melakukan rosetting. Roseting menyebabkan obstruksi aliran darah localdalam jaringan sehingga mempermudah terjadinya sitoadheren.
Sitokin terbentuk dari sel endotel,monosit dan makrofag setelah mendapat stimulasi dari malaria toksin LPS,GPI. Sitokin ini antara lain TNF-atumor
necrosis factor-alpha, interleukin-1 IL-1, interleukin-6IL-6, Interleukin-3 IL- 3,LTlymphotoxin dan interferon-gamma INF-g. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa penderita malaria serebral yang meninggal atau dengan komplikasi berat seperti hipoglikemia mempunyai kadar TNF-a yang tinggi.
Begitu juga malaria tanpa komplikasi kadar TNF-a, IL-1,IL-6 lebih rendah dari malaria selebral. Walaupun demikian hasil ini tidak konsisten karena juga
dijumpai penderita malaria yang mati dengan TNF normalrendah atau pada malaria serebral yang hidup dengan sitokin yang tinggi.Oleh karenanya diduga
adanya peran dari neurotransmitter yang lain sebagai free-radical dalam kaskade ini seperti nitric-oxide sebagai faktor yang penting dalam patogenesa malaria
berat Harijanto,2009.
2.7 Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang.Diagnosis pasti akan dibuat dengan
ditemukannya parasit malaria dalam pemeriksaan mikroskopis Hadijaja, 1994.
2.7.1 Anemnesis
Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam berkala disertai menggigil,dan berkeringat sering disebut dengan trias malaria. Demam pada
keempat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya. Demam karena plasmodium falciparum dapat terjadi setiap hari pada P.vivax atau P.ovale
demamnya terjadi pada hari ketiga sedangkan demam pada P.malariae terjadi pada hari keempat.
Kecurigaan adanya tersangka malaria berat dapat dilihat dari adanya satu gejala atau lebih, yaitu kelemahan atau kelumpuhan otot,kejang-
kejang,kekuningan pada mata atau kulit,adanya pendarahan hidung atau gusi,hematemesis atau melena. Selain itu adalah keadaan panas yang sangat
tinggi,disertai muntah yang terjadi terus menerus.
2.7.2 Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami demam berkala 37,5 – 40 °Cserta anemia yang dibuktikan dengan konjungtiva palpebra yang pucat. Sering juga disertai dengan
pembesaran limpa splenomegali dan pembesaran hati hepatomegali. Apabila terjadi serangan malaria berat, gejala dapat disetai dengan syok yang ditandai
dengan menurunnya tekanan darah,nadi berjalan cepat dan lemah serta frekuensi napas meningkat.
Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran,dehidrasi, manisfestasi pendarahan, ikterik,gangguan fungsi ginjal,pembesaran hati dan
limpa, serta dapat dikuti dengan munculnya gejala neurologisreflex patologis dan kaku kuduk.
2.7.3 Pemeriksaan laboratorium
a.Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan darah yang menurut teknis
pembuatannya dibagi menjadi preparat darah sediaan darah tebal dan preparat darah tipis untuk menentukan ada tidaknya parasit malaria dalam darah. Melalui
pemeriksaan ini dapat dilihat jenis plasmodium dan stadiumnya P.falciparum, P.vivax, P.malariae, P.ovale, P.tropozoit,skizon, dan gametosit serta kepadatan
parasitnya.
Kepadatan parasit dapat dilihat melalui dua cara yaitu semi kuantitatif dan kuantitatif. Metode semi-kuantitatif adalah menghitung parasit dalam Lapang
Pandang BesarLPB dengan rincian sebagai berikut : - : Negatif tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB
+ : Positif 1 ditemuka n 1-10 parasit dalam 100 LPB ++ : Positif 2 ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB
+++ : Positif 3 ditemuka n 1- 10 parasit dalam 1 LPB ++++: Positif 4 ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB
Penghitungan kepadatan parasti secara kuantitatif pada sediaan darah tebal adalah menghitung jumlah parasit per 200 leukosit.Pada sediaan darah tipis,
penghitungan jumlah parasti per 1000 eritrosit.
2.7.4 Tes diagnostik cepat RDT rapid diagnostic test