Kerja dengan REBA Worksheet
Postur kerja pada stasiun pemarutan dimulai dari mengambil kelapa dari tempat penyimpanan, memarut kelapa dan membuang batok kelapa. Penilaian yang dilakukan dengan REBA worksheet diketahui bahwa elemen yang paling besar yaitu gerakan mengambil kelapa dari tempat penyimpanan dan memarut kelapa menggunakan alat pemarut karena dalam prosesnya operator harus bekerja dalam posisi membungkuk dikarenakan tidak menggunakan alat bantu untuk duduk ketika bekerja.
(38)
68
6.3. Analisis Perancangan Fasilitas Kerja Aktual dan Usulan
Pada perancangan fasilitas kerja aktual dan usulan ada beberapa perbedaan, yaitu pada fasilitas kerja aktual berupa mesin pemarut. Operator memarut kelapa dengan postur duduk menggunakan alat berupa ember dan batangan kayu bahkan ada yang tidak menggunakan alat duduk sehingga operator itu memarut dengan postur membungkuk.
Fasilitas kerja usulan berupa alat pemarutan yang sudah sesuai dengan dimensi tinggi siku duduk operator dengan menambah alat bantu berupa kursi. Dimensi kursi yang digunakan adalah persentil 95 lebar pantat untuk panjang kursi, persentil 50 lebar pantat (LP) untuk lebar kursi dan persentil 50 tinggi lipat lutut (TLL) untuk tinggi kursi. Dimensi kursi nya adalah 44,075 cm x 40,784 cm x 44,184 cm. Tujuan penambahan kursi untuk mengurangi keluhan rasa sakit pada punggung dan pinggang operator ketika bekerja. Alat bantu kursi dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1. Kursi
(39)
69
Pada stasiun pemarutan juga ditambahi alat bantu berupa tempat bahan baku dan pembuangan batok. Alat bantu tempat bahan baku dirancang untuk meletakkan bahan baku sebelum diproses di stasiun pemarutan. Pada kondisi aktual, proses produksi santan UKM Santani sebanyak 300 kg/hari. 1 kg santan membutuhkan 3 ½ kg batok kelapa atau 7 – 9 buah batok kelapa. Batok kelapa dibawa ke stasiun pemarutan menggunakan gerobak sorong yang hanya mampu menampung 100 – 120 buah batok. Jumlah gerobak sorong yang digunakan sebanyak 2 buah. Kondisi ini kurang efektif karena pada satu hari batok kelapa yang dibutuhkan sebanyak 2100 – 2700 buah batok. Batok kelapa yang telah diparut dibuang ke tanah sehingga membuat kondisi lingkungan kerja menjadi bau, basah, kotor dan berserakan. Maka dirancang wadah usulan untuk bahan baku dan pembuangan batok.
Dimensi yang digunakan adalah panjang masing-masing 30 cm disesuaikan dengan jarak antar alat pemarut yaitu 70 cm dengan menyisakan 10 cm untuk posisi kaki, persentil 5 jangkauan tangan untuk lebar alat dan persentil 5 tinggi siku duduk untuk tinggi alat. Dimensi nya adalah 60 cm x 64,607 cm x 49,079 cm. Wadah usulan ini mampu menampung 684 batok kelapa untuk setiap wadah bahan baku dan pembuangan batok. Jumlah wadah usulan masing-masing sebanyak 4 buah sehingga total batok yang mampu ditampung lebih kurang 2736 batok kelapa. Wadah usulan dianggap efektif karena jumlah batok yang mampu ditampung lebih banyak daripada jumlah batok yang diperlukan untuk produksi perharinya
(40)
70
Gambar 6.2. Tempat Bahan Baku dan Pembuangan Batok
6.4. Analisis Hasil Penilaian Postur Kerja Usulan dengan REBA
Worksheet
Penilaian postur kerja usulan dilakukan dengan metode REBA dari hasil Software Microsoft Visio pada Gambar 6.6 dan Gambar 6.7. Rekapitulasi hasil perhitungan postur kerja dengan metode REBA dapat dilihat Tabel 6.1.
Tabel 6.1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja Usulan No. Kegiatan
Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 4
Skor Skor Skor Skor
Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan Kiri Kanan 1 Mengambil kelapa
dari tempat penyimpanan
2 4 2 4 2 4 2 4
2 Memarut kelapa menggunakan alat pemarutan kelapa
4 4 4 4 4 4 4 4
3 Melempar batok kelapa ke tempat pembuangan
2 4 2 4 2 4 2 4
(41)
71
Dari rekapitulasi hasil perhitungan postur kerja dengan metode REBA maka diperoleh skor yang paling tinggi adalah 4 dimana kategori mungkin diperlukan tindakan. Sehingga operator dikategorikan bekerja dalam keadaan aman.
6.5. Analisis Kondisi Kerja Aktual dan Usulan
Kondisi kerja aktual stasiun pemarutan dapat dilihat pada Gambar 6.3., dimana operator bekerja dalam kondisi tidak ergonomis. Operator memarut kelapa dengan postur duduk menggunakan alat berupa ember dan batangan kayu bahkan ada yang tidak menggunakan alat duduk sehingga operator itu memarut dengan postur membungkuk.
(c) (b)
Gambar 6.3. Posisi Kerja pada Alat Parut Untuk Postur Duduk Perbaikan kondisi kerja aktual dilakukan dengan membuat rancangan fasilitas kerja usulan yaitu merancang kursi, tempat bahan baku dan pembuangan btok kelapa. Sikap kerja mengalami perubahan dari awalnya membungkuk jadi
(42)
72
duduk tegak sehingga operator dapat lebih nyaman dalam bekerja. Alat bantu tempat bahan baku dan pembuangan batok dirancang untuk meletakkan bahan baku dan membuang batok yang telah diparut. Alat bantu ini dirancang untuk mempermudah proses kerja operator dan menjadikan lingkungan kerja jadi bersih dan tidak berserakan. Perbandingan kondisi kerja aktual dan usulan pada Gambar 6.4. dan Gambar 6.5. diilustrasikan dengan menggunakan software Microsoft Visio untuk melihat perbandingan kondisi kerja aktual dengan usulan.
SIMBOL KETERANGAN
ALAT PARUTAN
GEROBAK SORONG
OPERATOR
Gambar 6.4. Kondisi Kerja Aktual Proses Pemarutan.
SIMBOL KETERANGAN
ALAT PARUTAN
TEMPAT BAHAN BAKU TEMPAT PEMBUANGAN
BATOK OPERATOR
Gambar 6.5. Kondisi Kerja Usulan Proses Pemarutan.
Pada kondisi kerja aktual dapat dilihat bahwa keempat operator harus membalikkan badan untuk mengambil bahan baku. Kondisi kerja ini dianggap
(43)
73
tidak efektif karena mengalami waktu yang lebih lama dan dapat menyebabkan cedera pada punggung operator. Kondisi ini dikarenakan pada proses pemarutannya, operator lebih sering menggunakan salah satu tangannya ketika bekerja sehingga mengalami Avoidable Delay (AD). Avoidable Delay (AD) ini dapat dihindari dengan merancang ulang fasilitas kerja untuk membuat waktu prosesnya lebih efektif dan menghindari cedera punggung operator.
Kondisi kerja usulan dapat dilihat kedua tangan operator lebih efektif dimana pada kegiatan mengambil batok kelapa dan membuang batok kelapa. Kedua kegiatan ini dilakukan secara bersamaan yang dapat mengefektifkan waktu proses produksi pemarutan kelapa. Posisi wadah usulan bahan baku diletakkan disebelah kiri operator dan pembuangan batok di sebelah kanan operator. Posisi kedua wadah disesuaikan dengan persentil 50 jangkauan tangan operator sehingga lebih memudahkan operator ketika mengambil dan membuang batok. Kondisi kerja usulan dapat dilihat pada Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan (PTKTK) usulan pada Gambar 6.6., Gambar 6.7., Gambar 6.8., dan Gambar 6.9.
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
(44)
74
PEKERJAAN : PROSES PEMARUTAN USULAN NOMOR PETA : 1
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : FADILIHRAM TANGGAL DIPETAKAN : 11 OKTOBER 2016
1 3 69,828 cm 5 cm 5 cm
2
LAYOUTKOMPONEN BENDA KERJA 1. Tempat Bahan Baku
2. Alat Parutan
3. Tempat Pembuangan
Tangan Kiri Jarak (cm)
Waktu
(detik) Lambang
Waktu (detik)
Jarak
(cm) Tangan Kanan Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 2
Re
D 2 - Menganggur
G M H Memarut Batok Kelapa
menggunakan alat pemarutan kelapa
69 10
Re Re
10 69
Memarut Batok Kelapa menggunakan alat
pemarutan kelapa
P P
U U
Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 2
Re Re
2 10 Melempar Batok kelapa ke tempat pembuangan
G P
M Rl
H -
Total 89 14 14 79
Ringkasan Waktu Tiap Siklus : 14 detik
Jumlah Produk Tiap Siklus : 1 Waktu untuk Membuat Sebuah Produk : 14 detik
Gambar 6.6. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan Operator 1
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
(45)
75
PEKERJAAN : PROSES PEMARUTAN USULAN NOMOR PETA : 2
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : FADILIHRAM TANGGAL DIPETAKAN : 11 OKTOBER 2016
1 3 69,828 cm 5 cm 5 cm
2
LAYOUTKOMPONEN BENDA KERJA 1. Tempat Bahan Baku
2. Alat Parutan
3. Tempat Pembuangan
Tangan Kiri Jarak (cm)
Waktu
(detik) Lambang
Waktu (detik)
Jarak
(cm) Tangan Kanan Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 2
Re
D 2 - Menganggur
G M H Memarut Batok Kelapa
menggunakan alat pemarutan kelapa
69 10
Re Re
10 69
Memarut Batok Kelapa menggunakan alat
pemarutan kelapa
P P
U U
Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 2
Re Re
2 10 Melempar Batok kelapa ke tempat pembuangan
G P
M Rl
H -
Total 89 14 14 79
Ringkasan Waktu Tiap Siklus : 14 detik
Jumlah Produk Tiap Siklus : 1 Waktu untuk Membuat Sebuah Produk : 14 detik
Gambar 6.7. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan Operator 2
(46)
76
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : PROSES PEMARUTAN USULAN NOMOR PETA : 3
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : FADILIHRAM TANGGAL DIPETAKAN : 11 OKTOBER 2016
1 3 69,828 cm 5 cm 5 cm
2
LAYOUTKOMPONEN BENDA KERJA 1. Tempat Bahan Baku
2. Alat Parutan
3. Tempat Pembuangan
Tangan Kiri Jarak (cm)
Waktu
(detik) Lambang
Waktu (detik)
Jarak
(cm) Tangan Kanan Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 2
Re
D 2 - Menganggur
G M H Memarut Batok Kelapa
menggunakan alat pemarutan kelapa
69 10
Re Re
10 69
Memarut Batok Kelapa menggunakan alat
pemarutan kelapa
P P
U U
Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 2
Re Re
2 10 Melempar Batok kelapa ke tempat pembuangan
G P
M Rl
H -
Total 89 14 14 79
Ringkasan Waktu Tiap Siklus : 14 detik
Jumlah Produk Tiap Siklus : 1 Waktu untuk Membuat Sebuah Produk : 14 detik
Gambar 6.8. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan Operator 3
(47)
77
PETA TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN
PEKERJAAN : PROSES PEMARUTAN USULAN NOMOR PETA : 4
SEKARANG USULAN
DIPETAKAN OLEH : FADILIHRAM TANGGAL DIPETAKAN : 11 OKTOBER 2016
1 3 69,828 cm 5 cm 5 cm
2
LAYOUTKOMPONEN BENDA KERJA 1. Tempat Bahan Baku
2. Alat Parutan
3. Tempat Pembuangan
Tangan Kiri Jarak (cm)
Waktu
(detik) Lambang
Waktu (detik)
Jarak
(cm) Tangan Kanan Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 2
Re
D 2 - Menganggur
G M H Memarut Batok Kelapa
menggunakan alat pemarutan kelapa
69 10
Re Re
10 69
Memarut Batok Kelapa menggunakan alat
pemarutan kelapa
P P
U U
Mengambil batok kelapa
dari tempat penyimpanan 10 2
Re Re
2 10 Melempar Batok kelapa ke tempat pembuangan
G P
M Rl
H -
Total 89 14 14 79
Ringkasan Waktu Tiap Siklus : 14 detik
Jumlah Produk Tiap Siklus : 1 Waktu untuk Membuat Sebuah Produk : 14 detik
Gambar 6.9. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Usulan Operator 4
(48)
78
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengolahan data dan analisa pembahasan adalah:
1. Hasil pengolahan tingkat keluhan yang di alami oleh operator pada stasiun pemarutan dengan penyebaran kuisioner SNQ diperoleh bahwa bagian tubuh yang sangat sakit adalah sakit di bagian leher atas dan bawah, bahu kiri dan kanan, punggung, lengan atas kanan, pinggang, pergelangan tangan kanan, tangan kanan, pergelangan kaki kiri dan kanan, kaki kanan dan kiri. Keluhan sangat sakit ini dikarenakan fasilitas kerja yang tidak ergonomis sehingga operator bekerja dalam keadaan membungkuk, dan kaki tertekuk.
2. Hasil penilaian postur kerja menunjukkan bahwa kegiatan mengambil kelapa dari tempat penyimpanan dan memarut kelapa menggunakan alat pemarutan memiliki risiko level diantara 6 - 9 sehingga perlu tindakan perbaikan secepatnya.
3. Tindakan perbaikan yang dilakukan adalah merancang fasilitas kursi, tempat bahan baku dan tempat pembuangan batok yang disesuaikan antropometri tinggi siku duduk (TSD), Lebar Pantat (LP), Tinggi Lipat Lutut (TLL) dan jangkauan tangan (JT) agar operator tidak membungkuk ketika mengambil dan memarut kelapa.
(49)
79
4. Rancangan fasilitas kerja yang ergonomis sesuai antropometri tinggi siku duduk (TSD), Lebar Pantat (LP), Tinggi Lipat Lutut (TLL) dan jangkauan tangan (JT) dapat membuat operator lebih nyaman bekerja dibandingkan kondisi aktual dimana operator bekerja dengan postur membungkuk.
7.2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah:
1. Dari usulan fasilitas kerja yang dihasilkan pada penelitian ini diharapkan dapat diterapkan pada UKM Santani.
2. Perusahaan seharusnya melihat perusahaan yang sejenis yang lebih modern dalam sistem produksi hingga dapat diaplikasikan ke perusahaan sendiri. 3. Perusahaan seharusnya memperhatikan lingkungan kerja dan sesuai dengan
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk menghindari kecelakaan kerja.
(50)
26
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan
UKM Santani adalah UKM yang bergerak dalam produksi santan kelapa. UKM ini berdiri sejak tahun 2011 dengan pemiliknya adalah Bapak Muhammad Ikhsan.. Alamat dari UKM ini terletak di Jl. Melati Raya 15 Medan Selayang, Tanjung Sari, Kotamadya Medan – Sumatera Utara.
Di UKM ini ada beberapa proses produksi yang dikerjakan secara manual seperti proses pengepresan kelapa dan pemarutan kelapa. Mesin yang digunakan pada UKM ini hanya ada dua yaitu mesin press dan mesin pemarut.
2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha
UKM Santani adalah UKM yang bergerak dalam produksi santan kelapa. UKM Santani menjual produknya kepada toko-toko yang bergerak dalam industri makanan seperti pabrik roti, toko bika ambon, dan srikaya.
2.3 Lokasi Perusahaan
UKM Santani terletak di Jl. Melati Raya 15 Medan Selayang, Tanjung Sari, Kotamadya Medan – Sumatera Utara.
(51)
27 2.4 Organisasi dan Manajemen 2.4.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan gambaran hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang berkaitan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan tertentu yang diharapkan oleh semua pihak yang terkait didalamnya. Struktur organiasi merupakan bagian yang penting dalam pendirian suatu perusahaan untuk memperlancar jalannya perusahaan, sehingga pendistribusian tugas, dan tanggung jawab serta hubungan antara satu orang dengan yang lain menjadi jelas.
Struktur organisasi dari UKM Santani berbentuk lini karena pimpinan umumnya adalah pemilik dari perusahaan itu sendiri. Semua keputusan baik yang bersifat strategis maupun operasional akan diambil sendiri oleh pemilik. Strategi utama yang diterapkan pada tipe organisasi usaha semacam ini adalah bagaimana perusahaan dapat terus dijalankan dan tetap ada permintaan di pasar. Struktur organisasi UKM Santani dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Pimpinan Pekerja Bagian Penimbangan Santan Kelapa Pekerja Bagian Penyimpanan Kelapa Pekerja Bagian Pembungkusan Hasil Parutan Kelapa Pekerja Bagian Pengepresan Hasil Parutan Kelapa Pekerja Bagian Pembelahan Kelapa Pekerja Bagian Pemarutan Kelapa
Gambar 2.1. Struktur Organisasi UKM Santani 2.4.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab
(52)
28
Pembagian tugas pada UKM Santani menurut fungsi yang telah ditetapkan. Uraian tugas dan tanggung jawab di UKM Santani adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan (Pemilik)
Pimpinan di UKM Santani merupakan pemilik usaha tersebut yang merupakan pimpinan tertinggi dalam perusahaan yang diberikan wewenang atau kekuasaan melakukan tindakan untuk dan atas perusahaan.
Tugas :
- Pemimpin dan pemegang tertinggi dalam perusahaan.
- Melakukan pengawasan dengan mengadakan pemeriksaan serta penilaian seluruh kegiatan perusahaan.
Tanggung jawab :
- Memimpin dan mengendalikan semua usaha, kegiatan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
- Memperhatikan, memelihara dan mengawasi kelancaran administrasi, pengamanan dan pelaksanaan tugas secara seimbang dan berhasil.
- Mengatur pembelian dan penjualan produk. - Memberi tugas, membayar upah atau gaji. 2. Pekerja Bagian Pembelahan Kelapa
Uraian tugas dan tanggung jawab pekerja bagian pembelahan kelapa adalah sebagai berikut :
a. Menentukan jenis kualitas batok kelapa yang akan dibelah b. Membelah batok kelapa
(53)
29
c. Mengantar batok kelapa yang sudah dibelah ke stasiun pemarutan 3. Pekerja Bagian Pemarutan Kelapa
Uraian tugas dan tanggung jawab karyawan bagian pemarutan kelapa adalah sebagai berikut :
a. Memarut batok kelapa
b. Mengumpulkan hasil parutan ke ember besar 4. Pekerja Bagian Pembungkusan Hasil Parutan Kelapa
Uraian tugas dan tanggung jawab pekerja bagian pembungkusan hasil parutan kelapa adalah sebagai berikut :
a. Mengambil ember besar yang berisi hasil parutan batok kelapa b. Membungkus hasil parutan batok kelapa dengan kain pembungkus c. Hasil parutan batok kelapa yang sudah dibungkus dibawa ke mesin press d. Santan kelapa dituang ke ember besar
5. Pekerja Bagian Penimbangan Santan Kelapa
Uraian tugas dan tanggung jawab pekerja bagian penimbangan santan kelapa adalah sebagai berikut :
a. Mengambil ember besar yang berisi santan kelapa b. Santan kelapa dituangkan ke dalam jerigen
c. Jerigen yang berisi santan kelapa ditimbang beratnya 6. Pekerja Bagian Penyimpanan Kelapa
Uraian tugas dan tanggung jawab pekerja bagian penyimpanan kelapa adalah sebagai berikut :
a. Membawa buah kelapa yang diantar dari supplier ke dalam gudang
(54)
30
b. Menghitung jumlah buah kelapa yang disimpan
2.4.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Jumlah tenaga kerja pada UKM Santani saat ini adalah 13 orang dan semuanya merupakan karyawan tetap. Perincian jumlah tenaga kerja dibagi atas empat pekerjaan yaitu 1 orang pekerja di bagian pembelahan, 7 orang di bagian pemarutan, 1 orang di bagian pembungkusan, 1 orang di bagian pengepresan, 1 orang di bagian penimbangan, dan 2 orang di bagian penyimpanan .
Hari kerja di UKM Santani dimulai sejak hari Senin hingga hari Sabtu dengan jam kerja 9 jam perhari yaitu mulai dari pukul 05.00 WIB – 17.00 WIB dengan waktu istirahat adalah:
- Istirahat pagi pukul 08.00 WIB – 09.00 WIB - Istirahat siang pukul 12.00 WIB – 14.00 WIB.
2.4.4 Sistem Pengupahan dan Fasilitas
Pengupahan karyawan dibayar dengan sistem harian berupa upah pokok. Jumlah upah yang diterima akan disesuaikan dengan jumlah output yang dikerjakan oleh pekerja.
2.5 Proses Produksi
Proses produksi merupakan suatu proses transformasi (mengalami perubahan bentuk secara fisik dan kimia) yang mengubah input yang berupa
(55)
31
bahan baku, mesin, peralatan, modal, energi, tenaga kerja menjadi output sehingga memiliki nilai tambah.
UKM Santani menggunakan teknologi produksi yang manual, hal tersebut dapat terlihat dari cara kerja serta peralatan yang digunakan untuk melakukan proses produksi hampir semua dilakukan secara manual. Diantaranya seperti proses pemarutan kelapa. Pada proses pemarutan kelapa, mesin yang digunakan adalah mesin pemarut. Pekerja memarut batok kelapa dengan mendekatkan batok kelapa pada mata pemarut untuk menghasilkan kelapa parut. Aliran kegiatan proses produksi UKM Santani dapat dilihat pada Gambar 2.2.
2 3 4 1 6 2 2 2 2 2 2 5
6 6 6
B A C D E F 2 1 3 5 4 6 B A C E D F Simbol Mesin Parutan Tempat Batok Kelapa Mesin Press Tempat Penyimpanan Alat Penimbang Gerobak Sorong Stasiun Pemarutan Stasiun Pembelahan Stasiun Pembungkusan Stasiun Penimbangan Stasiun Pengepresan Stasiun Penyimpanan Keterangan
Gambar 2.2. Aliran Proses Produksi UKM Santani
(56)
18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Fasilitas kerja merupakan sarana pendukung yang sangat penting bagi perusahaan sebagai penunjang kinerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan. Memberikan tempat kerja yang menyenangkan berarti menimbulkan perasaan nyaman pada karyawan dalam bekerja. Perusahaan perlu merancang fasilitas kerja dari sisi ergonomis. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, sehat, nyaman, dan efisien.1
1
Iftikar Z. Sutalaksana, Teknik Perancangan Sistem Kerja, ITB, Bandung, 2006. Hal: 72
Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk, peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan operator serta kehidupan sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia. Para operator dalam melakukan operatorannya, posisi kerja mereka tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk, jangkauan tangan yang tidak normal, alat yang terlalu kecil, dll. Sehingga dari posisi kerja operator tersebut dapat mengakibatkan timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri pada punggung akibat dari posisi yang tidak ergonomis tersebut, timbulnya rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara operator dan lingkungan kerjanya.
(57)
19
UKM Santani adalah Usaha Kecil Menengah yang memproduksi santan. UKM ini terdiri dari stasiun gudang bahan baku, stasiun pembelahan kelapa, stasiun pemarutan, stasiun pengepresan, stasiun pembungkusan, stasiun penimbangan dan stasiun penyimpanan. Proses produksi santan dilakukan dengan memanfaatkan bantuan tenaga manusia sebagai operator yang dibagi atas beberapa kelompok kerja sesuai dengan jenis pekerjaannya. Santan yang dihasilkan UKM Santani adalah 300 kg/hari.
Penelitian dilakukan pada stasiun pemarutan dimana pada stasiun ini hanya menggunakan alat bantu seadanya dan lebih mengutamakan tenaga manusia dalam melakukan operatorannya. Alat parut yang digunakan berjumlah 7 terdiri dari 3 alat posisi berdiri dan 4 alat posisi duduk. Alat duduk yang digunakan berupa ember dan batang kayu besar. Selain itu operator juga ada yang tidak menggunakan alat duduk sehingga operator bekerja membungkuk. Posisi kerja pada stasiun pemarutan dapat dilihat pada Gambar 1.1 dan Gambar 1.2.
(a) (b)
Gambar 1.1. Posisi Kerja pada Alat Parut Untuk Postur Duduk
(58)
20
Gambar 1.2. Posisi Kerja pada Alat Parut Untuk Postur Berdiri
Pada gambar 1.1a dan 1.1b, posisi kerja pada operator dinilai tidak ergonomis karena operator menggunakan alat duduk yang tidak layak dipakai. Alat duduk yang layak pakai berupa kursi yang dapat membuat nyaman operator ketika bekerja sehingga operator tidak mengalami stres ketika bekerja. Stres yang diakibatkan ketika bekerja dapat menyebabkan operator mudah lelah dan menurunkan produktivitas kerja operator tersebut. Kriteria kursi yang layak dipengaruhi oleh stabilitas duduk, kekuatan produk, mudah dinaikturunkan, sandaran punggung, fungsional, bahan material, kedalaman kursi, lebar kursi, lebar sandaran punggung dan tinggi bangku. 2
2
Eko Nurmianto, Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. ITS. Surabaya. 2004. Hal. 123-124
Sedangkan pada gambar 1.2, posisi kerja pada operator dinilai tidak ergonomis karena operator membungkuk pada saat bekerja. Posisi kerja membungkuk dapat menyebabkan operator mengalami
(59)
21
sakit pada punggung dan kelelahan jika dilakukan terus menerus. Postur kerja yang ergonomis ketika bekerja adalah postur berdiri dan duduk.
Posisi kerja operator yang membungkuk secara repetitif selama proses memarut dan mengambil batok kelapa untuk diparut dan menggunakan alat bantu seadanya yang dilakukan operator dalam jangka waktu ± 9 jam akan menyebabkan musculoskeletal disorders (MSDs) pada operator.
Metode SNQ digunakan untuk mengetahui bagian tubuh mana yang mengalami masalah. Dari perhitungan SNQ, dapat diketahui berapa persen tingkat keluhan yang dialami operator. REBA Worksheet digunakan untuk mengetahui diperlukan perbaikan atau tidak dari postur kerja operator ketika bekerja. Antropometri digunakan untuk mengukur dimensi bagian tubuh yang mengalami masalah. Penelitian ini diharapkan mampu mengurangi keluhan operator dalam produksi santan
Posisi gerak tubuh yang ideal pada tubuh ditunjukkan pada riset “Evaluation of Ergonomic Postures of Physical Education and Sport Science by REBA and Its Relation to Prevalence of Musculoskeletal Disorders” (Seyfi Savas, 2016) dimana keluhan dianalisis dengan kuesioner REBA untuk mengetahui kelelahan otot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya gerakan pada saat melakukan olahraga yang memiliki beban kerja yang besar. Perencanaan fasilitas kerja dengan melihat dimensi tubuh manusia ditunjukkan pada riset “Anthropometry as ergonomic consideration for hospital bed design in Nigeria” (Daniyan, 2015) dimana merancang tempat tidur rumah sakit yang dapat dissesuaikan dengan keinginan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(60)
22
adanya keluhan otot pada bagian tubuh pasien pada tempat tidur yang ada sehingga dirancang tempat tidur yang dapat disesuaikan dengan tubuh manusia untuk mengurangi keluhan otot.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang terjadi pada UKM Santani adalah sikap kerja dan fasilitas kerja yang tidak ergonomis sehingga menyebabkan operator mengalami kelelahan dan kesakitan pada beberapa bagian tubuh, yang dapat menyebabkan operator mengalami cedera muskuloskeletal
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah merancang fasilitas kerja pada stasiun pemarutan yang ergonomis sehingga operator dapat bekerja dengan nyaman dan tidak mengeluh kesakitan.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi musculoskeletal disorders pada operator pemarutan postur duduk dengan Standard Nordic Questionnaire (SNQ).
2. Menentukan dimensi tubuh yang ergonomis pada rancangan alat pemarutan menggunakan antropometri.
3. Menilai posisi kerja operator postur duduk menggunakan kuesioner REBA 4. Membandingkan kondisi kerja aktual dan usulan operator dengan
menggunakan Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan.
(61)
23
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian, antara lain: 1. Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan kompetensi mahasiswa mengobservasi, menganalisis dan evaluasi terhadap suatu permasalahan dengan menggunakan displin ilmu khususnya ilmu teknik industri di dalam perusahaan dan membandingkannya dengan teori yang ada.
2. Manfaat bagi perusahaan
Memberikan alternatif perbaikan guna meningkatkan daya saing perusahaan. 3. Bagi Departemen Teknik Industri USU
Menjalin hubungan kerjasama antara perusahaan dengan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, USU.
1.4. Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian Batasan-batasan pada penelitian ini antara lain:
1. Penelitian dilakukan pada UKM Santani pada stasiun pemarutan 2. Operator yang diteliti adalah operator bagian pemarutan postur duduk.
3. Identifikasi keluhan sakit untuk setiap segmen tubuh hanya dilakukan pada saat operator melakukan proses pemarutan.
4. Segmen tubuh yang diamati adalah bahu, lengan, kaki dan lutut serta punggung.
5. Penelitian dilakukan tanpa mempertimbangkan biaya produksi. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian adalah: 1. Operator yang diteliti bekerja dalam keadaan normal.
(62)
24
2. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berada pada kondisi baik dan sesuai standar.
3. Prosedur kerja tidak mengalami perubahan selama penelitian berlangsung. 4. Operator yang akan diamati sudah berpengalaman dan telah terbiasa dalam
pekerjaannya.
1.5. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini adalah:
Bab I pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan. Rumusan masalah yang merupakan permasalahan pokok yang akan dicari solusinya. Tujuan penelitian yang menjelaskan tujuan penelitian secara umum dan secara khusus. Batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian. Batasan dan asumsi ini digunakan untuk menghindari supaya cakupan penelitian tidak meluas, dengan demikian inti pokok permasalahan penelitian dapat dicari. Manfaat dilakukannya penelitian serta sistematika penulisan tugas sarjana dijelaskan dalam bab ini.
Bab II Gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah perusahaan, kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur organisasi, deskripsi tugas dan tanggung jawab karyawan UKM Santani, jumlah tenaga kerja dan jam kerja perusahaan
Bab III Landasan Teori menguraikan teori-teori yang berkenaan dengan antrophometri, musculoskeletal disorders, dan teori pendukung lainnya.
(63)
25
Bab IV Metodologi penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, rancangan penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, instrumen pengumpulan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran.
Pada Bab V Pengumpulan dan pengolahan data berisi data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah.
Pada Bab VI Analisis pemecahan masalah memuat analisis perbandingan rancangan actual dengan usulan dan analisis tingkat keluhan musculoskeletal disorders.
Bab VII Kesimpulan dan Saran berisi hasil yang didapat dari penelitian dan saran-saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan.
(64)
8
ABSTRAK
Fasilitas kerja merupakan sarana pendukung yang sangat penting bagi perusahaan sebagai penunjang kinerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Memberikan tempat kerja yang menyenangkan berarti menimbulkan perasaan nyaman pada karyawan dalam bekerja. Penelitian dilakukan di UKM Santani yang memproduksi santan. Stasiun yang diteliti adalah stasiun pemarutan kelapa. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis di stasiun pemarutan. Stasiun pemarutan merupakan stasiun kerja untuk memarut buah kelapa untuk diambil diambil dagingnya. Alat yang digunakan pada stasiun ini berjumlah 7 yaitu 4 untuk postur duduk dan 3 postur berdiri. Pada alat postur duduk operator seharusnya menggunakan kursi ketika bekerja, tetapi pada stasiun ini operator menggunakan ember dan batangan kayu. Hal ini menyebabkan operator mengalami sakit pada bagian pinggang ke bawah. Selain itu, tinggi alat parut tidak sesuai poetur tubuh sehingga operator membungkuk ketika bekerja. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, menyebarkan kuesioner dan mengambil data pada objek penelitian. Hasil pengumpulan data dilakukan uji keseragaman dan kecukupan, serta melakukan perhitungan persentil yang dianggap mewakili data yang diukur. Hasil standard nordic questionnaire (SNQ) mengindikasikan bahwa pekerja berada di kategori sangat sakit di bagian leher atas dan bawah, bahu kiri dan kanan, punggung, lengan atas kanan, pinggang, pergelangan tangan kanan, tangan kanan, pergelangan kaki kiri dan kanan, kaki kanan dan kiri yang menunjukkan postur kerja di stasiun penguapan tidak ergonomis. Penilaian level tindakan postur kerja menggunakan metode rapid entire body assesment (REBA) menunjukan level risiko tinggi bernilai 6-9 artinya pekerja memerlukan perbaikan segera dalam waktu dekat. Usulan rancangan fasilitas kerja berdasarkan prinsip antropometri yaitu kursi, tempat bahan baku dan pembuangan batok kelapa. Perancangan fasilitas kerja ini mampu mengurangi keluhan sakit yang dialami operator dan memberikan rasa nyaman ketika bekerja.
(65)
1
PERANCANGAN FASILITAS KERJA YANG
ERGONOMIS DI STASIUN PEMARUTAN KELAPA
PADA UKM SANTANI
TUGAS SARJANADiajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
oleh
Fadil Ihram
100403064
D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2016
(66)
(67)
3
(68)
(69)
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.
Penulisan Tugas Sarjana ini adalah bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat akademis dalam menyelesaikan studi di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini juga merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan nyata yang ada di perusahaan pembuat sapu ijuk. tugas sarjana ini berjudul “perancangan fasilitas kerja yang ergonomis di stasiun pemarutan kelapa pada ukm santani”.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk melengkapi Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Medan, September 2016
Penulis
(70)
6
UCAPAN TERIMA KASIH
Tugas Sarjana yang ditulis ini telah mendapatkan bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan nasehat selama penyusunan Tugas Sarjana ini.
4. Ibu Khalida Syahputri, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, dan nasehat selama penyusunan Tugas Sarjana ini.
5. Bapak Muhammad Ikhsan selaku pemilik UKM Santani yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.
6. Kedua orang tua Penulis, (Alm) Ir. Syahrir Arbyn Siregar, M.T. dan Erika Sukma, yang senantiasa memberikan doa dan nasehat, serta seluruh keluarga besar yang telah memberi motivasi dalam penulisan penelitian ini.
7. Seluruh dosen Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran selama perkuliahan sebagai bekal untuk penulisan Tugas Sarjana ini.
(71)
7
8. Teman-teman penulis di Departemen Teknik Industri USU, Chandra, Zul, M. Zain, Dimas, Markus, dan Azhar yang telah membantu dan memberi motivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.
9. Semua teman angkatan 2010 (TITEN) serta abang kakak senior dan junior di Departemen Teknik Industri USU yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
10. Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.
Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua
Medan, September 2016
Penulis
(72)
8
ABSTRAK
Fasilitas kerja merupakan sarana pendukung yang sangat penting bagi perusahaan sebagai penunjang kinerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Memberikan tempat kerja yang menyenangkan berarti menimbulkan perasaan nyaman pada karyawan dalam bekerja. Penelitian dilakukan di UKM Santani yang memproduksi santan. Stasiun yang diteliti adalah stasiun pemarutan kelapa. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis di stasiun pemarutan. Stasiun pemarutan merupakan stasiun kerja untuk memarut buah kelapa untuk diambil diambil dagingnya. Alat yang digunakan pada stasiun ini berjumlah 7 yaitu 4 untuk postur duduk dan 3 postur berdiri. Pada alat postur duduk operator seharusnya menggunakan kursi ketika bekerja, tetapi pada stasiun ini operator menggunakan ember dan batangan kayu. Hal ini menyebabkan operator mengalami sakit pada bagian pinggang ke bawah. Selain itu, tinggi alat parut tidak sesuai poetur tubuh sehingga operator membungkuk ketika bekerja. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, menyebarkan kuesioner dan mengambil data pada objek penelitian. Hasil pengumpulan data dilakukan uji keseragaman dan kecukupan, serta melakukan perhitungan persentil yang dianggap mewakili data yang diukur. Hasil standard nordic questionnaire (SNQ) mengindikasikan bahwa pekerja berada di kategori sangat sakit di bagian leher atas dan bawah, bahu kiri dan kanan, punggung, lengan atas kanan, pinggang, pergelangan tangan kanan, tangan kanan, pergelangan kaki kiri dan kanan, kaki kanan dan kiri yang menunjukkan postur kerja di stasiun penguapan tidak ergonomis. Penilaian level tindakan postur kerja menggunakan metode rapid entire body assesment (REBA) menunjukan level risiko tinggi bernilai 6-9 artinya pekerja memerlukan perbaikan segera dalam waktu dekat. Usulan rancangan fasilitas kerja berdasarkan prinsip antropometri yaitu kursi, tempat bahan baku dan pembuangan batok kelapa. Perancangan fasilitas kerja ini mampu mengurangi keluhan sakit yang dialami operator dan memberikan rasa nyaman ketika bekerja.
(73)
9
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
SERTIFIKAT EVALUASI DRAFT TUGAS SARJANA ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2 Rumusan Masalah ... I-5 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-5 1.4 Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian ... I-6 1.5 Sistematika Penulisan Laporan ... I-7
(74)
10
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1 2.1 Sejarah Perusahaan ... II-1 2.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-1 2.3 Lokasi Perusahaan ... II-1 2.4 Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.4.1 Struktur Organisasi ... II-2 2.4.2 Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.4.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-5 2.4.4 Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-5 2.5 Proses Produksi ... II-5
III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1 Antropometri ... III-1 3.1.1 Defenisi Antropometri ... III-1 3.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengukuran
Antropometri ... III-1 3.1.3 Penggunaan Distribusi Normal ... III-3 3.1.4 Penggunaan Data Antropometri ... III-4 3.1.5 Desain Produk (Peralatan) Ergonomis berdasarkan
(75)
11
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
3.2 Kelelahan Akibat Kerja ... III-9 3.2.1 Defenisi Kelelahan ... III-9 3.2.2 Langkah-langkah Mengatasi Kelelahan ... III-10 3.3 Keluhan Muskuloskeletal ... III-11
3.1.1 Defenisi Keluhan Muskuloskeletal ... III-11 3.2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Keluhan Muskuloskeletal
Antropometri ... III-12
IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... IV-1 4.2 Jenis Penelitian ... IV-1 4.3 Objek Penelitian ... IV-1 4.4 Variabel Penelitian ... IV-1 4.5 Instrumen Penelitian ... IV-2 4.6 Kerangka Berpikir ... IV-2 4.7 Metode Pengumpulan Data ... IV-3 4.7.1 Data Primer ... IV-3 4.7.2 Data Sekunder ... IV-4 4.7.3 Ukuran dan Teknik Sampling ... IV-4 4.8 Metode Pengolahan Data ... IV-5
(76)
12
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
4.9 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... V-1 5.1.2 Postur Kerja ... V-4 5.1.3 Fasilitas Kerja Aktual ... V-5 5.1.4 Antropometri Operator ... V-7 5.2 Pengolahan Data ... V-7
5.2.1 Keluhan Operator Berdasarkan Kuisioner SNQ pada
Stasiun Pemarutan Kelapa ... V-7 5.2.2 Penilaian Postur Kerja dengan REBA Worksheet ... V-9 5.2.3 Perancangan Alat ... V-11
5.2.3.1 Dimensi Tubuh Operator ... V-11 5.2.3.2 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai
Maksimum dan Minimum ... V-12 5.2.3.3 Uji Keseragaman Data ... V-14 5.2.3.4 Uji Kecukupan Data ... V-17 5.2.3.5 Uji Kenormalan Data ... V-19 5.2.3.6 Penerapan Data Antropometri ... V-19
(77)
13
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.4 Perancangan Fasilitas Kerja Usulan ... V-22
VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1 6.1 Analisis Tingkat Keluhan Rasa Sakit ... VI-1 6.2. Analisis Postur Kerja dengan REBA Worksheet... VI-1 6.3. Analisis Perancangan Fasilitas Kerja Aktual dan Usulan ... VI-2 6.4. Analisis Kondisi Kerja Aktual dan Usualan ... VI-4 6.5 Analisis Hasil Penilaian Postur Kerja Usulan dengan REBA
Worksheet ... VI-6 VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 Kesimpulan... VII-1 7.2 Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(78)
14
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
5.1 Rekapitulasi Data SNQ Operator Stasiun Pemarutan Kelapa ... V-3 5.2 Elemen Kegiatan Operator ... V-4 5.3 Dimensi Tubuh Operator pada UKM Santani ... V-7 5.4 Persentasi Kategori Sakit dari Data SNQ ... V-8 5.5 Persentasi Kategori Sangat Sakit dari Data SNQ ... V-8 5.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja dengan REBA ... V-10 5.7 Dimensi Tubuh Operator pada UKM Santani ... V-11 5.8 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai
Maksimum dan Nilai Minimum Alat Pemarutan Kelapa ... V-14 5.9 Uji Keseragaman Data Antropometri untuk Alat Pemarutan ... V-15 5.10 Uji Kecukupan Data ... V-19 5.11 One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... V-19 5.12 Dimensi Tinggi Siku Duduk (TSD) ... V-20 5.13 Dimensi Lebar Pantat (LP) ... V-21 5.14 Dimensi Jangkauan Tangan (JT) ... V-21 5.15 Dimensi Tinggi Lipat Lutut (TLL) ... V-22 5.16 Perhitungan Persentil Seluruh Dimensi Tubuh Operator pada
UKM Santani (dalam cm) ... V-22 6.1 rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja Usulan ... VI-7
(79)
15
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
1.1 Posisi Kerja pada Alat Parut untuk Postur Duduk ... I-2 1.2 Posisi Kerja pada Alat Parut untuk Postur Berdiri ... I-3 2.1 Struktur Organisasi UKM Santani ... II-2 3.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil ... III-4 3.2. Antropometri Dimensi Tubuh Manusia ... III-5 3.3 Antropometri Dimensi Telapak Tangan ... III-5 3.4 Antropometri Dimensi Kepala ... III-6 3.5 Antropometri Dimensi Tapak Kaki ... III-7 3.6. Chart Desain Produk Ergonomis Berdasarkan Antropometri ... III-9 3.7 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko
Kelelahan ... III-11 4.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-3 4.2 Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6 5.1. Alat Parut untuk Postur Berdiri ... V-5 5.2. Alat Parut untuk Postur Duduk ... V-6 5.3. Gerobak Sorong ... V-6 5.4. Histogram Keluhan Operator ... V-8 5.5 Peta Kontrol Tinggi Siku Duduk (TSD) ... V-15 5.6 Peta Kontrol Lebar Pantat (LP) ... V-16 5.7 Peta Kontrol Jangkauan Tangan ... V-16
(1)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
4.9 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-6
V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... V-1 5.1.2 Postur Kerja ... V-4 5.1.3 Fasilitas Kerja Aktual ... V-5 5.1.4 Antropometri Operator ... V-7 5.2 Pengolahan Data ... V-7
5.2.1 Keluhan Operator Berdasarkan Kuisioner SNQ pada
Stasiun Pemarutan Kelapa ... V-7 5.2.2 Penilaian Postur Kerja dengan REBA Worksheet ... V-9 5.2.3 Perancangan Alat ... V-11
5.2.3.1 Dimensi Tubuh Operator ... V-11 5.2.3.2 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai
Maksimum dan Minimum ... V-12 5.2.3.3 Uji Keseragaman Data ... V-14 5.2.3.4 Uji Kecukupan Data ... V-17 5.2.3.5 Uji Kenormalan Data ... V-19 5.2.3.6 Penerapan Data Antropometri ... V-19
(2)
DAFTAR ISI (Lanjutan)
BAB HALAMAN
5.2.4 Perancangan Fasilitas Kerja Usulan ... V-22
VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... VI-1 6.1 Analisis Tingkat Keluhan Rasa Sakit ... VI-1 6.2. Analisis Postur Kerja dengan REBA Worksheet... VI-1 6.3. Analisis Perancangan Fasilitas Kerja Aktual dan Usulan ... VI-2 6.4. Analisis Kondisi Kerja Aktual dan Usualan ... VI-4 6.5 Analisis Hasil Penilaian Postur Kerja Usulan dengan REBA
Worksheet ... VI-6 VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1 Kesimpulan... VII-1 7.2 Saran ... VII-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(3)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
5.1 Rekapitulasi Data SNQ Operator Stasiun Pemarutan Kelapa ... V-3 5.2 Elemen Kegiatan Operator ... V-4 5.3 Dimensi Tubuh Operator pada UKM Santani ... V-7 5.4 Persentasi Kategori Sakit dari Data SNQ ... V-8 5.5 Persentasi Kategori Sangat Sakit dari Data SNQ ... V-8 5.6 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja dengan REBA ... V-10 5.7 Dimensi Tubuh Operator pada UKM Santani ... V-11 5.8 Hasil Pengukuran Nilai Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai
Maksimum dan Nilai Minimum Alat Pemarutan Kelapa ... V-14 5.9 Uji Keseragaman Data Antropometri untuk Alat Pemarutan ... V-15 5.10 Uji Kecukupan Data ... V-19 5.11 One Sample Kolmogorov Smirnov Test ... V-19 5.12 Dimensi Tinggi Siku Duduk (TSD) ... V-20 5.13 Dimensi Lebar Pantat (LP) ... V-21 5.14 Dimensi Jangkauan Tangan (JT) ... V-21 5.15 Dimensi Tinggi Lipat Lutut (TLL) ... V-22 5.16 Perhitungan Persentil Seluruh Dimensi Tubuh Operator pada
UKM Santani (dalam cm) ... V-22 6.1 rekapitulasi Hasil Perhitungan Postur Kerja Usulan ... VI-7
(4)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
1.1 Posisi Kerja pada Alat Parut untuk Postur Duduk ... I-2 1.2 Posisi Kerja pada Alat Parut untuk Postur Berdiri ... I-3 2.1 Struktur Organisasi UKM Santani ... II-2 3.1 Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil ... III-4 3.2. Antropometri Dimensi Tubuh Manusia ... III-5 3.3 Antropometri Dimensi Telapak Tangan ... III-5 3.4 Antropometri Dimensi Kepala ... III-6 3.5 Antropometri Dimensi Tapak Kaki ... III-7 3.6. Chart Desain Produk Ergonomis Berdasarkan Antropometri ... III-9 3.7 Penyebab Kelelahan, Cara Mengatasi dan Manajemen Resiko
Kelelahan ... III-11 4.1 Kerangka Berpikir Penelitian ... IV-3 4.2 Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-6 5.1. Alat Parut untuk Postur Berdiri ... V-5 5.2. Alat Parut untuk Postur Duduk ... V-6 5.3. Gerobak Sorong ... V-6 5.4. Histogram Keluhan Operator ... V-8 5.5 Peta Kontrol Tinggi Siku Duduk (TSD) ... V-15 5.6 Peta Kontrol Lebar Pantat (LP) ... V-16 5.7 Peta Kontrol Jangkauan Tangan ... V-16
(5)
DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)
GAMBAR HALAMAN
5.8 Peta Kontrol Tinggi Lipat Lutut (TLL) ... V-17 5.9. Kursi ... V-23 5.10 Tempat Bahan Baku dan Pembuangan Batok ... V-25 6.1 Kursi ... VI-2 6.2 Tempat Bahan Baku dan Pembuangan Batok ... VI-3 6.3 Posisi Kerja pada Alat Parut untuk Postur Duduk ... VI-4 6.4 Kondisi Kerja Aktual Proses Pemarutan ... VI-5 6.5 Kondisi Kerja Usulan Proses Pemarutan ... VI-6
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1 Standard Nordic Questionaire ... L.1 2 REBA Worksheet ... L.2 3 Data Antropometri ... L.3 4 Peta Kontrol Data Antopometri ... L.4 5 Form Tugas Akhir ... L.5 6 Surat Penjajakan ... L.6 7 Surat Balasan Perusahaan ... L.7 8 Surat Keputusan Tugas Akhir ... L.8 9 Lembar Asistensi ... L.9