Jumlah kasus berdasarkan lama demam dan tipe demam Jumlah kasus berdasarkan komplikasi dan tanpa komplikasi

Sakit kepala merupakan manifestasi klinis dengan adanya pelepasan faktor-faktor pemicu nyeri dari dalam eritrosit yang ikut keluar dengan pecahnya eritrosit kerana lepasnya merozoit. Hasil penelitian ini menunjukkan hanya 8 25,8 mengalami gejala sakit kepala sesuai dengan penelitian sebelum ini oleh Dinas kesehatan Kabupaten Propinsi Sulawesi Tengah menemukan nilai sensitivitas yang rendah sehingga menunjukkan penderita suspect malaria yang tidak mengalami sakit kepala tetapi hasil positif secara mikroskopis lebih tinggi. Paerunan, 2010. Gejala anemia atau pucat turut ditemukan dalam penelitian ini dengan jumlah sebanyak 10 32,3 orang. Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya kadar zat warna merah dalam sel darah merah atau eritrosit yang disebut hemoglobin. Penelitian oleh Dwi Putri 2012 diRSUD Dr. M. Yunus Kota bengkulu tahun 2012 menunjukkan daripada 22 sampel penderita malaria, sebanyak 3 orang mengalami anemia berat. Nyeri sendiotot merupakan manifestasi klinis dari pengeluaran zat pemicu sakit yang keluar bersama merozoit ketika eritrosit pecah dan adanya histamin release TNF-a yang menyebabkan adanya sensasi nyeri otot dan sendi. Dilihat dari gejala nyeri ototsendi, hanya 7 orang mengalami keluhan tersebut. Sesuai dengan penelitian sebelum ini oleh A. Arsunan menunjukkan nilai sensitivitas yang lebih rendah sehingga penderita suspek malaria yang tidak mengalami gejala ini dengan hasil mikroskopis yang positif lebih tinggi di Pulau Ambon Arsunan, 2010.

5.2.7 Jumlah kasus berdasarkan lama demam dan tipe demam

Pada penelitian ini menunjukkan tipe demam paling banyak yaitu tipe intermitten 100. Pada hari-hari pertama penderita malaria akan mengalami panas irregular, kadang-kadang remitten dan intermitten, pada saat tersebut dingin atau menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu pertama tipe panas bertukar menjadi intermitten dan periodik setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria WHO, 2010. Dari lama demam, didapati dalam penelitian ini, demam selama 7-8 hari 29, diikuti dengan lebih daripada 2 minggu 22,6. Dari penderita malaria P.falciparum, didapatkan kebanyakan mengalami demam selama lebih dari 2 minggu yaitu 8 orang dan 5 penderita malaria P. vivax kebanyakan mengalami demam selama lebih dari 2 minggu. Penelitian oleh M. Amani mendapatkan gejala klinis pada penderita malaria adalah demam dengan rata- rata lama demamnya selama 2 minggu Amani, 2009.

5.2.8 Jumlah kasus berdasarkan komplikasi dan tanpa komplikasi

Pada penelitian ini didapati bahwa 10 orang menderita malaria tanpa komplikasi yaitu masing-masing 5 penderita malaria vivax dan 5 penderita malaria falciparum. Pada 21 penderita malaria dengan komplikasi, dijumpai 71,4 disebabkan P. falciparum. Penelitian ini mendapatkan penderita paling banyak mengalami komplikasi pada kelainan hati 57,1, dan selebihnya anemia 47,6, gagal ginjal akut 14,3, malaria cerebral 14,3, dan infeksi paru- paru 4,8. Penderia malaria vivax mengalami komplikasi anemia 83,3dan penurunan kesadaran 16,7. Komplikasi malaria umumnya disebabkan P.falciparum dan digolongkan sebagai malaria berat oleh WHO. Berdasarkan penelitian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah, komplikasi jarang terjadi pada penderita yang tinggal di daerah endemik, seiring dengan terbentuknya imunitas. Menurut penelitian oleh Dwi Putri 2012,komplikasi malaria banyak diderita oleh penderita malaria dengan jenis P.falciparum. Jenis parasit ini memang yang paling berbahaya diantara keempat jenis parasit malaria karena penyakit yang ditimbulkannya dapat menjadi berat. Pasien dengan malaria berat dan berkomplikasi dapat ditemukan berupa gangguan kesadaran tetapi masih dapat dibangunkan, sangat lemah, dan ikterus kadar bilirubin darah 3mg sehingga disebut malaria biliosa. Selain itu dapat juga disertai dengan komplikasi berupa malaria cerebral, kejang umum, gagal ginjal, hipoglikemia, gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa, edema paru, kolaps sirkulatorik dan syok, perdarahan spontan pada gusi dan hidung, hiperpireksiahipertermia, hiperparasitemia, hemoglobinuria malaria dan anemia berat Putri, 2012. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan